Quantcast
Channel: Emak Mbolang
Viewing all 174 articles
Browse latest View live

Nasi Krawu, Kuliner Legendaris Kota Wali

$
0
0
Nasi Krawu paling enak di Gresik

Nasi pulen ditaburi suwiran daging super gurih dengan aroma dan rasa bawang goreng berpadu dengan pedasnya sambal petis

Kota Gresik yang berada disebelah barat Kota Surabaya ini dikenal sebagai kota Wali, karena kota Gresik tidak hanya mengayomi dua  makam Wali Allah juga masuknya Islam pertamakali di tanah Jawa. Sebagai kota destinasi wisata Religi, kota Gresik juga memiliki sederet kuliner dengan rasa pedas yang khas. Jika sebelumnya saya telah memposting salah satu kuliner khasnya yakni Sego karak, sekarang saya akan mengajak lidah kamu berkelana rasa mencicip kuliner Gresik lainnya yang menjadi identikal kota Gresik itu sendiri yakni Nasi Krawu.

Berbeda dengan Sego karak yang menjadi santap pagi saja, Nasi Krawu bisa dinikmati kapanpun juga. Cocok buat  sarapan pagi juga nikmat buat makan malam. Nasi krawu terdiri atas nasi putih, suwiran daging, tiga macam serundengan dan sambal petis.

Yang bikin spesial itu cara memasaknya dagingnya, tidak hanya menghasilkan aroma yang menggelitik nasu makan juga rasa daging yang super gurih. Rasa gurihnya berasal dari Daging utuh yang dimasak bersama dengan jeroan sapi (bagian dalam sapi) seperti babat, usus dan hati. Setelah matang dan empuk, daging kemudiaan disuwir suwir. Suwiran daging kemudian ditumis dengan bawang putih serta bawang merah goreng dalam kuantitas yang banyak dan beberapa bumbu pilihan seperti lengkuas, kunyit, ketumbar, asam jawa dan gula. Terus dimasak hingga bumbu meresap dalam daging.

Jeroan sapi seperti Usus, babat dan hati tidak disuwir suwir tapi dipotong kecil kecil dan dimasak seperti daging diatas kemudian ditambahkan kuah sisa memasak. Untuk serundengnya ada tiga varian rasa sesuai dengan warnanya yakni kuning, merah dan coklat. Serundeng atau poyah ini terbuat dari parutan kelapa yang disangrai bersama bumbu bumbu pilihan. Serundeng merah rasanya sedikit pedas. Dan poyah coklat ini rasanya super gurih dan sedikit berminyak.

Nasi krawu paling enak di Gresik
Daging Suwir ditaburi bawang goreng  dan Serundeng

Nasi Krawu khas kota Wali
Jeroan Sapi dalam kuah melimpah


Resep sambal enak
Sambal petis dan serundeng

Yang bikin rasa krawu ini begitu mantap menggoda dan nendang itu sambalnya. Tidak seperti sambal lainnya yang terbuat dari cabe dan bumbu saja, sambal krawu ini terbuat dari sambal dengan campuran petis. Jadi rasanya pedas bercampur gurihnya ikan. Warnanya sedikit hitam dengan tekstur yang padat.

Nah, nasi putih biasanya diletakkan dalam baron. Semacam wadah yang terbuat dari anyaman bambu. Ketika nasi sudah masak, nasi kemudian dikipasi agar uapnya hilang. Nasinya menjadi pulen  dan lebih tahan lama.

Penyajian nasi krawu juga spesial, yakni disajikan dalam sepincuk daun pisang. Kalau tidak disajikan diatas daun pisang rasanya kurang mantap. Nasi putih diletakkan disudut pincuk daun pisang. Diatasnya ditambahkan suwiran daging, ketiga macam serundeng dan sambal kemudian ditaburi bawang goreng gurih dan enak. Hmmmm, ketika disajikan aromannya bikin nafsu makan menggila.

