Quantcast
Channel: Emak Mbolang
Viewing all 174 articles
Browse latest View live

Kejengkang Rasa Tahu Pong Semarang

$
0
0
Tahu Pong Enak di Semarang

Gurih tahu berpadu dengan kuah bawang bikin lidah bergoyang

Berkelana rasa di kota Semarang rasanya belum lengkap tanpa mencicipi Tahu Pong. Kuliner Semarang ini berasal dari kata Kopong, yang artinya kosong. Ketika digoreng tahunya menggelembung membuat bagian dalam tahu ini kosong. Namun ada yang bilang, Pong berasal dari bahasa Hokkian, Phong yang berarti menggembung.

Seperti yang saya ceritakan dalam postingan sebelumnya tentang Klenteng Laksamana Cheng Ho. Bahwa Kota Semarang menjadi kota yang pernah didatangi bangsa Tiongkok dan ada yang tinggal. Secara tidak langsung tercipta akulturasi budaya dan kuliner antara Jawa dan Tiongkok. Salah duanya Lunpia Gang Lombok dan Tahu Pong.

Di kota Semarang sendiri ada dua penjual Tahu pong yang sudah melegenda, Yakni Tahu Pong Jl.Gajah Mada dan Tahu Pong Prapatan Depok. Pertama, sahabat saya Tarie mengajak saya menuju Tahu Pong Gajah Mada. Duh! belum jodoh kali, ya, sesampainya disana Tahu Pong sudah habis.

Lanjut menuju Tahu Pong Prapatan Depok dengan harap harap cemas. Galau kalau kebahisan juga. Sampai disana, ternyata masih ada. Alhamdullilah. Tahu Pong Prapatan Depok ini tempatnya sangat sederhana. Berupa bedak/warung kecil warna hijau. Berada di Trotoar jalan. Beratapkan tenda. Dengan bangku kayu yang tidak banyak.

Kami memesan tahu Pong biasa. Menu disini bervariasi, tapi khusus menghidangkan menu olahan tahu. Ada Tahu Gimbal, ini semacam gimbal/bakwan udang yang digoreng renyah. Kemudian ada tahu emplek, tahu Kopyok dan tentu saja Tahu Pong. Jika suka bisa ditambahkan telor dalam hidangan yang kamu pesan.

Setelah memesan, si Ibu penjual segera menggoreng Tahu Pong dalam wajan besar. Hmmm suka, tahunya dimasak fresh dalam penggorangen. Sambil menunggu tahu matang, ibu penjual meracik pelengkap Tahu Pong.

Kepo, saya mendekat ke meja yang bersanding dengan tempat penggorengan. Disana ada kecap, Cabe rawit, petis, gimbal udang, telur, acar dan air bawang. Mata saya tertumbuk pada mesin penggiling tangan. Rasanya sudah lama sekali saya tidak melihatnya. Kata si ibu, mesin ini untuk menggiling cabe. Jadi tekstur sambalnya masih kasar. Hidung dan gigi saya langsung menggigil menghirup aroma seger sambalnya.

Tahu Pong Prapatan Depok sudah lama sekali berdiri disini. Termasuk warung tempo Doeloe si Semarang. Pendirinya (alm) Bapak Ridwan Sunyoto, dahulunya berjualan keliling. Kemudian menetap di dekat persimpangan jalan ini sejak tahun 1950. Oh ya, mesin penggiling tangan ini seumuran dengan warungnya, lho.

Sekejap kemudian Tahu Pong panas terhidang diatas Meja bersama pelengkapnya. Yakni Sambal Giling, Acar dan Air bawang yang sudah dicampur dengan petis dan kecap. Air bawang ini encer dan sekilas nampak seperti cuko Pempek. Hanya saja ada serakan bawang mentah yang sudah ditumbuh kasar. Jika kurang suka dengan rasa petis, bisa minta kuahnya nggak usah ditambahin petis.

Tahu Pong Semarang
Tahu gimbal, telur, petis, cabe dan kuah bawang

Tahu Pong gajah mada
Tahu Pong Prapatan depok dan mesin gilingan tangan legendaris

Tahu Pong enak di Semarang
Kuah bawang, acar lobak dan sambal

Kuliner wajib coba di Semarang
Tahu Pong Semarang

Saya potong tahu selagi panas. Kemudian saya celupkan kedalam kuah bawang, biar kuahnya meresap kedalam pori pori tahu. Sebelumnya, kuahnya saya campur sedikit dengan sambal. Ketika mendarat dilidah sensasi rasa bawang menggoyang lidah berpadu dengan rasa gurih, manis dan pedas. Sebagai penyeimbang rasa segar, dimakan bersama dengan acar.

Acarnya ini spesial, lho. Bukan acar mentimun tapi lobak putih. Rasanya seger, sedikit manis dan masam. Jujur ya, ini pertama kali saya mencicipi acar Lobak. Ternyata enak. Kalau di India lobak ini digunakan sebagai salad. Sayang, si ibu cuman kasih sedikit acar, coba kalau dikasih semangkok. Bisa saya habisin sendiri. Hehehe Enaknya kebangetan. Menurut penjualnya banyak pelanggan yang secara khusus membeli acar nya, selain enak juga untuk pengobatan.


Sepiring Tahu Pong dijual dengan harga Rp. 14.000. Tahu Pong ini sebenarnya camilan. Cuman, satu porsinya menghidangkan Tahu pong lumayan banyak, bikin perut kenyang. Fyi, Tahu Pong Perempatan Depok ini buka sore Jam 17.00 hingga malam sekitar jam 23.00 WIB. Jadi salah satu alternative kuliner malam di Semarang, selain Simpang Lima Semarang dan Pasar Malam Semawis. Mbadok yuk….

Hamparan Peradaban Islam di India Selatan Tayang di Koran Republika

$
0
0
Tulisan jaln jalan Tayang di Republika

Kota Hyderabad yang menjadi pusat peradaban Islam di India selatan memiliki  gaya artsitektur yang khas dan berbeda dari kota kota lain di India.

Mentari mulai menghangatkan Bumi ketika saya sampai dikota Hyderabad. Kesan India yang ruwet, amburadul dengan ‘okestra’ suara klakson membabi buta tidak saya rasakan di kota ini. Kota Hyderabad lebih tenang dan teratur. Dengan menggunakan autorikshaw atau bajaj kami bergegas menuju hotel untuk beristirahat sejenak dan menikmati sarapan pagi.

Muhammad Quli Quth Shah pendiri kota Hyderabad adalah seorang Sultan generasi kelima dari Dinasti Islam Qutb Shahi. Beliau naik tahta ketika masih berumur 15 tahun dan menjadi sultan selama 31 tahun lamanya. Di bawah kekuasaan beliaulah dinasti Qutb Shahi mencapai puncak kejayaan.


artikel perjalanan tayang di Media

Jika mencintai perjalanan sekaligus telisik peradaban Islam di Negeri Seribu Dewa silahkan baca  selengkapnya di  Koran Republika Hari ini - Minggu, 11 Oktober 2015. Atau buka epaper-nya. 

***

Dan ... Jika Kamu tertarik mengirimkan artikel perjalanan di Koran Republika bisa baca DISINI

Terpaku Arsitektur Lawang Sewu

$
0
0
Lawang Sewu Semarang

Ikon gedung berhantu ini tak lagi menyeramkan justru mengundang detak kagum dengan design arsitekturnya.

Para pecinta dunia lain pasti sudah tahu sederet cerita menyeramkan tentang gedung tua yang berada di Kota Semarang ini. Cerita tentang penyiksaan para tawanan yang bikin bulu kuduk berdiri hingga sejumlah penampakan yang bikin peserta uji nyali melambaikan tangan didepan kamera. Seiring berjalannya waktu, deretan jendela penghias dindingnya menjadi daya tarik yang telah melahap aura mistik yang pernah ada.

Kami (saya dan tarie) datang ke lawang Sewu ketika sang raja siang berada tepat di ubun ubun, panasnya sangat cetar. Sebelumnya kami sempatkan berkunjung ke Klenteng tua dan terbesar di Semarang,Klenteng Tay Kak Sie. Begitu panasnya kota Semarang, dalam jarak dekat terlihat  gemulai air menari menari diatas jalanan, efek fatamorgana. Memaksa sang mata terlindungi olehkacamata hitam agar tidak terlalu silau.

Wong Jowo pasti ngertilah, yoneklawang Sewu itu artinya Seribu pintu. Tapi Penamaan Lawang Sewu hanyalah visualisasi dari penampakan dari design yang ada. Apa benar “pintu” nya berjumlah Seribu? Ternyata tidak. Demikian pula dengan design jendela yang tinggi dan lebar justru dianggap sebagai Pintu.

Sampai di depan Lawang Sewu berjajar para penjual makanan dan minuman.  Bangunan tua berlantai dua yang dibangun oleh kompeni Belanda pada tahun 1904 ini nampak megah dan terawat. Dua buah menara berada di sisi depan bangunan. Dilengkapi dengan jendela balkoni dan dimahkotai kubah berwarna merah bata.

Sebuah pos kecil bediri disebelah kanan. Disebelah kiri bangunan utama Lawang Sewu yang menggiring mata menatap lengkung lengkung jendela berwarna putih. Lengkung jendela ini memiliki kombinasi warna yang cantik yang menghadirkan nuansa sederhana tapi elegen. Bagian bawah dilapisi dengan tegel keramik warna kuning dengan kombinasi palet warna abu abu.

Pintu masuk komplek Lawang Sewu berada di Bagian Belakang. Pengecekan tiket berada tepat di bawah “jembatan” yang menghubungkan gedung utama dan toilet. Meski tergolong tua, toilet lawang sewu berfungsi dengan baik dengan gaya Eropa. Sejenak saya meninggalkan “jejak” disini.

Komplek lawang sewu terdiri atas lima bangunan. Ditengahnya sebuah pelataran luas dengan pohon Mangga besar ditengahnya. Bangunan utama gedung A berbentuk L yang nampak dari depan. Berhadapan dengan gedung B berlantai dua yang bersebelahan dengan kereta mini. Gedung C, berupa bangunan kecil lebih mirip dengan sebuah rumah. Gedung D berada di belakang Gedung C. sedangkan Gedung E berdampingan dengan gedung A dan B.

Lawang Sewu

Lawang Sewu Semarang

Intresting place in Semarang

Sejarah Lawang Sewu

Lawang sewu Semarang

Sejarah Lawang Sewu

Wajib dikunjungi di Semarang

cerita mistik lawang sewu

Lawang Sewu Semarang

wisata Kota Semarang


Kota Tua Semarang

Kami memasuki gedung C terlebih dahulu yang nampak seperti sebuah rumah kecil. Didalamnya menyimpan berbagai koleksi foto dan denah komplek lawang Sewu. Dari foto foto yang menghiasi dinding, kita bisa melihat bawah gedung lawang sewu mengalami tahap konservasi dan revitalisasi yang dilakukan oleh Unit Pelestarian benda dan bangunan bersejarah PT Kereta Api Persero.

NIS (Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappi)sebutan bagi pemerintahan Hindia Belanda mempercayakan rancangan gedung kantor pusat NIS di Semarang kepada Prof. Jacob F. Klinkhamer (TH Delft) dan B.J. Quendag. Arsitek yang berdomisili di Amsterdam. Seluruh proses perancangan dilakukan di Belanda. Baru kemudian gambar-gambar dibawa ke Kota Semarang.

Melihat dari cetak biru Lawang Sewu tertulis bahwa site plan dan denah bangunan ini telah digambar di Amsterdam pada tahun 1903. Begitu pula kelengkapan gambar kerjanya dibuat dan ditandatangani di Amsterdam tahun 1903. setelah kemerdekaan gedung Lawang Sewu dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT. Kereta Api Indonesia.

Berkeliling menatap garis garis design arsitektur, sejenak mata Saya tertumbuk dengan aneka bahan yang dimasukkan dalam gelas dalam sebuah boxkaca. Heran, kenapa ada bumbu masak disini? Hehehe. Ada cengkeh, spirtus, gasoline, ethil, dan masih banyak bahan bahan lainnya hingga pelepah pisang. Ternyata bahan bahan disini adalah formula khusus yang digunakan untuk membangun gedung lawang sewu agar kuat dan tetep awet. Jenius amat!

Kami kemudian bejalan menuju gedung utama yang kini digunakan sebagai museum kereta Api sekaligus tempat narsis. Jajaran Jendela seukuran pintu berwarna hitam nampak berjajar cantik di bagian depan. Didalamnya terdapat beberapa foto foto masa lampau, miniatur kereta hingga video tempoe Doloe.

Kami naik ke lantai dua. Disana terdapat jendela kaca dengan gambar warna warni. Jendela yang melambang kebesaran kerajaan Belanda. Mozaik Jendela seperti ini mengingatkan saya akan jendelan Gereja tua di Kota Shimla, India. Hanya saja gambarnya menggambarkan kebaikan yang diajarkan agama Kristen.

