Gurih tahu berpadu dengan kuah bawang bikin lidah bergoyang
Berkelana rasa di kota Semarang rasanya belum lengkap tanpa mencicipi Tahu Pong. Kuliner Semarang ini berasal dari kata Kopong, yang artinya kosong. Ketika digoreng tahunya menggelembung membuat bagian dalam tahu ini kosong. Namun ada yang bilang, Pong berasal dari bahasa Hokkian, Phong yang berarti menggembung.
Seperti yang saya ceritakan dalam postingan sebelumnya tentang Klenteng Laksamana Cheng Ho. Bahwa Kota Semarang menjadi kota yang pernah didatangi bangsa Tiongkok dan ada yang tinggal. Secara tidak langsung tercipta akulturasi budaya dan kuliner antara Jawa dan Tiongkok. Salah duanya Lunpia Gang Lombok dan Tahu Pong.
Di kota Semarang sendiri ada dua penjual Tahu pong yang sudah melegenda, Yakni Tahu Pong Jl.Gajah Mada dan Tahu Pong Prapatan Depok. Pertama, sahabat saya Tarie mengajak saya menuju Tahu Pong Gajah Mada. Duh! belum jodoh kali, ya, sesampainya disana Tahu Pong sudah habis.
Lanjut menuju Tahu Pong Prapatan Depok dengan harap harap cemas. Galau kalau kebahisan juga. Sampai disana, ternyata masih ada. Alhamdullilah. Tahu Pong Prapatan Depok ini tempatnya sangat sederhana. Berupa bedak/warung kecil warna hijau. Berada di Trotoar jalan. Beratapkan tenda. Dengan bangku kayu yang tidak banyak.
Kami memesan tahu Pong biasa. Menu disini bervariasi, tapi khusus menghidangkan menu olahan tahu. Ada Tahu Gimbal, ini semacam gimbal/bakwan udang yang digoreng renyah. Kemudian ada tahu emplek, tahu Kopyok dan tentu saja Tahu Pong. Jika suka bisa ditambahkan telor dalam hidangan yang kamu pesan.
Setelah memesan, si Ibu penjual segera menggoreng Tahu Pong dalam wajan besar. Hmmm suka, tahunya dimasak fresh dalam penggorangen. Sambil menunggu tahu matang, ibu penjual meracik pelengkap Tahu Pong.
Kepo, saya mendekat ke meja yang bersanding dengan tempat penggorengan. Disana ada kecap, Cabe rawit, petis, gimbal udang, telur, acar dan air bawang. Mata saya tertumbuk pada mesin penggiling tangan. Rasanya sudah lama sekali saya tidak melihatnya. Kata si ibu, mesin ini untuk menggiling cabe. Jadi tekstur sambalnya masih kasar. Hidung dan gigi saya langsung menggigil menghirup aroma seger sambalnya.
Tahu Pong Prapatan Depok sudah lama sekali berdiri disini. Termasuk warung tempo Doeloe si Semarang. Pendirinya (alm) Bapak Ridwan Sunyoto, dahulunya berjualan keliling. Kemudian menetap di dekat persimpangan jalan ini sejak tahun 1950. Oh ya, mesin penggiling tangan ini seumuran dengan warungnya, lho.
Sekejap kemudian Tahu Pong panas terhidang diatas Meja bersama pelengkapnya. Yakni Sambal Giling, Acar dan Air bawang yang sudah dicampur dengan petis dan kecap. Air bawang ini encer dan sekilas nampak seperti cuko Pempek. Hanya saja ada serakan bawang mentah yang sudah ditumbuh kasar. Jika kurang suka dengan rasa petis, bisa minta kuahnya nggak usah ditambahin petis.
![]() |
Tahu gimbal, telur, petis, cabe dan kuah bawang |
![]() |
Tahu Pong Prapatan depok dan mesin gilingan tangan legendaris |
![]() |
Kuah bawang, acar lobak dan sambal |
![]() |
Tahu Pong Semarang |
Saya potong tahu selagi panas. Kemudian saya celupkan kedalam kuah bawang, biar kuahnya meresap kedalam pori pori tahu. Sebelumnya, kuahnya saya campur sedikit dengan sambal. Ketika mendarat dilidah sensasi rasa bawang menggoyang lidah berpadu dengan rasa gurih, manis dan pedas. Sebagai penyeimbang rasa segar, dimakan bersama dengan acar.
Acarnya ini spesial, lho. Bukan acar mentimun tapi lobak putih. Rasanya seger, sedikit manis dan masam. Jujur ya, ini pertama kali saya mencicipi acar Lobak. Ternyata enak. Kalau di India lobak ini digunakan sebagai salad. Sayang, si ibu cuman kasih sedikit acar, coba kalau dikasih semangkok. Bisa saya habisin sendiri. Hehehe Enaknya kebangetan. Menurut penjualnya banyak pelanggan yang secara khusus membeli acar nya, selain enak juga untuk pengobatan.
Sepiring Tahu Pong dijual dengan harga Rp. 14.000. Tahu Pong ini sebenarnya camilan. Cuman, satu porsinya menghidangkan Tahu pong lumayan banyak, bikin perut kenyang. Fyi, Tahu Pong Perempatan Depok ini buka sore Jam 17.00 hingga malam sekitar jam 23.00 WIB. Jadi salah satu alternative kuliner malam di Semarang, selain Simpang Lima Semarang dan Pasar Malam Semawis. Mbadok yuk….