Makanan Khas kota Gresik
Penyajian Nasi Krawu melayangkan aroma sedap daging dan bawang goreng


Nasi Krawu legendaris
Menu komplit nasi Krawu warung Mbuk Tiban

Ada dua macam pilihan nasi krawu, mau basah atau kering. Kalau basah nasi krawu disiram dengan kuah daging yang super gurih. Jika suka bisa ditambahkan jeroan sapi seperti babat, usus dan hati. Kalau kamu punya kolesterol tinggi sebaiknya hindari makan jeroan sapi ini.

Konon ada cerita unik dibalik penamaan nasi krawu. Krawu sendiri katanya sih karena cara penyajiannya. Pedagang menggunakan jari jarinya secara langsung tanpa sendok untuk mengambil nasi, daging hingga serundeng. Kemudian sambalnya dicolek dengan ibu jari. Didolet kata orang jawa. Jadinya Krawu. hehehe

Di kota Gresik banyak sekali kita jumpai penjual nasi Krawu. Beberapa pedagang nasi krawu menjadi idola masyarakat Gresik karena rasanya yang aduhai. Seperti Mbuk Tiban, mbuk Mus, mbuk Tun, Bu Rika, Mbuk Azaah dan masih banyak mbuk mbuk lainnya. Mbuk sendiri penggilan untuk wanita Madura, Karena biasanya penjual Nasi Krawu keturunan Madura. Setiap penjual memiliki resep bumbu yang berbeda. Tapi yang paling laris manis dan selalu dipenuhi pembeli yakni nasi Krawu Mbuk Tiban yang berada di Jl. Abdul Karim.

Beda lidah, beda selera. Kalau saya sendiri tidak mengidolakan Nasi Krawu Mbuk Tiban. Nasi krawu langganan saya berada di pasar sentolang, berada di dekat tangga pasar. Kalau beli disini lumayan antri. Sering mendapatkan pesanan dalam jumlah banyak.

Nasi Krawu khas Gresik
Penjual Nasi Krawu langganan Keluarga menghidangan nasi yang  punel dalam baron

Nasi krawu dijual dengan harga mulai Rp. 10.000 satu bungkusnya. Jujur ya, untuk saya yang doyan mbadok atau kamu yang baru menikmati nasi krawu pasti nambah. Percayalah, menikmati nari krawu tak cukup satu. Sedapnya terlalu. Awas! nasi krawu bikin nagih dan mendaratkan kerinduan dalam relung nafsu.



Gajih Pinggir Dan Pesta “Caviar” Ala Kota Gresik

$
0
0

Kuliner Khas Gresik

Aneka jenis olahan telur ikan tersaji dalam baluran bumbu pedas menggoda

Tinggal dan besar di kota Gresik bukan berarti saya mengetahui semua kuliner khas kota yang terkenal akan semennya ini. Ada beberapa kuliner khas Gresik yang justru saya ketahui ketika masuk jenjang sekolah pertama, karena kebetulan sekolah saya berdekatan dengan pusatnya kuliner khas Kota Gresik. Salah satunya Gajih pinggir, jenis olahan jeroan ikan Bandeng yang dimasak dalam ramuan bumbu pedas.

Pertama kali kenal Gajih pinggir ketika seorang teman satu kelas mengajak saya makan siang. Waktu itu Gajih pinggir ini menjadi menu favourite ketika istirahat sekolah. Jujur ya, lihat penampakan Gajih pinggir rasanya nggak bisa nelan. Keburu Neg duluan.

Gajih pinggirsendiri sebenarnya berasal semua jaroan (bagian dalam) ikan bandeng seperti usus, hati, ginjal, lemak dan telur. Tapi beberapa penjual juga mencampurkan berbagai telur ikan dari jenis ikan yang berbeda. Jeroan ikan ini ketika dimasak (ditumis) dengan bumbu menjadi mudah hancur sehingga tekstrur Gajih pinggir menjadi lembek menyerupai bubur.

Terkadang ada juga jeroan yang tidak sepenuhnya hancur, jadi membentuk semacam bongkahan didalamnya. Warnanya coklat kemerahan dalam limpahan minyak yang banyak. Pertama kali mencoba rasanya super gurih, pedas, rasa bumbu merah yang tajam dan sedikit asin.