Kami beranjak ke bagian lainnya di gedung A. Bagian dasar bangunan ini terdapat lorong bawah tanah. Ruang yang menyimpan sejuta kisah pedih penyiksaan tawanan. Ruangan yang digenangi air saat ini tertutup untuk umum. Ruangan tempat berpesta para penunggu dunia lain. Hehehe. Cobalah untuk mendekat kepintunya yang tertutup, hembusan aura mistik yang bikin bulu kuduk berdiri.

Jika dibawahnya dipeuhi aura mistik, diatasnya malah jadi aura kasih, maksudnya aura forografi. Mulai anak anak sekolah, anak gaul sampai emak emak sosialita, antri foto di deretan jendela lawang sewu yang memang instragramable ini. Dalam ruangannya nampak seperti sebuh lorong ruangan dengan bingkai sekat sekat pintu.

Kami melepir ke sisi lain yang berdekatan dengan lahan kosong. Lahan ini nampak tak terawat, ilalang meninggi ditemani rimbun pohon gori. Buahnya digunakan sebagai bahan untuk membuat lentog, gori ini nangka muda.

Kami kemudian menuju keujung gedung. Sepi, tak banyak yang menjejakkan kaki disini. Ada lantai dengan kemiringan tajam menuju lantai 3. Saya naik keatas, sebuah lantai yang beratapkan genting secara langsung. Dibingkai dengan jendela jendela kecil. Maksud hati menuju ujung ruangan, tetiba bulu kuduk saya berdiri. Perasan mulai menjadi jadi, saya bergegas meninggalkan ruangan ini.

Jika diperhatikan gedung lawang sewu ini dipenuhi dengan jendela besar. Mulai lantai satu hingga lantai tiga. Hal ini dimaksudkan untuk sirkulasi udara sekaligus membawa angin segar dalam ruangan. Karena bagi bangsa Belanda iklim Indonesia terlalu panas. Bukan hanya lawang Sewu, seluruh bangunan yang dibangun zaman Belanda dipenuhi dengan jedela besar. Hal ini bisa kita lihat di kawasan kota lama Semarang.
Cara ke lawang Sewu

Puas berkeliling dan nampang pose kece di setiap sudutnya. Kami bersantai disalah satu taman berdampingan dengan miniatur kereta api. Apakah dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang datang dapat menggusur penghuni “utama” lawang sewu? Entahlah. Coba tanya sendiri sama “mereka”. Dan… malam hari kami kembali ke lawang Sewu. Mau tahu ceritanya? Tungguin ya….


Warisan Islam di Negeri Seribu Dewa Tayang di Colours Garuda Indonesia Inflight Magazine

$
0
0
Tulisan jalan Jalan di Inflight Magazine

Meski mayoritas penduduknya beragama Hindu namun sisa kejayaan peradaban Islam nampak lebih menonjol di Ibukota negeri seribu dewa, India.

Pintu keluar bandara Indira Gandhi terbuka, seketika udara sejuk dimusim semimenyambut kedatangan saya di ibukota India, New Delhi. Semerbak aroma khas dupa menggelora.Atmosfir gerak kehidupan kota 22 juta jiwa nampak dihadapan mata.Burung gagak dan elang nampak terbang bebas diangkasa.

Berjalan menembus jantung kota, terlihat deretan rumah rumah bertingkat penuh sesak. Mobil  kecil type city car masih mendominasi serta Autorikshaw atau bajajdengan kombinasi berwarna hijau dan kuning memenuhi jalanan.Nampak orang berlalu lalang, bergerombol menunggu di halte bus.

Delhi pada masa lampau dikenal dengan nama Dilli ini selalu menawarkan sejuta pesona dalam gerak kehidupannya. Adat dan budaya masih dipegang erat oleh masyarakatnya. Delhi sendiri menjadi potret sejarah sederet peradaban yang pernah ada di negeri berjuluk negeri seribu dewa yaitu peradaban Hindu, peradaban Islam dan dimasa penjajahan Inggris.

Menapakkan kaki disetiap sudut kota Delhi, hamparan peradaban Islam lebih mendominasi. Hal ini dikarenakan Delhi menjadi pusat pemerintahan kesultanan dan juga kekaisaran Islam dari berbagai Dinasti yang pernah memimpin negeri Mahabharata ini. Peninggalan bersejarah berupa Istana, tomb, menara,Masjid, taman dan pasar sebagian besar masuk dalam daftar warisan dunia UNESCO.

Kontributor Tulisan jalan jalan


Tulisan jalan jalan untuk airline magazine

Travel writer for Inflight Magazine

Artikel perjalanan di majalah Colours


Alhamdullilah, akhirnya artikel perjalanan mengepakkan sayapnya di Inflight Magazine Colours Garuda Indonesia. Setelah menembus sejumlah media di Indonesia, besar keinginan saya untuk bisa berkontribusi  di Inflight Magazine. Jujur, saya masih kurang percaya diri, tulisan saya masih sederhana, masih banyak belajar. Selain itu juga saya masih menggunakan kamera pocket.

Saya teringat ketika sebuah email masuk dari Mbak Aini Firdaus, Editor Majalah Garuda meminta saya untuk menulis artikel perjalanan tentang Peradaban islam di Delhi, Ibu Kota India untuk Colours Magazine Garuda Indonesia. Wah, senengnya luar biasa. Kebetulan Delhi adalah tempat dimana saya tinggal saat ini. Alhamdullilah, lebih mudah lagi karena tak hanya sering mengunjungi tempat tempat tersebut, saya juga pernah menulis di sejumlah media.

Dengan Riang saya mengiyakan. Kami mengobrol melalui email tentang destinasi yang akan ditulis. Karena banyak sekali warisan Islam di Delhi, akhirnya kami sepakati memilih beberapa destinasi sesuai dengan lembar yang tersedia di majalah. Deadlinepenulisan artikel diserahkan kepada saya. Disitu saya merasa gelisah. Bukan karena tanggal deadline-nya, tapi pada saat itu saya sudah siap siap packing dan mbolang ke Menjangan bersama sahabat Matrek.

Tiga hari berlalu, setelah trip menjangan saya istirahat sejenak. Dan langsung saya tulis. Alhamdullilah lancar. Saking semangatnya, saya menulis lebih dari 2500 kata, dari 1200 kata yang diminta. 2 kali revisi bukan karena kurangnya informasi tapi karena jumlah kata yang  ‘masih’ terlalu banyak. Hehehe

Nah, dalam diam saya berfikir, bagaimana Mbak Aini Firdaus bisa mengenal saya. Saya kan bukan selebriti traveler *plakkk. Hanya seorang emak yang doyan mbolang. Kemungkinan terbesar beliau mengenal saya dari blog kece ini.

Waktu berlalu. Ketika waktu luang, saja bermanja dengan membaca sejumlah Majalah. Salah satunya Majalah Ummi yang menayangkanartikel saya di Bulan Juli lalu.Ketika lagi asyik membaca, saya membaca salah satu artikel di rubrik Ufuk Luar dan penulisnya adalah Mbak Aini Firdaus. Nah, Pikiran saya langsung menarik benang merah.

Beberapa minggu lalu, Mbak Rahmi Dari majalah Ummi mengirim Surel. Saya kan tinggal di Luar negeri, kenapa nggak mencoba menulis untuk rubrik Ufuk Luar?. Baiklah saya coba. Dalam seminggu saya menyelesaikan artikel tersebut. Dapat balesan email, bahwa penanggung jawab rubrik Ufuk Luar akan menghubungi saya langsung. Dan…

“ Assalamualaikum mb Zufa.

Jumpa lagi nih dengan Aini. Selain jadi editor di majalah Colours (Garuda Inflight) aku juga jadi kontributor tetap majalah Ummi. Dan salah satu tanggungjawabku adalah rubrik Ufuk Luar. “

Semoga ini menjadi semangat bagi saya untuk terus belajar, membaca dan berkarya. Alhamdullilah, Allah Maha Baik, ya. Diantara dosa dan masalah dalam gerak kehidupan ini Allah tetap mencium kita dengan rahmat NYA. 

Terkenang nikmatnya Tahu Gimbal Semarang

$
0
0
Kuliner Khas Kota Semarang

Menghidangkan cita rasa perpaduan antara pecel dan Tahu Tek

Dibandingkan dengan kuliner khas Semaranglainnya, Tahu Gimbal ini kuliner yang paling mudah ditemui di Semarang. Ibaratnya, hampir setiap jengkal melangkahkan kaki di Kota Semarang pasti ketemu penjual Tahu Gimbal. Biasanya mereka berjualan dengan mendorong gerobak.

Untuk menikmati tahu gimbal ini Tarie mengajak saya ke kawasan segitiga Erlangga. Letaknya berdekat dengan Simpang Lima yang sudah terkenal itu. Segitiga Erlangga ini lokasinya adem karena dipenuhi dengan rindang pepohonan.

Kami memesan tahu Gimbal dan es Durian. Selain kedua menu tersebut, di kawasan Erlangga ini juga tersedia  menu lainnya Seperti Bakso Malang, Siomay, Batagor dan rujak Buah. Sambil menunggu pesanan datang  kita bisa dengerin “livemusic” mendayu dayu dengan semilir lagu dan petikan gitar.

Sesaat kemudian es durian dan tahu gimbal terhidang di meja. Tahu Gimbal ini terdiri dari lontong, tahu goreng, telur ceplok, gimbal, tauge dan rajangan kol, krupuk dan saus kacang. Gimbalnya ini semacam bakwan goreng yang berisi udang. Saus bumbu kacangnya dicampur dengan petis udang. Teksturnya encer dan kacangnya nggak di-huleghalus, masih kasar sedikit.

Cara penyajiannya, lontong dipotong potong kemudian ditumpangi irisan tahu goreng. Ditambahkan potongan tahu gimbal, tauge dan rajangan kol kukus trus disiram dengan saus kacang dan kecap manis. Trus ditaburi dengan bawang goreng dan daun seledri. Sebagai pelangkap ditambahkan telor ceplok dan krupuk.

Ketika sesendok  tahu gimbal masuk kedalam mulut, pertama rasanya sedikit aneh. Bukan aneh yang gimana gitu atau yang bikin nggak suka. Anehnya disini terletak para rasa sausnya. Menghadirkan cita rasa perkawinan antara bumbu pecel dan tahu tek. Rasanya pedas, gurih ikan,manis, ada rasa bumbu sedikit dan  letupan rasa kacang dalam mulut. Enak tenan.


Kawasan erlangga ini tersohor dengan kelezatan es Durian. Kebetulan kami datang disiang bolong, butuh yang seger seger di tenggorokan. Es durian terdiri atas dawet, disiram dengan santan ditumpangi dengan gunungan es serut. Ditambahkan dua biji durian. Trus dilumeri dengan susu kental manis coklat.

Melihatnya saja sudah bikin liur mentes deras, ditambah lagi dengan aroma durian yang aduhai nusuk hidung. Durian yang dipakai Durian montong yang terkenal enak memiliki daging tebal. Dengan menggunakan sendok saya sapu daging durian dan saya campur dengan kuah es.

Ketika mendarat dilidah rasanya segar, manis dengan letupan rasa legit durian. Rasanya menyatu, mengajak lidah saya berenang dalam kenikmatan. Saking enaknya sampe si mangkok berasa licin dan mulus. Semangkuk es durian dijual Rp. 25.000  dengan dua biji durian yang lumayan tebal. Jadi, jangan coba coba makan tahu gimbal dan es durian kalau nggak kepingin ketagihan.

Gejolak Jiwa ‘Muda’ di Tugu Muda

$
0
0
Tugu Muda Semarang

Kuliner seharian hingga Kongkow tengah malam di depan Lawang Sewu

Ketika mentari merekah, lidah ini sudah digoyang dengan kelezatan soto ayam Pak Wit, lanjut jelajahi Klenteng Tay Kak Sie, trus makan lunpia Gang Lombok. Roda motor bergerak menuju kawasan Erlangga, disini kami menikmati Tahu Gimbal dan Es Durian. Ketika mentari meninggi kami habiskan waktu menyusuri keindahan arsitektur lawang Sewu. Lanjut mbadokEs panekuk dan Mie  Kopyok. Kemudian, ngantri di lekker paimo tanpa mencicipi rasanya. Karena antriannya menggila. Selesai? Belum, lah.

Sabtu itu saya dan Tarie bener bener ‘gila’. Sudah seharian mbolang dan mbadok tapi ceruk nafsu masih dalam. Bukannya bersantai dan mandi sore, kami justru bertolak menuju Masjid Agung Jawa Tengah ketika senja mulai merekah. Nggak apa, lah, toh tanpa mandi sore kami tetep wangi dan kece *plak.

Kami habiskan sore menikmati Sunset di langit Masjid Agung jawa Tengah. Sekalian menatap gemerlap malam kota semarang dari menara Masjid. Diatas menara, angin berhembus kencang dan mulai meniupkan kantuk di mata ini. Bukannya bobok cantik, kami melanjutkan aksi kami dengan cangkrukan di Angkringan ala anak muda Semarang. Sekalian ngobrol sama  Mbak Unik, blogger kece dari kota Semarang.

Gelora jiwa muda saya sedang meninggi. Kaki ini tak ingin berhenti menyusuri. Begitu pula dengan bibir ini, masih ingin menikmati. Seharian penuh menjelajah Wisata kota Semarang dan juga mencicipi kuliner khasnya, nafsu malah menjadi jadi.

Ketika sang penguasa malam memanggil arwah gentayang, bukannya bersiap pasang masker dimuka trus bobok, kami masih melanjutkan petualangan. Kami lanjutkan edisi memuaskan lidah di Pasar malam Semawis dengan menyantap tiga kuliner khas Semarang, yakni pisang planet, es conglik dan nasi goreng babat. Sudah? Belum. hehehe

Lawang Sewu
Penamapakan Lawang Sewu di Malam Hari

Tugu Muda Semarang
Tugu Muda

Sebenarnya masih ada satu kuliner lagi yang ingin kami nikmati malam itu, yakni nasi ayam. Penjualnya buka hingga malam hari. Karena perut masih kenyang, kami putuskan menghabiskan malam di lawang Sewu. Lebih tepatnya duduk santai di kawasan Tugu Muda. Karena memang letak keduanya saling berhadapan.

Suasana malam minggu di sekitar Tugu Muda rame sekali. Tugu muda ini letaknya berada tepat ditengah persimpangan jalan. Beberapa ruas jalan dipergunakan tempat kongkow para komunitas sepeda motor. Dan juga para groupies yang asyik bercengkrama diatas trotoar. Bahkan tepat didepan lawang sewu berkumpul para komunitas skuter.

Tugu muda yang dibangun pada tahun 1945 adalah sebuah sebuah monumen yang dibuat untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur dalamPertempuran Lima hari di Semarang. Tugu Muda ini menggambarkan tentang semangat berjuang dan patriotisme warga semarang, khususnya para pemuda yang gigih, rela berkorban dengan semangat yang tinggi mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.

Tugu Muda berbentuk seperti lilin yang mengandung makna semangat juang para pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan RI tidak akan pernah padam. Bentuk Tugu muda merupakan tugu yang berpenampang segi lima. Terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu landasan, badan dan kepala. Pasa sisi landasan tugu terdapat relief. Keseluruhan tugu dibuat dari batu. Untuk memperkuat kesan tugunya, dibuat kolam hias dan taman pada sekeliling tugu.

Di malam hari Tugu Muda disinari cahaya lampu dengan warna berbeda. Disekelilingnya terdapat air mancur dan taman yang dihiasi dengan ornamen. Apalagi di malam hari, lawang sewu berserta tugu muda disinari lampu. Nuansa dramatis yang ditawarkan justru nampak mempesona dalam jepretan kamera.

Saya perhatikan anak anak muda yang nongkrong disini. Ada yang pacaran, ada yang bercengkrama dengan sahabat. Ada yang sibuk narsis. Ada yang sekedar main gitar. Dan diantara mereka, sayalah yang paling bayak kuantitasya menghirup Oksigen (baca: tua). itsok, lah, masak emak emak harus selalu didapur, bolehlah sekali kali kongkow biar awet muda. Tapi teteup ingat sama yang dirumah. hehehe

Saya habiskan malam itu bercengkrama dengan Tarie sambil membidikkan lensa kamera ke lawang Sewu. Dimalam hari Lawang Sewu menawarkan aura kesunyian. Begitu kontras dengan lalu lalang jalanan yang berada didepannya.

Mendekati jam 12 malam kami bertolak menuju penjual nasi ayam khas Semarang. Sesampainya disana nasi ayam sudah habis dan pegawainya sibuk mencuci piring. Jika mengingat hari itu, saya jadi tertawa geli. Dalam sehari lidah ini mencicip aneka kuliner sebanyak itu. Bagaimana bisa? apa si perut nggak meledak melahap kuliner sebanyak itu? Bisa lah kami makannya selalu sepiring berdua. Temenan itu asyik bareng, bukan saling Jaim. hehehe Jadi, apa sebenarnya moral story dari postingan ini? “Traveling tak mengenal usia, selama nafas ini berhembus PrayEat Well and Travel More”


Ceruk Kelezatan Es Pankuk

$
0
0
Es pankuk Pak Yono

Ketika Pancake disajikan dengan es puter

Gundukan es krim berwarna coklat, hijau dan merah muda tersaji membeningkan mata. Dibawahnya hamparan agar agar dan pancake yang dipotong kecil kecil. Sajian es Panekuk dengan warnanya yang kalem menggoda nampak begitu kontras diatas piring berwarna orange.

Bikin gigi ini semakin gemes untuk segera menggigitnya. Sesendok es pankuk memasuki ruang indra perasa. Pancake yang lembut dan kenyal berpadu dengan segarnya es krim. Melumatnya seolah berenang dalam lautan es puter. Mata jadi merem melek dalam kenikmatan. Halah! Disini saya merasa sangat alay. Hehehe

Baiklah, jadi gini, ya. Es Pankuk kuliner khas Semarang ini sebenarnya adalah es puter yang disajikan bersama dengan pancake. Panekuk atau Pancake ini terbuat dari tepung, mentega dan telur. Biasanya pancake disajikan bulat utuh gitu trus dimakan dengan madu atau lelehan mentega. Nah, disini beda. Pancake-nya di potong kecil kecil terus dinikmati bersama es puter.

Es puter ini berbeda dengan es krim kemasan atau yang dijual di Mall. Teksturnya tak selembut es krim kemasan karena dibuat homemade. Meski demikian rasanya lumer di mulut. Segar, tidak terlalu manis dan nggak neg karena terbuat dari  bahan dan buah alami.

Es puter ini terdiri atas tiga rasa yang diwakili oleh warnanya yang berbeda pula. Coklat, tentu saja menyajikan rasa coklat. Merah muda menyajikan rasa kopyor atau kelapa muda. Sedangkan yang hijau adalah rasa alpukat. Sebenarnya masih ada satu rasa lagi yakni es rasa Durian.Tapi dalam seporsi es panekuk yang dijual dengan harga Rp. 12.000 ini menghidangkan tiga rasa saja.

Es Pankuk Pak Yonoadalah es Krim tersohor dikota Semarang. Berdiri sejak tahun 1950. Ya ampun, saya bahkan belum menghirup oksigen di Bumi. Es pankuk Pak Yono ini berada di Jl. Tanjung, Semarang. Meski Warung Pak Yono ini sangat sederhana dan berada diatas trotoar tapi selalu ramai dikerumuni pembeli. Apalagi waktu jam makan siang, bisa bisa kesulitan cari tempat parkir.

Selain Es Pankuk, gado gado Pak Yonorasanya juga Juara. Masuk dalam jajaran Kuliner yang harus di coba di Semarang. Gado Gado Pak Yono ini tersohor dengan nama gado gado PLN. Karena memang letaknya berdekatan (disebelah) Kantor PLN.

Sayang sekali, ketika berada disini saya tidak mencoba Gado gado Pak Yono. Karena perut saya sudah kenyang melahap Salah satu Kuliner khas Semarang Yakni Mie Kopyok. Kebetulan Mie Kopyok Pak Dhuwur legendaris  yang sudah ada sejak tahun 1960 ini berada tepat diseberang jalan warung Pak Yono.

Es Puter
Mie Kopyok
Mie Kopyok sebenarnya sederhana. Tapi dalam kesederhanaanya justru tercipta rasa yang meggetarkan lidah. Terdiri atas potongan lontong,  tahu,  tauge,  taburan seledri, krupuk karak ditumpangi dengan Mie trus disiram dengan kuah bawang yang sudah dicampur dengan kecap manis. Rasanya gurih dan manis.

Sebelum di hidangkan Mienya dimasak dalam kuah mendidih dengan cara dikopyok kopyok jadinya dikenal dengan nama Mie Kopyok. Mie nya biasa aja, Mie yang biasa kita jumpai di pasar. Tapi Apa sih yang membikin Mie Kopyok  Pak Dhuwur sangat nikmat? 

Selain karena rasa gurih dan manisnya yang pas dilidah, Mie Kopyok Pak Dhuwur ini disajikan dengan sambal spesial dan ‘cairan’ tambahan semacam cuka bawang buatan sendiri. ‘cairan’ ini bikin Mie Kopyok rasanya lebih nonjok. Menyapu lidah dengan rasa gurih, pedas dan  segar. Pokoknya, sedapnya kebangetan. Datang ke Semarang dan cobain sendiri kalau nggak percaya.

Senja Merekah di Langit Masjid Agung Jawa Tengah

$
0
0
Masjid Agung di Semarang

Masjid Agung Jawa Tengah  dirancang dalam gaya arsitektur campuran Jawa, Islam dan Romawi

Do you this Masjid ?” Tanya seorang  teman dari Pakistan sambil menyodorkan sebuah foto Masjid menawan. Saya mengenalnya dalam sebuah forum diskusi ketika  saya masih ‘khilaf’ dengan dunia malam. Dunia yang ‘memaksa’ saya begadang semalaman. Metanibarisan coding pemrograman yang siap di-execute.

Sejenak saya memperhatikan dengan benar foto Masjid yang dia kirimkan. “Subhanallah, Very beautiful Masjid but I don’t know , never been there’ jawab saya datar. ‘In which country this Masjid?‘ Tanya saya dengan penuh antusias. 
“My dear sister, it’s In your Country”jawabnya dengan senyuman.
 “What ??? in which city? “
“Found it and tell me once you visit this Masjid”
“InsyaAllah”

Akan mudah bagi saya jika tahu nama Masjidnya dan mencarinya di eyang google. Tapi berbekal foto ? hmmm. Waktu berlalu. Bahkan tahun pun cepat berganti.

Suatu ketika, salah satu teman saya memposting foto narsis dia di sebuah Masjid. Dan saya teringat Masjid yang ditanyakan teman saya dari Pakistan. Ketika teman saya bilang ini Masjid Agung Jawa tengah dan berada di Kota Semarang, saya langsung tepok jidat. Ya Allah, kemana saja selama ini, masak Masjid cantik di propinsi sebelah tidak tahu. Terlalu!.

Kebetulan jadwal pulang ke tanah air saya janjian Kopdar dengan teman teman Blogger di Semarang. Tapi sayang, dihari yang sama saya dan Shah Jahan sibuk membangun ‘Taj Mahal’. Jadwal saya ganti di beberapa minggu kemudian. Selain mengunjungi  Masjid Agung Jawa Tengah, saya juga mengunjungi sederet tempat wisata andalan kota Semarang  yakni Jelajah kota Lama Semarang, Klenteng Tay Kak Sie, Klenteng Laksamana Cheng Ho dan Lawang Sewu. Selebihnya saya banyak menghabiskan waktu berwisata kuliner.

Senja mulai merekah ketika saya dan Tarie bertolak menuju Masjid Agung Jawa Tengah yang diresmikan tanggal 14 November 2006 oleh Bapak Susilo bambang Yudhoyono yang saat itu menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Memasuki komplek Masjid seluas 10 hektar terdapat halaman yang luas dipenuhi dengan pepopohan rindang, dibawahnya digunakan sebagai parkir motor. Terlihat beberapa pengunjung sedang asyik jogging di halaman Masjid.

Melewati undakan kita sampai di pelataran Masjid. Sebuah bangunan disanggah dengan 25 pilar membentuk setengah lingkaran. Hal ini menyimbolkan 25 Nabi dan Rosul. Pilar pilar bergaya koloseum Athena di Romawi dihiasi Kaligrafi yang menawan.

Masjid Agung Jawa Tengah
Sebuah Jet Melintas dilangit MAJT dilengkapi Kaligrafi  Al-Quran disanggah 25 Pillar bergaya Koloseum Athena Romawi 

Selanjutnya saya melepaskan alas kaki menapaki bangunan utama Masjid yang digunakan untuk shalat. Di  Masjid ini terdapat enam buah payung  raksasa otomatis seperti yang ada di Masjid Nabawi. Tinggi masing masing paying elektrik adalah 20 meter dengan diameter 14 meter.

Waktu saya datang kemarin payung tersebut dalam keadaan tertutup. Ada sedikit kerusakan dan karatan dibagian bawahnya. Menurut informasi yang ada, payung elektrik ini dibuka setiap hari Jum’at, Idul itri dan Idul Adha dengan catatan kondisi angin tidak melebihi 200 knot.

Saya melanjutkan tapak kaki memasuki Masjid Agung Jawa Tengah yang dirancang dalam gaya arsitektur campuran Jawa, Islam dan Romawi. Dimahkotai limas khas bangunan Jawa namun dibagian ujungnya dilengkapi dengan kubah besar berdiameter 20 meter.  Ditambah lagi dengan 4 menara masing masing setinggi 62 meter ditiap penjuru atapnya.

Didepan pintu utama Masjid terdapat Sebuah Al-Quran Raksasa berukuran 14 x 95 cm. Ditulis tangan oleh Drs. Khyatudin dari Pondok pesantren Al-Asyariyyah, Kalibeber, Mojotengah, Wonosobo. Sementara diujung kanan terdapat Bedug Ijo berukuran Jumbo. Beduk yang dibuat oleh santri Pondok Pesantren Alfalah, Banyumas ini menggunakan kulit lembu dari Australia.