Biasanya jeroan ikan rasanya pahit, disini rasa pahit tidak terasa sama sekali. Katanya sih para penjual ini tahu cara membelah dan mengolah semua jeroan sehingga tidak pahit. Nah, untuk menyeimbangkan rasa Gajih pinggir yang gurih tajam ini biasanya disantap bersama dengan krupuk. Cara makannya di cocol atau dicelupkan atau disendokkan kedalam gajih pinggir. Trus dimakan, Yummy…..

Makanan Khas kota Gresik
Gajih Pinggir ... Oracintayenoramampir :)

Gajih pinggir juga nikmat dihidangkan sebagai lauk. Dimakan dengan nasi punel yang panas ngebulngebul. Gajih pinggir dijual dengan takaran perkilogram. Jadi kalau beli ditimbang dulu. Bukan per porsi. Seukuran plastik kecil dijual dengan harga Rp. 5000.

Penjual gajih pinggir ini biasanya juga menjual berbagai macam olahan telur ikan. Seperti telur ikan kakap, telur ikan mujaer, Telur ikan bader, telor ikan tengiri, Telur ikan Bandeng dan aneka telur ikan lainnnya. Terkadang penjualnya menjual sate telur burung dara.

Beda telur ikan, beda juga cara memasaknya. Ada yang dimasak dengan bentuk telur utuh kecil kecil. Ada yang dimasak dalam daun pisang, semacam pepes yang digoreng. Atau dimasak dengan campuran tepung dan telur kemudian dikukus, dipotong kotat kotat dan digoreng. Cocok untuk camilan atau lauk. Telur telur ikan dalam berbagai macam olahan dan rasa  ini disajikan dalam suguhan wadah penyimpan makanan yang menggoda.

Gajih Pinggir
Telur ikan dibikin kayak perkedel rasanya gurih pedas

Gajih pinggir dan telur Ikan
Yang ini dimasak ala "pepes" goreng rasanya ..... gurik kayak ngeletus telur :)

Kuliner Nusantara
Telur ikan Mujair .. lezatnya bikin lupa sama mantan

tasty Caviar
Telur Ikan kakap .... Gurihnya mantap
Penjual gajih pinggir di Gresik
Dipili dipilih ...  telur ikannya yang diolah dengan aneka macam rasa

Karena satu ikan tidak menghasilkan telur dalam kuantitas yang banyak, harganya jadi lumayan tinggi. Tapi masih murahlah dibanding dengan harga caviar yang bikin dompet berteriak marah. Satu Kilogram telur ikan yang sudah dimasak ini dijual dengan harga rata rata Rp. 50.000 – Rp. 60.000/ Kg. Beda telur ikan dan olahan, beda pula harganya. Yang dijual semacam pepes goreng, harganya Rp. 2500. Sedangkan yang dicampur tepung dan dijual mirip perkedel dijual dengan harg Rp. 1000/biji.

Gresik merupakan salah satu kota penghasil ikan di Indonesia. Disepanjang pesisir Utara berdekatan dengan laut dipenuhi dengan jajaran tambak Ikan. Di Kota Gresik sendiri terdapat beberapa perusahaan pengolahan ikan yang di ekspor hingga luar negeri. Menurut salah satu penjual, telur telur ikan ini didapatkan dari perusahaan tersebut.

Gresik sendiri memiliki kuliner khas lainnya yang sering dijadikan oleh oleh, yakni Otak otak Bandeng. Nah, untuk membuat otak otak ini, jeroan dan daging ikan bandengan di pisah dari kulitnya. Daging ikan bandeng dihaluskan dan dibuat otak otak bandeng. Sementara bagian jeroannya dibuat untuk Gajih pinggir. Tak ada yang Mubazir kan ?

Dimana sih penjual gajih pinggir ini biasanya mangkal? Penjual aneka macam “caviar” ini bisa kita jumpai diPasar Gresik. Tepatnya di bagian tengah pasar. Mereka biasanya duduk berdampingan dengan penjual makanan khas kota Gresik lainnya, seperti nasi krawu, lontong mie, lontong Rumo dan rujak cingur. Kalau lagi wisata religi di Kota Gresik, jangan lewatkan kuliner yang satu ini.