Terdapat dua lantai yang dipergunakan untuk shalat. Sedangkan bagian depan dilantai dasar terdapat Mighrab utama yang dibingkai dengan kayu berkaligrafi ayat ayat Al-Quran. Subhanallah. Sayang, ketika saya datang kemari ada beberapa renovasi di depan Mighrab. Saya cukup melihatnya dari kejauhan.

Setelah puas berkeliling diarea Masjid, saya menghabiskan sore duduk santai bercengkaram dengan Tarie dibawah pilar Kolosuem bergaya Roma. Menanti kedatangan Mbak Niek dan anak anaknya yang sebelumnya saya temui selesai berwisata kuliner es Panekuk.


Tempat yang harus dikunjungi di Semarang
Bedug Ijo

Itinerary perjalanan di Semarang
Payung Raksasa elektrik

Masjid Masjid Keren di Indonesia
Bagina dalam Masjid

Wisata kota Semarang
Mighrab dan jamaah yang sedang menjalankan shalat disebelah Al-Quran Raksasa

Dipengujung senja, mentari menggores langit dengan warna jingga. Lampu lampu cantik menghiasi Masjid, pilar dan menara mulai dianyalakan. Perpaduan keduanya menghasilan foto yang sangat ciamik dalam jepretan kamera. Sejenak menanti azdan berkumandang kami duduk asyik dan bercengkrama dibawah pilar.

Adzan Maghrib berkumandang menggema di Udara. Bangunan induk untuk shalat seluas 7.669 meter persegi ini mulai didatangi oleh Jamaah. Sebagian besar penduduk Semarang dan ada juga wisatawan dari luar kota.

Setelah bersujud tiga rakaat di Masjid, kami duduk santai dibawah payung raksana. Angin semilir sepoi sepoi menghantarkan aroma masakan yang sungguh menggetarkan nafsu makan. Disayap kiri Masjid sedang berlangsung resepsi pernikahan.

Selain digunakan sebagai tempat Ibadah, akad nikah dan resepsi, Masjid yang menelan biaya hingga Rp. 196 Milyar ini juga disipakan sebagai wisata religius. Di Masjid agung ini dilengkapi dengan wisma penginapan dengan kapasitas 23 kamar berbagai kelas.

Terakhir kami mengunjungi Menara asmaul Husna yang menjulang setinggi 99 meter. Untuk menuju keatap menara yang berada dilantai 19 ini pengunjung dikenakan biaya Rp. 7.000 saja. Bagian dasar menara terdapat studio Radio DaIs (Dakwah Islam). Kemudian dilantai 2 dan 3 digunakan sebagai Museum Kebudayaan Islam. Dan dilantai 18 terdapat Kafe muslim.

Menara pandang pandang yang berada di lantai 19 ini dilengkapi dengan 5 teropong untuk menatap kota semarang lebih dekat. Gardu pandang ini juga digunakan sebagai tempat rukyat Al-Hilal. Sayang waktu datang kemari teropong tidak dapat digunakan. Jangan kecewa, dari menara pandang dengan kasat matapun kita bisa menatap germerlap kota semarang dalam balutan cahaya malam ditemani angin yang berhembus lumayan kencang.


Menara Asmaul Husna
Panorama Malam hari MAJT dan Kota Semarang dilihat dari menara Asmaul Husna

Masjid Bergaya Romawi

Payung Raksasa Elektrik


Dan…. hingga saya menulis postingan ini saya belum mengkabarkan teman saya yang di Paskitan bahwa saya sudah mengunjungi Masjid yang ia tunjukkan dulu.

Soto Ayam Semarang Rasanya Ngangenin

$
0
0

Nama boleh sama Soto Ayam tapi rasanya beda dengan kombinasi lezatnya soto ayam dan soup ayam

Jujur aja, waktu diajakin Tarie sarapan pagi dengan menu soto ayam, hati ini agak ngegrundel. Di Jawa Timur kan banyak soto ayam, hampir  tiap jengkal pasti ada penjual soto. Ngapain juga  jauh jauh kulineran ke Semarang kalau akhirnya makan soto juga. Apalagi daftar kuliner kota Semarang yang pingin kusantap panjang sangat kayak gerbong kereta India.

Baiklah, tak ada salahnya mencoba, siapa tahu jatuh cinta. Tarie mengajak saya mencoba salah satu soto ayam enak di Semarang, Soto Ayam Pak Wit. Berada di kawasa taman KB yang dipenuhi rindang pepohonan. Suasananya adem. Banyak anak muda dan orang tua sedang berolah raga.


Soto Pak Wit terletak di tikungan jalan. Berupa gerobak sederhana disebelah Trotoar. Berjajar tempat duduk  di sepanjang  trotoar. Ramai dengan penunjung. Istilah orang jawa sampek nggak ketok bokong e(sampai nggak kelihatan pantatnya). Kalau kelihatan ‘beneran’ malah pada ngibrit. Hahaha.

Kami memesan 2 mangkuk soto ayam. Ya iyalah, masak pesan dua ‘porsi’ ayam kampus *plakkk. Seporsi soto ayam tersaji dalam mangkok kecil. Setengah porsi dari soto ayam di Jawa timur. Bagi saya pribadi, porsi segini cocok sekali buat sarapan pagi, biar nggak terlalu berat. Lagian badan saya aja udah berat. Hadew, dibahas lagi. Meski sedikit tapi lumayan bikin perut kenyang dipagi hari dan menambah energi buat memulai aktifitas.

Soto Ayam Semarang terdiri atas nasi kemudian ditumpangi dengan mie bihun, irisan kol, bawang daun dan seledri. Trus ditambah dengan suwiran ayam lalu disiram dengan kuah dan ditaburi dengan bawang goreng.

Kuahnya ini warnanya putih transparan karena nggak pakai kunyit seperti soto pada umumnya. Jadi sekilas nampak seperti sop ayam. Harum kaldu ayamnya bikin si perut menggeliat. Rasanya seger dan gurih seperti rasa sop ayam tapi dengan tendangan rasa serai dan daun jeruk. Rasanya lebih segar lagi jika dihujani perasan jeruk nipis.

Kalau suka rasa manis bisa ditambahkan dengan kecap manis. Biar nggak belepotan dan praktis, kecap manis ini dihidangkan dalam tempat saos kecap khusus. Dan jika pingin bibir jontor alias penyuka pedas, tersedia sambal hijau halus.

Kalau di versi jawa timur, Soto ayam disajikan dengan krupuk udang saja. Soto ayam Semarang ini dihidangkan dengan banyak pedamping. Lumayan bikin kalap nafsu. Mulai kripik tempe, gimbal sampai aneka macam sate. Ada sate telur burung dara, sate usus, sate jeroan sampe sate kerang. Langsung si Kolesterol dan asam urat melambai lambai. hehehe


Seporsi soto ayam Semarang pak Wit ini dijual dengan harga Rp. 6000 saja. Selain soto ayam pak Wit, di Semarang banyak penjual soto ayam yang tersohor, seperti Pak Man, Pak No, Pak Darno, Pak Wito, soto ayam Bangkong dan masih banyak Pak Pak lainnya.  Nama boleh sama, tapi setiap penjual dan daerah menghidangkan cita rasa khas tersendiri. Sampai hari ini saya sangat berterima kasih dengan Tarie diperkenalkan dengan Soto Ayam Semarang. Rasanya ngangenin banget.

5 Oleh Oleh khas Semarang Wajib Bawa

$
0
0
Oleh Oleh Khas Semarang

Semarang  Tak Sekedar Loenpia

Jika kita menghadirkan kata Semarang, otak kita secara otomatis akan mengirimkan signal salah satu kuliner andalannya yakni Lunpia. Padahal ya, Kuliner khas Semarang bukan hanya lunpia masih banyak yang lainnya. Termasuk urusan oleh oleh, berikut lima oleh oleh khas Semarang wajib bawa

1.    Lunpia
Lunpia atau Loenpia Semarang sangat berbeda dengan Lunpia pada umumnya yang berisi wortel dan tauge. Lunpia semarang isinya Rebung (bambu muda) dengan berbagai variasi rasa. Kalau Lunpia Gang Lombok yang melegenda itu isinya rebung dicampur dengan telur. Kalau Lunpia Mbak Lien, ada 3 varian rasa yakni rasa Udang, Ayam dan Spesial.

Satu biji Lunpia dijual dihargai Rp. 12.000.  Untuk oleh oleh, Lunpia ini biasanya diletakkan kedalam Besek (box terbuat dari anyaman bambu). Ada dua pilihan Lunpia, Lunpia basah dan Goreng. Saran saya, kalau jaraknya tidak terlalu jauh, beli Lunpia basah, sampe dirumah bisa digoreng sendiri.

2.    Bandeng Presto
Bandeng yang dimasak dengan bumbu spesial ini dimasak dalam panci tekanan tinggi atau biasa dikenal dengan presto. Tulang ikan bandeng menjadi lunak dan gurih. Ikan yang sudah dipresto dimasukkan dalam plastik dan di vacuum agar kedap udara. Bandengnya lebih tahan lama sampai dengan seminggu.

Jika dimasukkan kedalam kulkas bisa tahan hingga satu bulan. Sebagai pelengkap disediakan sambal dengan rasa pedas yang sedang dan manis. Paling yahood disantap dengan nasi hangat. Satu kardus/kotak diharga Rp. 149.000 dengan 5-6 ekor ikan Bandeng.




3.    Tahu Bakso
Sesuai dengan namanya, tahu bakso ini kombinasi antara tahu goreng yang dijejali dengan bakso didalamnya, kemudian dikukus. Di Semarang yang paling enak itu Tahu Cahu Ungaran. Belinya di kawasan Simpang Lima.

Satu bungkus dihargai Rp. 32.000 yang berisi 10 biji tahu bakso berukuran sedang dengan rasa yang mantap. Sampe dirumah masukin kulkas biar awet. Kalau mau makan bisa dikukus atau digoreng. Makan tiga biji tahu bakso sudah kenyang.

Tahu Bakso Semarang

4.    Wingko Babat
Dulu saya kira Wingko babat itu dari Lamongan saja, ternyata Semarang juga punya wingko spesial. Waktu jalan jalan ke Semarang, di sepanjang jalan Pandanaran banyak penjual Wingko. Bukan hanya Wingko, juga Lunpia dan Bandeng Presto. Wingko Dijual dalam tas kertas imut gitu. Entah berapa harganya karena saya nggak beli. Lunpia dan Bakso sudah cukup menuhin Ransel.



5.    Kue Mochi atau Moaci
Saya mengetahui kue mochi ini sebagai oleh oleh khas Semarang ketika bertandang ke Klenteng Tay Kak Sey, ada beberapa penjual Mochi yang menawarkan dagangannya. Kuliner peranakan ini memang dibuat oleh Warga Tiongkok yang sudah lama menetap di Semarang. Terbuat dari tepung ketan dengan isian kacang tumbuk yang sudah dicampur dengan gula/caramel. Menghadirkan rasa gurih dan Manis.

Itulah tadi lima oleh oleh khas Semarang. Dan berikut saya sajikan daftar kuliner khas Semarang
  1. Pisang Plenet
  2. Es Cong lik
  3. TahuPong Semarang
  4. Nasi Goreng Babat
  5.  Es Panekuk
  6. Mie Kopyok
  7. Nasi Ayam
  8.  Lekker
  9. Tahu Gimbal
  10.  Es Campur Durian
  11. Soto Ayam Semarang
  12. Es Rujak

Selain Kuliner khas Semarang, juga ada Kuliner umum atau Kuliner khas daerah lain yang dijual di Semarang dengan menghadirkan citarasa aduhai yang menjadi Idola warga Semarang.
Dan berikut 5 Destinasi wisata di Kota Semarangyang saya kunjungi

Sudah hampir 1,5 bulan ini saya mengajak pembaca berkelana tempat dan rasa di Semarang. Waktunya saya menutup akhir cerita perjalanan dengan berjuta terima kasih pada sahabatku Tarie, penguasa blog jejaksematawayang.com yang telah menjadi travelmate menyenangkan ketika keliling Semarang dan menyediakan home sweethome buat bobok cantik.

Sahabat

Dan…bersamaan dengan hari Pahlawan di bulan November, InsyaAllah bulan depan saya akan berpetualang dan bercerita tentang beberapa destinasi wisata dan kuliner Surabaya dan sekitarnya.

Jantar Mantar Wisata ala Sang Calon Astronot Tayang dimajalah Anakku

$
0
0
artikel perjalanan di Media

Jantar Mantar adalah sebuah monumen tua gabungan dari berbagai instrument yang digunakan sebagai petunjuk waktu dan menjadi dasar ilmu Astronomi di India. Disini kita bisa menjadi astronom di abad ke 17.

Si kecilku, Najin (7 tahun), pernah menyampaikan cita citanya adalah menjadi astronot. Sepertinya, bukan hanya Najin, anak seusianya yang bercita cita untuk menjadi astronot. Namun kami tetap berniat untuk mengenalkanya pada banyak hal yang bersinggungan dengan ilmu Astronot.


artikel perjalanan dimuat di majalah Anakku
Tulisan jalan jalan tayang di Majalah

Jantar mantar delhi India
Ini dia calon Astronotnya waktu bermain dan Belajar di Jantar Mantar



Baca selengkapnya di Majalah Anakku versi digital, free di

Bagaimana mengirim tulisan jalan jalan ke Majalah Anakku? Klik disini.


Sepotong Elok Dunia di Dharamsala tayang di Kompas KLASS

$
0
0



Dharamsala, India dikenal sebagai tempat tinggal Dalai lama dianugerahi racikan alam pegunungan alam Himalaya dengan rasa Tibet

Tenggelam Dalam Museum Kapal Selam

$
0
0

Merupakan Monumen Kapal Selam terbesar di kawasan Asia

Ibarat teman dekat, sering berjumpa tapi tak pernah menyentuh relung  hati. Sering melewati Monumen kapal selam yang berada di jalan  Pemuda, Surabaya tapi nggak pernah masuk kedalamnya. Parahnya lagi, saya sering ke Surabaya Mall yang berada tepat disampingnya. Super parah lagi, ketika saya mbolang  dengan menggunakan naik kereta  seringnya lewat stasiun Gubeng yang juga berdekatan Monumen Kapal Selam. Terlalu!

Kadang saya juga merasa  kurang ‘nasionalis’, monumen yang jauh disana udah dijamah tapi monumen selemparan mata dicuekin aja. Sama dengan hidupku, nikah sama orang jauh di negeri Mahabharata tapi sahabat yang sabar menanti malah dianggurin. Eaaaa, malah ngelantur ngalor ngidul, apa coba hubungan antara teman dan monumen ?

Jadi, sebenarnya waktu  berencana pulang ke tanah air terbesit keinginan  saya untuk posting artikel tematik. Misal tentang satu kota, sekalian urut posting tentang tempat wisata dan kulinernya. Jadi para penggemar blog ini bisa megikuti alur cerita perjalanan ala sinetron Indonesia. Dan ‘lokasi shooting’ nggak jauh jauh dari rumah juga. Nggak enak sama Ibu tercinta. Udah ditinggalin lama ngendon diluar negeri, masak pulang kerumah trus ditinggalin ngebolang. Kalau Ibu marah bisa bahaya, saya bakalan dikutuk jadi emak tercantik sejagat raya *dadadadaalamissuniverse.

Baiklah. Jika sebelumnya saya sudah menceritakan tentang pengalaman jelajah pulau Menjangan kemudian berlanjut dengan kelana dan tualang rasa di Kota Semarang, sekarang saya akan posting tentang tempat wisata dan kuliner di kota Pahlawan, Surabaya. Kebetulan, tanggal 10 November ini bertepatan dengan Hari Pahlawan.

Saya datang ke Monumen kapal selam  atau akrab disebut Monaskel bersama dengan Erlita. Sejenak setelah memarkir kendaraan, terdengar suara klakson membabi buta. Ditambah dengan nyanyian menggema. Melintas rombongan Suporter Persebaya berkaos hijau melintas dengan motornya. Ramai!.

Harga tiket masuk Rp. 10.000 sudah ditangan. Menatap Monumen  kapal selam hati saya jadi belang belang karena kapal selam lagi di ketok magic, banyak dempulan sana sini. Kapalselam yang dijadikan Museum ini adalah salah satu Kapal Selam Republik Indonesia bernama Pasopati – 410  (bukan replika) yang dibuat tahun 1952 ini madeinRusia. Besar sekali, dengan panjang 76 meter dan lebar 3,60 meter.

Menanjaki undakan, kami masuk kedalam perut kapal. Udara dingin menyeruak. Dalam lambung kapal ini dibagi menjadi beberapa bagian (ruangan). Disebelah kanan (ujung) terdapat  ruangan Torpedo haluan dengan empat buah  peluncur Torpedo. Berfungsi untuk meluncurkan torpedo sesuai dengan sasaran. Dilengkapi dengan berbagai peralatan dan petunjuk. Nampak ruwet dengan sambungan pipa pipa kecil, kompas, alat pemutar dan masih banyak detail detail lainnyanya.

KRI pasopati ini betugas untuk menghancurkan garis musuh, mengawasi dan menyergap secara diam diam. KRI Pasopati mulai beropasi tahun 1962 dan ikut berperan  mempertahankan hukum kelautan, berpartisipiasi dalm 28 operasi termasuk Trikora di Irian Jaya sampai akhirnya dipensiunkan pada tahun 1987.

Selanjutnya terdapat ruang tidur bintara. Tempat tidurnya kecil  bertingkat dan memanjang. Berasa sempit dan nggak bisa gerak. Mengingatkan saya akan tempat duduk mikrolet. Bayangka! Dalam satu kapal dahulunya mengangkut hingga 63 awak kapal. Disi lainnya terdapat meja yang panjang. Diatasnya beberapa pipa pipa memanjang dan saling berhubungan. Tampak begitu sempit.

Berdekatan dengan pintu terdapat Periskop yang digunakan untuk melihat kapal pada saat kapal menyelam dikedalam hingga 13 meter. Kemudian Pompa hidrolik berfungsi untuk mengubah energy mekanik menjadi energy hidrolik. Dan juga Bilik Hitung (TSL) digunakan untuk menghitung jarak Torpedo ke titik sasaran. Juga ruang lainnya seperti Ruang Sonar, Ruang Diesel, Ruang mesin listrik,  juga ruang makan dan ruang dapur.









Nah, ini. Dari satu ruangan ke ruang lainnya terhubung  dengan satu saja. Berbentuk  bulat dan sangat rendah. Kira kira setinggi  dada. Jadi harus menunduk ketika melewati. Kalau badanya langsing sih gampang gampang aja melewatinya. Kalau gendut kayak saya. Ampun, dah. Kalau kepala dulu, kaki susah amat ngangkatnya, perut serasa tertekan dan tersangkut. Kalau kaki duluan, takut nih celana robek dan kepala kejedok. Duh! Jadi selama melewati pintu itu aku nungguin semua orang lewat terlebih dahulu, biar nggak antri nungguin saya yang ribet amat bawa badan segede kapal selam ini. Itulah mengapa para tentara harus tetap fit dan langsing.

Sejenak menelisik seluruh perut kapal sudah membuat saya sesak, terlalu kecil dan pengap. Nggak bisa bayangin gimana dengan kehidupan para tentara yang tinggal berbulan bulan. Dengan fasilitas yang sangat minim. Ditambah dengan berbagai detail seperti kabel dan pipa dan banyak peralatan lainnya yang memenuhi  tembok dan juga langit langit lambung kapal.

Pintu keluar berada diujung  Kapal yang lainnya dengan ruang Torpedo di ujungnya. Jika tadi berdekatan pintu masuk terdapat empat buah peluncur Torpedo, di bagian ini hanya terdapat dua peluncur Torpedo saja. Selain Museum kapal selam  di kawasan ini juga terdapat ruang untuk menonton film (video rama)yang sudah termasuk kedalam harga tiket masuk. Video rama menyajikan film sinematik dan dilengkapi sistem suara stereo akan membawa imajinasi kita menyatu dengan film mengenai Kapal Selam KRI Pasopati 410 disaat menjalankan tugasnya.

Juga terdapat kolam renang untuk anak anak, music life dan juga ada tempat duduk santai disepanjang Sungai Kalimas. Yang duduk disini kebanyakan pasangan muda mudi. Jika datang malam hari kawasan kapal selam ini menawarkan panorama yang berbeda dengan hiasan lampu lampu cantik.

Setelah mengunjungi Monumen kapal Selam, timbul perasaan haru dan begitu menghargai Pahlawan yang telah mengorbankan hari harinya bertugas di dalam kapal ini.  Tak hanya berjejalan dalam lambung kapal yang sempit. Juga jauh dari keluarga mengarungi Samudra. Mempertaruhkan Jiwa raga demi keutuhan negara Republik Indonesia Tercinta.

Museum Kapal Selam Surabaya
Jl. Pemuda No.39 Surabaya
Jam Buka : 8 Pagi – 10 malam.







Tergoda Kelezatan Tahu Campur Surabaya

$
0
0
Tahu Campur
Ketika rasa gurih soup daging menyatu dengan gurihnya petis

“Pesan satu lagi Ammy …its very tasty “ ucap si kecil, Najin sambil nyruput sisa soup diatas piring. Makannya lahap sekali sampai kelihatan seperti tergesa gesa, sambil sesekali mengusap peluh yang mengalir. Ini adalah pertama kalinya dia menyantap tahu campur, dan langsung jatuh hati dengan menu khas Surabaya ini.

Saya jadi tersenyum Happy, gimana tidak, selama ini dia paling suka menu fast food seperti ayam goreng, burger atau Pizza. Kalau saya ajak makan malam di luar, tiga menu itu selalu menjadi menu yang terucap dari bibir mungilnya. Malam itu menjadi ‘sejarah’ yang membuat saya tak segan lagi mengajaknya berwisata kuliner.

Jadi ceritanya, malam itu saya kangen dengan citarasa Tahu campur, saya ajaklah dia jalan jalan ke kawasan jajanan malam pasar senggol, Gresik. Disana ada Tahu Campur paling enak di Kota Gresik (Kota yang berbatasan dengan Surabaya Barat). Biasanya dia menolak, karena bukan menu pilihannya. Tapi saya ‘merayu’ nya dengan semangkok es campur. Akan sulit baginya menolak enaknya es campur. hehehe

Nah, ketika tahu campur terhidang hangat di hadapan mata, dia langsung bilang “Aku mau makan itu”. Si kecil telah tergoda dengan aromanya yang menggetarkan rongga hidung. Saya mengernyitkan dahi dan tersenyum.

Baiklah, sepiring tahu campur yang saya pesan langsung saya sodorkan kepadanya. Dia cicip kuahnya yang sedikit kental, terus lanjut makan tanpa sepatah katapun terucap. Hehehe karena keasyikan dengan cita rasa yang gurih.

Tahu campur lebih dikenal sebagai masakan Khas Surabaya, padahal aslinya dari Lamongan. Dan menjadi kuliner khas Jawa Timur. Tahu campur bukan hanya milik Jawa Timur, beberapa daerah juga memiliki menu tahu campur. Tapi, tentu saja setiap tempat menghadirkan racikan dan citara rasa yang berbeda pula. Seperti Kebanyakan kuliner Surabaya lainnya, Tahu campur juga menghadirkan tendangan rasa gurih petis dalam sajiannya.

Petisnya ini dipoles diatas piring, jika suka pedas sekalian dibalut dengan sambal. Kemudian diberi tauge dan irisan selada air. Ditambahkan irisan tahu goreng, perkedal singkong dan Mie kuning. Kemudian diguyur dengan soup daging yang sedikit kental dan beberapa iris daging.

Dagingnya ini bukan sembarang bagian daging. Yang digunakan adalah bagian daging tertentu berdekatan dengan otot. Diracik dengan bumbu bumbu pilihan hingga dagingnya empuk tapi tidak sampe lumer di mulut. Warna soupnya sedikit kuning. Ketika panci soup dibuka, uap tipis melayang diatasnya menghantar aroma menggoda.

Rasa super gurih membahana relung pencecap rasa. Menghadirkan kombinasi rasa antara gurih soup daging dan gurihnya petis. Dan sedikit manis dengan semburat rasa pedas. Maklum saya penyuka rasa pedas, jadi selalu menambahkan sambal dalam hidangan. Tahu campur ini paling enak disajikan hangat.

Hingga hari ini Najin menyukai beberapa menu kuliner Nusantara. Kalau dirumah dan lapar dimalam hari, dia biasanya mengajak saya keluar untuk mencicipi kuliner lokal. Bukan hanya Tahu campur, juga Tahu Tek dan Soto Kikil. Jarang sekali mengajak saya ke restoran fastfood. Aih senengnya, tak hanya bikin dompet saya tertawa lepas, saya jadi punya  ‘teman baru’ bersiwata kuliner.

Getar Jiwa Merdeka di Tugu Pahlawan Surabaya

$
0
0
Museum Sepuluh November

Merinding menyaksikan peluh darah diringi pidato menggetarkan jiwa demi sebuah nafas Kemerdekaan

Patung Bapak Soekarno – Hatta berdiri tegak diantara sengat sang mentari.  Dibelakangnya berjajar tiang putih yang usang dengan kerusakan disana sini. Ornamen di pintu masuk Tugu Pahlawan Surabaya ini seolah menggambarkan semangat untuk tetap berdiri menggapai segala keinginan meski waktu, keadaan, tekanan bagaikan besi baja yang menghantar berat di dalam hati.

Pada tanah lapang berkarpet hijau yang luas di belakangnya, disitulah harapan dibentangkan. Tempat generasi muda membangun sebuah harapan baru, tak lagi  memaksa kita untuk menumpahkan darah tapi memeras otak demi kemakmuran negara. Tak lagi mematri semangat merdeka atau mati, tapi menampar semangat berkreasi.

Ditengahnya berdiri sebuah tugu monumen setinggi 41,15 meter berbentuk lingga atau lebih mirip seperti paku terbalik. Badan monumen berupa lengkungan lengkungan sebanyak 10 lengkungan dan terbagi atas 11 ruas. Menjadi simbol hari bersejarah bagi bangsa Indonesia, 10 November (11) 1945 dimana arek arek Suroboyo berjuang melawan pasukan Belanda yang hendak menjajah Indonesia Kembali.