HappyMbadok :)

Melumat Gurihnya Lontong Rumo

$
0
0
Sego Rumo

Irisan lontong dibalut dengan “bubur” orange menggoda dengan cita rasa gurih pedas

Edisi postingan kali ini masih meneruskan sinetron berjudul “Wisata kuliner dibumi Kota Wali”. Jika Sebelumnya saya sudah memposting tentang Sego karak, Nasi Krawu dan Gajih pinggir, sekarang saya akan mengajak lidah kamu mencecap gurihnya salah satu kuliner Kota yang berada disebelah barat kota Surabaya ini, namanya Lontong Rumo. Kalau lontong yang panjang, besar dan padat berbalut daun pisang pastinya sudah banyak tahu lah, ya, sedangkan Rumo sendiri sebenarnya nama salah satu desa di Kota Gresik asal mula kuliner ini diracik.

Kalau Gajih pinggir saya kenalnya sedikit telat, waktu duduk di SMP. Sedangkan kalau Lontong Rumo, saya mengenalnya sejak kecil, Ibu sering membelinya ketika sedang belanja di Pasar Gresik. Dan diantara sekian banyak Kuliner Khas kota Gresik yang enak ini, Lontong Rumolah yang butuh waktu puluhan tahun bagi lidah saya yang manja ini untuk menerima colekan mesranya. Rasanya nggak matchingaja menurut saya waktu itu.

Kata orang Jawa Witingtrisnojalaransokokulino. Seiring dengan berjalannya waktu dan lidahku tak lagi manja, sedikit demi sedikit  saya justru menikmati kuliner dengan warna khas Orange menggoda ini. Malah ketagihan. Kalau nggak makan rasanya rindu rindu sendu gitu. Halah.

Sego Rumo Gresik

Lontong Rumo yang menjadi sarapan khas masyarakat Gresik ini memang kuliner unik dan khas banget. Baik dari bahan makanan yang diracik maupun cita rasanya. Lontong Rumo sendiri terdiri atas lontong, sayur, kerupuk, dikasih sejenis bubur gurih warna orange, Poyah dan sambal merah.

Sayurnya ini diambil dari pucuk daun tanaman yang berada di sekitar tambak, saya sendiri tidak tahu nama sayur ini. Ada juga yang menjualnya dengan aneka sayuran seperti kacang panjang, alur (sayuran yang hidup di sekitar tambak juga) dan bayam. Poyah nya terbuat dari kelapa yang disangrai dan rasanya asin.

Yang bikin spesial itu bubur warna orange itu. Teksturnya lembut sekali. Kalau biasanya bubur kan rasanya manis, ini bubur rasanya super gurih sedikit pedas. Terbuat dari campuran tepung dan udang. Jadi ada cita rasa khas gurih udang laut.

Lontong Rumo Gresik
Bubur Orange dengan rasa khas Gurih udang

Kuliner khas Gresik
Lontong yang sudah diris diris

Makanan Khas kota Gresik
Poyah  yang rasanya asin

Kuliner khas Nusantara
Pucuk daun taaman yang tumbuh disekitar tambak

Kuliner Indonesia
Sambal merah membahana dan sedikit bubur udang

Biasanya Lontong Rumo disajikan diatas sepincuk daun pisang. Lontong ditata merata diatas pincuk. Diberi sayuran, kemudian diberi remasan kerupuk dan “dipoles” dengan bubur udang. Trus diberi sambal dan ditaburi poyah. Sebelum disuguhkan, sambalnya terlebih dahulu dicampur dengan sedikit bubur udang tadi. Semakin banyak Poyah, semakin asin rasanya. Kalau kita makan ditempat, kita bisa ambil poyah sepuasnya.

Sendoknya menggunakan daun pisang yang sudah dibentuk persegi panjang. Persis kayak makan bubur. Ketika dilahap dan dilumat didalam mulut menghasilkan perpaduan cita rasa gurih udang, sedikit pedas dan rasa asin yang menggoyang lidah. Nikmatnya kebangetan.