Tugu Pahlawan Surabaya
Tugu Pahlawan
Melangkahkan kaki diantara rimbun pepohonan beberapa penjual souvenir dan makanan berjajar rapi di tepi lapangan. Dibagian lainnya berdiri sebuah tank dan juga senjata canon hasil rampasan dari tetara belanda dan Inggris. Remaja, manula dan anak anak berseragam sekolah berkeliweran kesana kemari. Jalanan setapak ini mengantarkan kaki mungil saya dan Erlita menuju Museum sepuluh November.

Museum berada dibawah tanah tugu pahlawan sedalam 7 meter. Tangga dengan kemiringan landai menghantarkan kami menatap deretan lukisan tangan dan juga ukiran yang  menggambarkan perjuangan para Pahlawan yang berjuang di Surabaya kala itu. Menghembuskan rasa nasionalisme dan memaksa otak saya mengingat kembali  pelajaran sejarah yang dulu kerap membuat mata saya terkantuk.

Saudara saudara Rakyat Surabaya, bersiaplah! Keadaan genting! Tetapi saya peringtakan sekali lagi, jangan mulai menembak, baru kalau kita ditembak, maka kita akan ganti menyerang mereka itu! Kita tunjukkan bahwa kita adalah benar benar orang yang ingin merdeka.

Dan untuk itu kita saudara saudara lebih baik hancur lebur daripada tidak merdeka. Dan semboyan kita tetap sama : Merdeka atau mati!

Dan kita yakin saudara saudara, pada akhirnya pastilah kemenangan jatuh ke tangan kita. Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar, percayalah saudara saudara Tuhan akan melindungi kita sekalian.

Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!   Merdeka!!!”

Bagian akhir pidato Bung Tomo itu berhasil membuat bikin bulu kuduk saya berdiri, merinding!. Pidato asli yang beliau ucapkan kala itu membakar semangat arek arek Suroboyo. Pidato yang mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk tidak menyerahkan kemerdakaan yang sudah kita dapatkan untuk diserahkan kembali ke Tentara Inggris.

Ditengah museum sebuah patung menggambarkan tentara Indonesia mengacungkan senjata keatas langit dikelilingi tentara yang meregang jawa demi kemerdekaan. Angan dan pikiran saya digiring menembus waktu. Seolah ikut merasakan dan melihat sendiri suasana mecekangKota Surabaya kala itu dengan menatap patung replika para pejuang, diorama, foto foto kota Surabaya masa Lalu, baju, topi, sarung yang mereka gunakan hingga obat serta peralatan medistempo doeloe. Termasuk pembalut zaman jadul.

Diorama yang menyajikan pidato Bung Tomo

Peralatan Medis zaman Jadul yang digunakan kala itu


Foto, baju tempoe dulu

Museum di lantai satu

foto foto kompani Belanda dan Inggris

Senjata yang digunakan untuk berperang

Replika tentara mengacungkan Senjata terpatri semangat Merdeka atau Mati

Ketiga foto Model yang beraksi didepan tank berhasil membuat saya tersenyum, perhatikan!!!




Kami kemudian menuju ke lantai dua. Disini terpajang beberapa senjata digunakan untuk berperang kala itu. Replika kota Surabaya tempoe dulu. Diorama yang  menggambarkan pertempuran sengit kala itu disertai suara suara yang menggetarkan jiwa. Kami duduk sejenak menyaksikkan film yang menampilkan kota Suasana kota Surabaya kala itu sebelum meninggalkan museum.

Bertandang kesini tak hanya menggunungkan rasa terima kasih atas apa yang mereka perjuangankan. Lebih dari itu saya jadi bertanya pada diri sendiri, apa yang sudah saya lakukan untuk kemajuan negara ini. Ngapain aja selama ini? jangankan untuk negara, apakah kita sudah melakukan yang terbaik dan berusaha sekuat tenaga untuk diri sendiri dan keluarga? Jawaban yang justru membuat saya melemas teringat kemalasan yang kerap menyelimuti diri. Do or Die.



Kemeriahaan Festival Diwali di India

$
0
0
Diwali in India

Setiap rumah dihiasi lampu warna warni atau Diyas dan  langit bumi Hindustani dihujani kembang api, Menakjubkan!

Land of festivalsadalah sebutan lain negara India selain negeri Hindustani. Dalam setahun terdapat ratusan festival yang dirangkai dengan sederet ritual. Salah satu festival terbesaryang dirayakan penuh suka cita bertabur cahaya adalah Diwali.

Festival keagamaan Diwali atauDeepavalidirayakan sebagai tanda kemenangan akan datangnyacahaya dan keluar darikegelapan. Deepavali sendiri berasal bahasa sansekerta dari kata Dipa yang berarti lampu. Deepavali berarti rangkaian lampu. Oleh sebab itu perayaan yang berlangsung dimusim gugur setiap tahunnya ini selalu ditandai dengan hiasan lampudidalam maupun diluar setiap rumah, kantor, kuil, jalan hingga pasar. Tak ayal, pada puncak perayaan Diwali bumi Hindustani bertaburcahaya lampu.

Dua minggu sebelum puncak perayaan Diwali. Saya menyaksikan para tetangga yang beragama Hindu mulai membersihkan, mengecat dan mendekorasi rumah. Memotong rumput ditaman dan merapikan tanaman. Disusul dengan memasang lampu hias warna warni dirumah.

Lampu yang menjulur dari atap hingga  bagian depan rumah hampir sama dengan lampu hias yang kita gunakan pada hari Kemerdakaan di Indonesia. Bedanya, mereka memiliki lebih banyak variasi warna dan  kerlap kerlip. Ada variasi lampu  yang berganti aneka warna terus menerus. Ada yang berjalan layaknya sebuah serambi hingga turun kebawah layaknya air terjun.

Dhanteras
Diwali tak hanya dirayakan dalam sehari saja. Sebelum dan sesudah diwali terdapat sederet ritual yang harus dilakukan selama lima hari berturut turut.Hari pertama (2 hari sebelum Diwali) dimulai dengan ritual Dhanteras. Ritual yang dipersembahkan sebagai tanda kelahiran Dewi Laskhmi dan Dewa Dhanvantari. Dewi Lakshmi dipercaya sebagai Dewi pemberi Kekayaan dan Kesejahteraan.Sementara Dewa Dhanvantari dipercaya sebagai Dewa yang menganugerahkan Kesehatan dan memberikan kesembuhan.

Pada ritual inisemua keluarga disibukkan dengan berbelanja Langaratau peralatan dapur. Mulai dari peralatan masak hingga alat elektronik. Tak ayal satu bulan sebelum Diwali, seluruh toko  hingga online shoppingberlomba lomba memberikan diskon besar besar an.

Tak cukup disitu saja, para wanita juga akan disibukkan dengan membeli emas dan berbagai perhiasan perak. Hari ini dikenal sebagai hari belanja terbesar di India. Seluruh pasar bagaikan lautan manusia. Jalanan begitu macet. Hari biasa suara klakson aja membabi buta, apalagi pas hari belanja kayak gini. Jangan bayangkan, lumayan bikin naik pitam. Tapi rasa geram yang berselimut kebahagian.

Sore harinya dilanjutkan dengan ritual pemujaan Dewi Laskhmi. Sebagai tanda terima kasih atas kesejahteraan yang diberikan dan harapan akan rezeki yang lancar ditahun mendatang. Setelah itu mereka akan mendekorasi seluruh kantor, toko atau tempat yang menjadi sumber rezeki dan kemakmuran dengan rangkaian bunga juga lampu.

Naraka Chaturdasi
Keesokan harinya (sehari sebelum Diwali) dilanjutkan dengan dengan ritual Naraka Chaturdasi. Perayaan ini dikenal juga sebagai chotiDiwali atau Diwali kecil. Diwali dengan mendekorasi lantai rumah dengan Rangoli. Yakni seni dekorasi mewarnai lantai dengan design geometri.

Dekorasi Rangoli ini biasanya berada di lantai ruang tamu atau teras. Hal ini dimaksudkan agar generasi selanjutnya bisa melanjutkan tradisi dan seni secara turun temurun dalam kehidupan. Design Rangoli biasanya dibuat dari aneka tepung, beras, pasir  yang diberi pewarna dan juga bunga.

Para wanita dan gadis remaja sibuk didapur untuk membuat aneka manisan. Toko toko penjual manisan dadakan nampak memenuhi badan jalan. Warna warni manisan dengan berbagai rasa ini akan dimasukkan didalam kotak dan dibungkus layaknya sebuah kado. Manisan ini dimakan pada saat perayaan Diwali dan juga diberikan sebagai kepada kerabat dan juga teman bisnis.

Saya yang beragama Islam kecipratan kemeriahaan Diwali saat itu. Beberapa kolega bisnis mengirimkan sepaket parcel. Berisi sekotak manisan dan juga beberapa makanan ringan lainnya. Gigi saya sampek linu gegara kebanyakan makan manisan. Sementara, lupakan diet. hihihi

Sore hari mereka melakukan ritual mandi bersih. Para wanita menghias tangan dan kaki dengan mehndi. Yakni seni menghias tubuh dengan menggunakan daun pacar.

Diwali in India
Seorang gadis cakep sedang dilukis tanganya dengan mehndi

festival of Colours in India
Hiasa lampu disalah satu sudut taman di pasar tradisional

Diwali festival in India
sibuk menyalakan diyas di malam Diwali

Diwali and flowers
Banyak penjual Bunga di Jalanan

Diwali
Toko dan rumah dihiasi bunga


Puncak Perayaan Diwali
Hari ketiga adalah hari puncak perayaan Diwali. Pagi hari banyak dijumpai para penjual bunga dadakan ditepi jalan. Mereka hanya menjual tipe satu bunga saja yakni bunga warna orange yang dikenal sebagai bunga Tembelek di Jawa. Digunakan sebagai sesembahan pada saat pemujaan.

Seperti hari raya Idul Fitri. Semua orang memakai baju baru dengan warna yang sangat terang. Tangan dan kaki tak hanya berhias mehndi. Juga dipenuhi dengan perhiasan. Super ngejreng.

Sore hari Diyas mulai dinyalakan. Diyas ini semacam mangkok kecil berbentuk bulat terbuat dari tanah liat. Kemudian diisi dengan minyak dan benang yang kemudian dinyalakan mirip sebuah lilin.

Sore hari disusul dengan pemujaan kepada Dewi Lakshmi. Pada malam Diwali, Dewi Laskhmi diyakini berkeliaran dibumi. Jendela dan pintu rumah dibuka lebar lebar. Kemudian Diyas diletakkan sepanjang jendela dan pintu rumah untuk menyambut kedatangan Dewi Laskhmi kedalam Rumah.Sebagian lainnya melarung Diyas di atas sungai. Aliran sungai dihiasi dengan serakan Diyas yang berjalan perlahan mengikuti arus sungai. Indah sekali.

Setelah itu mereka mulai menyalakan petasan dan kembang api. Dimaksudkan untuk mengusir kejahatan.  Orang orang mulai keluar rumah. Mendatangi sanak saudara, sahabat dan teman kerja atau bisnis. Meski jalan begitu padat dan macet. Saya sangat menikmatinya. Mata ini disuguhi deretan rumah dengan dekorasi warna warni dan hujan kembang api di langit langit bumi. Wow, Menakjubkan!

Festival of Light
Lampu warna warni menghiasi salah satu mall

Diwali
Hiasan lampu di salah satu pasar tradisional

Festival of Light in India
Rumah tetangga yang dihiasi lampu di malam hari


Deepavali in India
Toko yang dihiasi lampu warna warni


Padwa dan Bhai Dooj
Perayaan belum selesai. Keesokan harinya masih ada ritual Padwa. Ritual untuk merayakan cinta dan pengabdian antarikatan Suami Istri. Hari ini tak ubahnya sebagai hari kasih sayang.Mereka merayakan kebersamaan dengan makan bersama baik berdua maupun bersama keluarga.

Hari terakhir  dari serangkai festival Diwali diakhiri dengan ritual yang dikenal nama Bhai Dooj. Bhai sendiri berarti saudara laki laki. Ritual ini menekankan akan cinta dan ikatan seumur hidup antar saudara kandung.Para wanita berkumpul dan melakukan puja. Berdoa untuk kesejahteraan saudara mereka.Diwali taksekedar perayaan kemenangan. Juga perayaan ikatan batin antar umat manusia. Mengajarkan arti cinta dan persaudaraan.

Diwali di India
 Si kecil Najin dapat kado jam Tangan Baru di Festival Diwali


Jika anda ingin menikmati perayaan Diwali di India. Perayaan ini berlangsung pada akhir musim gugur. Antara bulan Oktober dan November dengan tanggal yang berbeda beda setiap tahunnya. Diwali tahun 2015 ini jatuh pada hari ini, tanggal 11 November.


Tersanjung Rasa Soto Kikil Manjung

$
0
0
Soto Kikil Manjung

Sore itu saya dan Ibu berbincang sambil nonton TV. Mulai obrolan keluarga hingga kuliner. Yah, sepulangnya saya ke tanah air, tentu saja saya merindukan dan ingin mencicip kuliner Indonesia. Tetiba ibu teringat, saya belum menikmati soto kikil sejak kami sampai di tanah air.

“Pak  Tahir sudah nggak jualan soto kikil” kata ibu. Pak Tahir biasanya berjualan soto kikil di dekat rumah kami. Langganan keluarga. Bukan hanya karena dekat dengan rumah, tapi rasanya juga enak.
“Kenapa bu, beliau baik baik saja kah ?”
“Entahlah, mungkin beliau sudah terlalu tua untuk berjualan”
“Bukannya kalau beliau nggak jualan, adiknya yang bakalan menggantikan? “ tanya saya dengan penuh penasaran
“Waktu kakakmu pulang kemarin, dia bilang sudah nggak ada lagi penjual soto kikil”
“Dimana ya, soto kikil dekat rumah yang enak, ada nggak?”
 “Kamu beli aja soto Kikil Manjung yang terkenal enak itu, nggak terlalu jauh, bawa Motor. Ajak Najin sekalian, dia paling suka makan soto kikil waktu kecil”

Hati saya langsung meleleh. Ibu masih ingat betul, selain bakso, si Kecil Najin doyan makan soto kikil. Sore itu, ketika senja mulau merekah, dengan mengendarai si Revo, saya dan Najin menggerakkan roda motor menuju Soto Kikil Manjung yang berada di Jl. Usman Sadar, Gresik.

Soto kikil Manjung ini termasuk legenda di Gresik. Membuka lapaknya jauh sebelum saya menghirup udara di dunia, tepatnya pada tahun 1976. Mereka berjualan dikawasan pasar Gresik dalam gerobak dorong. Semenjak tahun 1995 mereka pindah dan berjualan secara permanen disebuah rumah yang disulap menjadi restoran sederhana.

Suasana homie terasa ketika memasuki warung Soto Kikil Manjung. Beberapa set kursi kayu memagari meja kayu yang panjang. Diatas meja ada krupuk Udang, Sambal segar, beberapa botol minuman tradisional Sinom dan kecap manis. Sebelum mendaratkan pantat di kursi, saya memesan soto dan minuman dingin.

Tak perlu waktu lama, semangkok soto kikil hangat terhidang diatas meja. Didampingi dengan sepiring kecil beberapa belahan jeruk nipis. Sajian soto kikil ini terdiri atas irisan lontong disiram dengan kuah soto kikil. Diatasnya potongan kikil dengan jumlah lumayan banyak hingga menyelimuti irisan lontong. Tersaji cantik dengan serakan irisan daun bawang diatasnya.

Sebelum menyantapnya, saya hujani soto kikil dengan perasan jeruk nipis. Sesendok makan soto mendarat di lidah setelah ritual doa terucapkan. Rasa yang  tak asing lagi dan masih terasa enaknya sejak dulu. Semburat rasa super gurih kaldu dan bumbu merangsang indra perasa.

Kikilnya kenyal dan lumer ketika digigit. Nggak keras. Rasanya juga nggak neg dan tidak terlalu asin. Biasanya nih yah, rasa soto itu sedikit neg dan asin. Karena soto dengan rasa kaldu berlimpah ini masih ditambahahin Vitsin atau MSG oleh penjualnya.  MSG ini cukup bikin kepala saya berputar putar.

Selain rasanya yang pas dan nggak neg, satu hal yang paling saya suka dengan soto Manjung ini adalah kikilnya. Beneran kikil sapi, bukan daging atau bagian lain dan nggak pakai lemak. Dari banyak soto kikil yang saya coba, biasanya kikil dicampur dengan potongan lemak. Duh, Kolesterol melambai lambai.

Kikil ini adalah ‘daging’ bagian kaki. Teksturnya sangat berbeda dengan bagian daging lainnya. Karena berada di bagian kaki, kikil mengandung kolagen bersama dengan keratin dan elastin yang berfungsi untuk membentuk struktur jaringan guna memepertahankan kekuatan dan elastisitas kulit.

Kikil juga mengandung selenium yang cukup tinggi. Selenium ini berfungsi sebagai antioksidan alami mencegah terjadinya resiko penyekit degenerative. Dan masih banyak lagi manfaat mengkonsumsi Kikil. Tapi inget! Jangan mengkonsumsi terlalu banyak juga karena mengandung banyak kolesterol.

Kuliner Khas Kota Gresik

Kuliner khas jawa timur

Najin makan dengan lahapnya hingga tak sepatah kata terlontar dari bibir imutnya. Sesekali dia meneguk es dingin. Tak butuh waktu lama, mangkok dalam kondisi kinclong. Padahal, ya, semangkok soto kikil yang diharga Rp. 18.000 ini lumayan banyak. Porsi orang dewasa. Setelah selesai, dia elus elus perutnya sambil menggeliat dan bilang “kekenyangan sekali aku”. Hehehe selalu dengan bahasa Indonesia yang amburadul. Terakhir sebelum beranjak pergi, saya memesan seporsi soto kikil untuk ibu dirumah.

Ekowisata Mangrove, Oase Ditengah Kepadatan Kota Surabaya

$
0
0
Ekowisata Mangrove Wonorejo

Tak hanya menawarkan nuansa hijau hutan bakau juga mengayomi habitat berbagai jenis burung yang bermigrasi dari berbagai negara

Perjalanan menuju Ekowisata Mangrove membuat hijab saya basa oleh bulir bulir keringat. Tak hanya letaknya yang berada di ujung Timur Surabaya. Juga kondisi jalanan yang  tak semulus paha Ceribel. Mendekati kawasan Ekowisata Mangrove, dari jalan mencuat bebatuan tak beraspal ditambah tarian debu di udara. Memaksa tangan saya mengendarai si Revo dengan ketahanan penuh.

Sampai di Ekowisata Mangrove ketika mentari tergelincir di ufuk barat. Sebelumnya kami (saya dan keluarga saya, Erlita) menghabiskan hari menelisik monumen Tugu Pahlawan dan  Kapal Selam. Pikir saya, sore hari alam akan menawarkan hembusan udara yang segar. Dan juga tidak terlalu ramai. Tetapi saya salah, meski sore hari udara kota Surabaya masih menghantarkan panas dan masih banyak pengunjung pula.

Untunglah, Ekowisata Mangrove yang menghampar disekitar pesisir timur pantai Surabaya ini menawarkan nuansa hijau menyejukkan mata. Dari sela sela pepohonan berhembus angin dari arah lautan. Jalanan setapak untuk menyusuri hutan berupa jembatan kayu. Sekitarnya adalah rawa yang dipenuhi pohon bakau. Terdapat dua pemondokan kayu di sisi kanan dan kiri menambah nuansa alami hutan yang berada di kawasan Wonorejo, Surabaya Timur.

Hutan Mangrove Surabaya

Tempat Wisata di Surabaya

Ekowisata Mangrove Wonorejo

Ekowisata Mangrove Wonorejo


Kebanyakan pohon bakau yang ditanam disini adalah hasil kerjasama dengan beberapa perusahaan Nasional dan universitas setempat. Hal ini dapat dilihat dari papan papan kayu yang ditancapkan diatas lahan dengan nama perusahaan atau universitas yang menyumbangkan bibit bakau tersebut.

Diatas jembatan kayu ini kami menuju ujung lainnya yang dikenal sebagai joggingtrack. Menuju kesana dari arah pemondokan kami harus menghadapi sebagian jembatan yang sudah rusak. Banyak yang memilih memutar untuk menuju jogging track.  Kepalang tanggung, saya memilih melewati jembatan hanya berpangku pada satu kayu. Bagai pemain akrobat, badan saya yang bulat lebar ini harus seimbang melewati kayu. Lumayan bikin kaki saya bergetar dengan detak jangung yang terdengar nyata di telinga.

Ditengah hutan ini terdapat foodstall yang menawarkan aneka makanan dan minuman. Seperti lontong balap, soto, tahu petis, aneka gorengan, snack, minuman dingin hingga souvenir. Berdekatan dengan food stall ini juga terdapat Musholla dan juga toilet. Sayangnya, baik para penjual juga pembeli kurang memperhatikan kebersihan lingkungan. Disekitar foodstall, sampah berserakan dimana mana. Padahal tersedia tempat sampah. Mengenaskan!

Joggingtrack ini menawarkan nuansa hutan lebat ditengah kepadatan kota Surabaya. Pepohonan rindang dan hutan bakau bersanding mesra disini. Pengunjungnya pun bervariasi. Mulai dari dua sejoli, keluarga hingga komunitas. Waktu datang kemarin kami bertemu dengan komunitas pecinta Reptil. Dan juga seorang fotografer yang sibuk membidik aneka burung diantara rimbun pepohonan.

Hutan Mangrove ini tak hanya difungsikan sebagai kawasan hijau untuk menahan abrasi air laut, Juga menjadi surga bagi satwa liar, khususnya burung. Masing masing burung bermukim sesuai dengan habitat mereka tinggal.

Tak hanya habitat burung yang bermukin lokal. Pada musim tertentu, ekowisata hutan mangrove ini juga menjadi tempat migrasi berbagai burung dari belahan bumi lain. Terdapat puluhan aneka jenis burung yang ada di wilayah timur pantai Surabaya ini. Seperti kuntul putih, Tekukur biasa, kekep babi, cerek Jawa, Blekoh Sawah dan masih banyak lagi.

Asyiknya lagi kita bisa menyusuri kawasan pesisir Timur pantai di hutan Mangroove ini dengan menggunakan perahu kayu. Tak Mahal, hanya merogoh kocek Rp. 25.000/ orang. Hutan Bakau ini bagaikan oase ditengah padatnya kota Surabaya. Dan juga sebagai salah satu tempat nongkrong asyik sambil menghirup udara segar.

Peta Lokasi Hutan Mangrove Wonorejo Surabaya
Fotografer ini serius banget membidikkan kamera mencari berbagai jenis burung disini

Ekowisata Mangrove Wonorejo
Ekplore Hutan bakau dengan menggunakan kapal hias ini

Ekowisata Mangrove Wonorejo

Tiket masuk hutan Mangrove Surabaya

Hutan Mangrove di Indonesia

Ekowisata Mangrove Wonorejo
Komunitas pecinta reptil

Menjelang matahari tenggelam, kami bergegas pulang. Tapi kaki saya terhenti ketika ada bapak bapak yang sibuk memindahkan bibit tanaman bakau dari truk kecil.
“Sore pak, bibit ini didatangkan dari mana ya ?”
“Oh, ini bibit didatangkan dari Probolinggo”
“Oke, Saya kira bibit tanaman ini dari sini saja”
“Ya, selain mengembangkan bibit disini, kami juga mendatangkan bibit tanaman bakau dari luar kota”
“Harganya berapa pak per pohon per phon kecil gitu?”
“Rp. 2500 mbak”

Kami kemudian berbincang dengan bapak pengurus hutan Mangrove. Beliau kemudian menjelaskan bagaimana proses pembibitan ini dilakukan. Sebelum menjadi tanaman kecil kayak gini, bibit tanaman bakau akan tumbuh menjulur seperti asparagus. Dibiarkan bergerombol didalam air hingga mencapai usia tertentu. Kemudian dipindahkan kedalam wadah plastik satu persatu hingga tumbu menjadi pohon kecil. Setelah itu baru dipindahkan kea lam liar.

Si bapak kemudian menunjukkan bibit tersebut yang berada tepat dibawah pemondokan kayu. Wih, saya yang menyaksikannya masih tidak percaya kalau ini adalah cikal bakal tanaman mangrove. Bener, sekilas nampak seperti hamparan sayur Asparagush. Bedanya, batangnya lebih keras dengan ujung seperti cakar kuku burung mungil.

Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya
Cikar bakal pohon Mangrove
Tempat wisata yang harus dikunjungi di Surabaya

Langit yang benderang mulai disapu warna jingga sang surya hingga gelap menyapa. Kami bergegas meningalkan hutan Mangrove, karena takut kemalaman di jalan. Yang bikin saya heran, Jam segini masih banyak pengunjung yang datang dan tempat parkir masih dipenuhi kendaraa bermotor. Trus, ngapain mereka kesana menjelang malam gini? Disitu pikiran saya langsung dipenuhi hal negatif yang membuat bibir saya menyunggingkan senyuman. Jangan mikir parno duluan!. Mungkin saja mereka sedang ‘memancing’ ikan. Hehehe

Tersihir Kesegaran Sego Menir

$
0
0
Kuliner Khas Kota Gresik

Terasa seperti sayur bening dibumbui dengan ulekkan menir, yakni beras yang sudah dihaluskan

Sejak si kecil Najin jatuh cinta dengan cita rasa Tahu Campur, sejak saat itu saya tak segan memperkenalkannya dengan kuliner lokal. Kali ini saya mengajaknya sarapan salah satu kuliner khas kota Gresik, Sego Menir. Sego Meneer, mener atau menir ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan kuliner khas Gresik lainnya. Jika kebayakan kuliner Gresik memiliki citarasa gurih pedas, Sego menir ini justru menawarkan rasa segar.

Sego dalam bahasa Jawa berari nasi. Menir sendiri adalah kuah bening yang dicampur dengan menir, yaitu beras kecil kecil yang sudah digerus halus. Meski dicampur dengan menir, kuahnya tidak terlalu keruh. Justru terlihat bening seperti sayur bayam bening. Rasa dan bumbunya pun mirip. Bumbunya terdiri atas kunci, bawang merah dan putih dan gerusan menir. Bedanya kuah menir ini menggunakan rajangan Kangkung. Terkadang ditambahkan dengan labu.

Awalnya saya ragu mengajak Najin sarapan pagi dengan menu sego Menir. Pertama, karena dia nggak suka sarapan. Kedua, karena Sego menir ini ada sayurannya. Bukan karena dia nggak suka sayuran, ya. Tapi dia lebih menikmati makan sayuran yang dimasak dirumah.

Tidak ada salahnya mencoba. Roda kendaraan saya gerakkan menuju penjual Sego Menir yang berada di pertigaan Jl. Akim Kayat. Sego menirnya terkenal di kalangan masyarakat Gresik. Selain itu juga letaknya berdekatan dengan penjual Nasi Krawu terlaris di Kota Gresik, siapa lagi kalau bukan Buk Tiban. Kalaupun nanti Najin tidak menyukai sego menir saya akan mengajaknya menyantap Nasi Krawu. Salah satu menu favouritnya.

Saya memesan satu piring sego menir. Berupa nasi yang diguyur dengan kuah menir. Kemudian ditambahkan sambal pencit atau mangga muda. Mata saya dan Najin bergerilya mencari lauk yang terhidang sangat melimpah di meja. Ada berbagai gorengan ikan, ikan asin krispi, Bali belot, dadar jagung, telur ikan dan juga aneka jeroan sapi.  Hmmmm lumayan bikin kalap.

Umumnya, Sego menir ini disantap bersama bali belut dan dadar jagung. Tapi jika kurang suka, bisa mencoba aneka lauk yang ada, tergantung selera. Karena saya sendiri kurang menyukai bali belut, pilihan saya jatuh pada ikan asin krispi dan Najin lebih memilih  sate usus dengan rasa sedikit pedas.

Sego Menir menawarkan rasa segar dengan semburat rasa kecur yang tipis. Tonjokan segar menir lebih terasa lagi dengan tambahan sambal pencit. Letupan rasa segar, pedas dan sedikit masam terasa menggoda rongga perasa. Ditambah lagi dengan tabrakan ikan asin, hmmm gurih terasa.

Nggak nyangka, Najin makan dengan lahapnya. Saya hanya bisa tersenyum sambil memilah daging ikan agar durinya nggak ikut. Dia lebih suka mencomot sate usus ditanganya. 2,3, 5 hingga 7 sate usus. Hehehe doyan. Sementara kami makan dalam buaian kesegaran, silih berganti ibu ibu datang membeli kuah sayur menir untuk dinikmati dirumah.

Kuliner daerah Gresik
Bali Belut

Kuliner Nusantara
Ikan Asin Krispi

Sego Menir
Sambal Pencit (mangga muda)

Sego Menir
Aneka Lauk pauk, mulai ikan goreng hingga jeroan sapi

Dibandingkan dengan Nasi Krawu dimana penjualnya  dapat dengan mudah kita jumpai di kota Gresik, sego Menir ini cenderung langka. Di Kota Gresik sendiri ada beberapa penjual Sego menir yang menjadi jujukan warga Gresik. Yakni Sego Mener Akim Kayat. Kemudian Nasi Menir Mbuk Marjani, Bu Zaenab dan yang berjualan disekitar pasar Gresik. Kebanyakan penjual sego menir ini juga menjual nasi Krawu.

Seporsi sego menir diharga Rp.7000 saja, sudah termasuk lauk pauk. Ketika saya membayar, permintaan Najin ini membuat penjual dan pembeli tersenyum. “Ammy, Najin suka ini, bawa pulang semua ya?” sambil menatap hijau sate usus. Baiklah!. Kalau emaknya lebih suka Kripik Usus Maknyus, doyan banget malah. Nah, sebelum pulang, kami membeli 2 bungkus es cincau yang berada di seberang jalan yang juga laris manis.


Keunikan Masjid Cheng Hoo Bernuansa Klenteng

$
0
0
Masjid Muhammas Cheng Hoo Surabaya

Masjid pertama kali di dunia dengan nama Cheng Hoo ini memiliki arsitektur kombinasi gaya Jawa, Tiongkok dan Timur Tengah

Menelisik tentang petilasan laksamana Cheng Hoo di Indonesia ini lebih menarik dibandingkan dengan negeri dimana beliau dilahirkan. Di Semarang  terdapat Klenteng yang didedikasikan khusus kepada beliau, tapi tidak di negerinya. Di Surabaya sendiri terdapat Masjid Muhammad Cheng Hoo, yang merupakan Masjid petama kali di dunia dengan nama Cheng Hoo.

Menarik bukan? Meski sedikit aneh juga. Disisi lain Klenteng yang digunakan peribadatan Agama Budha dan sisi lainnya sebuah Masjid tempat Umat Muslim beribadah. Tapi Jika kita menarik garis merah dan sejarah, maka keunikan tentang Sang laksamana penakluk Samudra ini terjawab sudah. Setelah bertandang ke Klenteng Sam Poo Kong di Semarang bulan Agustus lalu, rasa penasaran menggiring saya bertandang ke Masjid Cheng Hoo Surabaya ini.

Kebetulan  bioskop di Surabaya  lagi memutar film Everest. Saya dan keluarga saya, Erlita berencana menyaksikan ketegangan film Everest setelah mengunjungi Masjid Cheng Hoo. Dengan menunggangi si kuda Hitam Revo, kami menembus kepadatan jalanan Surabaya ketika semburat jingga mulai menyapa di Ufuk Barat. Masjid Cheng Hoo ini bisa dijangkau melalui Jl. Kusuma Bangsa (THR) atau melalui Balai Kota Surabaya. Berjarak sekitar 1 KM dari Sate Klopo Ondomohenyang melegenda itu.

Sampai disana, sebuah gedung bertingkat menyapa. Saya mengernyitkan dahi dan mengundang tanya. Erlita yang sudah berkunjung kesini sebelumnya mengatakan bahwa letak Masjid Cheng Ho ini berada di belakang Gedung. Ketika saya memarkir sepeda seolah mengiyakan apa yang dia katakan, halaman Masjid Cheng Hoo ini sebuah lapangan olah raga dengan hangar diatasnya yang berada tepat di belakang gedung.

Masjid Muhammad Cheng Hoo yang diresmikan tanggal 28 Mei 2003 ini sekilas nampak seperti sebuah klenteng. Peletakkan batunya sendiri dilakukan pada tahun 2001 bertepatan dengan hari Isra’ Mi’raj. Masjid berdiri diatas lahan seluas 21 x 11 m2.  Dan luas Bangunan 11 x 9 m2. Angka 11 adalah ukuran Ka’bah saat baru dibangun. Sedangkan angka 9 melambangkan Wali Songo yang menyebarkan Islam di tanah Jawa.

Didominasi warna merah dengan kombinasi warna kuning dan hijau. Terdiri atas satu lantai dengan ornamen 3 tingkat ditengahnya. Diujungnya sebuah Mozaik keemasan berlafazdkan Tuhan pecipta Semesta, Allah. Bentuk bangunan mengingatkan saya akan gaya bangunan di negeri Tiongkok.

Sebelum menuju Masjid saya membaca prasasti Cheng Hoo yang menempel di Tembok Gedung. Disana tertulis bahwa Cheng Hoo (Zheng He, 1371 – 1435) mempunya marga asli “MA” atau Muhammad dan bernama He (yang berarti damai) alias  “San Bao” (Berarti anak tersayang ketiga). Selain itu beliau juga terkenal sebagai kasim “San Pao” (ejaan menurut bahasa Fujian). Klenteng Sam Poo Kong yang berada di Semarang  diambil dari nama ini.

Cheng Hoo adalah keturunan etnis (suku) “Hui” yang berasal dari Xi Yu (Bhukara di Asia Tengah yang kini termasuk dalam Propin Xinjiang). Suku ini turun menurun menganut agama Islam. Kemudian mereka pindah ke Kunming, Propinsi Yunan, Tiongkok Barat Daya dan menetap disana.

Masjid Cheng Hoo ini yang memiliki arsitektur perpaduan gaya China, Jawa dan Timur tengah ini berdampingan dengan sebuah taman mungil. Taman dihiasi kolam dengan sebuah replika kapal mengapung diatasnya. Berlatar belakang tembok dengan sebuah lukisan batu menggambarkan wajah sang Laksama dan panorama negeri Tiongkok.

Masjid Cheng Hoo



Masjid Bernuansa Klenteng


Konon dikisahkan bahwa salah satu nenek moyangnya adalah Zaldinsyeh Samsuddin, Seorang Raja di Xian-Yang Propinsi Yunan.Dan nenek moyangnya bernama Bai An. Kakek dari Cheng Hoo yang bernama Medina dan ayahnya Myrikin. Merak sudah menunikan Haji di Mekkah sehingga mereka secara terhormat dipanggil “Hazhi” (Haji dalam bahasa Indonesia). Ayahnya yang dipanggil dengan Ma Hazhi terkenal sangat baik dan murah hati. Suka membatu yatin piatu, janda, fakir miskin hingga disegani oleh penduduk setempat.

Sejak kecil Cheng hoo dikenal cerdas dan rendah hati. Pada saat dewasa watak pembawaanya berkembang menjadi sangat cakap, tampan, tulus, simpatik dan pandai bergaul. Wawasan dan visinya yang jauh kedepan sangat jernih dan mantap, mudah dipahami dan diikuti.

Atas perintah Dinasti Ming yang saat itu berkuasa, pad tahun 1405, Cheng Hoo ditunjuk sebagai Laksamana dari pasukan laut kerajaan dan sejak itu dimulailah perjalana akbar mengarungi 7 samudra. Untuk memenuhi tugasnya menjalin hubungan baik, mengembangkan budaya,  perdagangan serta menjalin komunukasi dengan negara negara lain di dunia, beliau membawa pasukan terbesar pada saat itu. Terdiri dari 27.800 orang dan lebih dari 100 kapal.

Terdapat tiga pintu  yang berada di tengah, kanan dan kiri Masjid. Ketiga pintu ini terdiri atas tiga lengkung pintu yang sekaligus berfungsi sebagai aliran udara. Pintunya terbuka tanpa penutup berwarna kuning cerah. Kami masuk melalui pintu sebelah kanan yang berada tepat disamping kolam. Sebuah bedug menggantung diatas. Deretan tiang warna merah cerah menyanggah atap Masjid.

Bagian dalam Masjid ini terdiri atas tiga bagian dengan sebuah sekat besi berukir. Bagian tengah dimana mighrab berada letaknya lebih tinggi dari bagian kanan dan kirinya. Bagian kanan digunakan untuk jamaah perempuan. Lantainya dibungkus dengan karpet hijau yang tebal. Sementara langit langitnya berwarna hijau tua dengan deretan garis kayu warna merah dan kuning.

Untuk menuju bagian tengah terdapat 5 undakan. Lima disini melambangkan rukun Islam. Jika kita masuk dari kiri, dari sana terdapat 6 undakan yang melambangkan Rukun Iman. Mighrab Masjid dibingkai dengan dua tiang berwarna kuning keemasan. Diatasnya sebuah kayu berukir dengan dekorasi Jawa.

Langit langit Masjid membentuk 8 sisi dengan dekorasi menawan. Angka 8 artinya melambangkan Patkwa, dalam bahasa Tinghoa yang berarti Keberuntungan atau Kejayaan. Langit langit ini membentuk tiga tingkatan sesuai yang kita lihat dari luar. Menggantung sebuah lampu gantung hias yang cantik.Sekilas nampak kecil tapi Masjid Cheng Hoo ini bisa menampung hingga 200 Jamaah.

Masjid Cheng Hoo di Indonesia

Siapa Laksama Cheng Hoo


Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya

Muslin Tiongkok di Indonesia

Masjid Cheng Hoo Surabaya


Cheng Hoo merupakan muslim yang taat dan saleh. Juru damai yang ulung dalam menciptakan hubungan yang yang baik dengan negara negara di Asia dan Afrika. Cheng Hoo juga baharian terbesar dalam sejarak bangsa Tingkok. Juga seorang perintis dalam navigasi dunia. Tercetat dalam sejarah, beliau memulia perjalanan laut jauh lebih awal dari bangsa Eropa. Yakni 87 tahun lebih awal dari Columbus. 92 tahun lebih awal dari Vasco de Gamma dan 116 tahun lebih awal dari Magellan.

Selama 600 terakhir, tempat tempat yang pernah dijelajahi oleh Laksamana Cheng Hoo masih dapat ditelusuri dan diakui secara universal. Untuk memonumentalkan catatan dan fakta perjalanan sejarah sebagai baharian yang jaya, utusan perdamaian terpuji dan  juga seorang muslim yang taat dan Soleh, maka umat muslim di Surabaya membangun Masjid Laksamana Muhammad Cheng Hoo.

Viewing all 174 articles
Browse latest View live