Sego Rumo Khas Gresik
Tuh kan kalau disajikan Warnanya orange kalem Manja menggoda

Selain Lontong, kita bisa menikmatinya dengan nasi. Hingga saat ini, bahkan ketika pagi hari ini ketika saya menyantapnya, saya belum pernah mencoba dengan menggunakan Nasi. Penduduk sekitar Pasar Gresik justru menyebutnya Sego Rumo. Sego dalam bahasa jawa yang berarti Nasi. Mereka lebih suka menyantapnya dengan Nasi, bukan Lontong. Biasanya mereka membawa nasi sendiri dalam sebuah piring makan.

Karena menu sarapan pagi, penjual lontong ini biasanya berjualan dipagi hari saja. Entah Mulai pukul berapa pastinya tapi biasanya sudah habis menjelang pukul 9 pagi. Saya biasanya beli lontong Rumo jam 7 pagi, karena lontong Rumo nya masih hangat ngebul ngebul.

Dimana penjual Sego Rumo
Ibu Penjual Lontong Rumo di Daerah Kali tutup, siapa sering makan disini ?

Penjual Lontong Rumo di Gresik
Penjual Lontong Rumo Langganan saya yang berada di Tratee

Penjual Lontong Rumo ini biasanya berjualan di sekitar pasar Gresik. Jualannya nggak pakai meja atau gerobak. Biasanya di emperan toko atau lesehan disisi jalan. Di sekitar pasar Gresik sendiri ada yang di daerah Kali tutup (sebelah pasar) atau didaerah Tratee (seberang pasar) atau didalam pasar Gresik bagian tengah. Saya sendiri paling suka dengan Lontong Rumo langganan yang berada di Tratee. Seringnya kalau makan disini pasti ketemu teman SMP. Untung nggak punya mantan disini. Hehehe

Pernah sih gegara nulis buat postingan ini, saya sibuk motoin si Lontong Rumo. Cekrak!cekrek! sono sini. Mulai dari penjual sampai semua bahan, meski semua pasang mata menatap saya dengan senyuman manja. Dikira wartawan atau emak gendut kurang kerjaan kali, ya. Nah, ketika selesai foto dan mulai melahap tetiba disebelah saya ada yang menyapa “Eh, Attini, katanya di India ….lagi pulang kampung ya? ”. Ndelalah, ibu ibu dengan dua anak yang menatapku dengan senyum mesra sedari tadi adalah teman SMP. Sesaat saya memeras memori, mencoba mengingat namanya. Gubrak!

Eniwei, sepincuk Lontong Rumo dijual dengan harga cuman Rp. 6000 saja. Sudah kenyang dan puas. Tapi kalau kamu gendut kayak saya dan doyanmbadok, pasti beli 2 porsi. Hehehe. Nah, Kalau kamu sudah nafsu pingin cobain kuliner ini, datang saja ke kota Gresik, Tepatnya di Kawasan Pasar Gresik. Sampe disana tanya saja sama penduduk sekitar dimana penjual Lontong Rumo ini , ok ?

HappyMbadokJ

Menghirup Makna Nasionalisme Di Carnaval Kemerdekaan RI70

$
0
0
Karnaval di kota Gresik

Arak arak an mobil hias melewati jalanan protokol dari tahun ke tahun memang tidak pernah berubah penampilannya tapi selalu mengundang sejumput bahagia bagi masyarakat yang menantikannya.

Boleh jadi karnaval kemerdekaan Republik Indonesia tak semeriah dan seheboh carnival di Brazil yang menampilkan berbagai kostum megah mambalut badan yang molek aduhai. Dihiasi wajah wajah cantik eksotik berbungkus kaos yang sangat menyesakkan dada karena terlalu ketat. Entah wanita beneran atau jadi jadian. Tapi, dalam kesederhaan karnaval Kemerdekaan RI70 tersungging senyum dari wajah wajah sederhana yang mengharapkan sebuah perubahan besar menuju perekonomian yang lebih baik di bumi Indonesia.

Karnaval kemerdakaan RI70 di kota Gresik berlangsung akhir Agustus yang lalu. Jujur saja, sebenarnya saya kurang tertarik melihat acara karnaval yang berlangsung setiap tahunnya. Entah kapan terakhir kalinya saya menyaksikan acara Karnaval di kota kelahiran saya ini. Karena acaranya teteup begitu begitu saja. Mobil dihiasi dengan berbagai karakter, mulai karakter binatang sampai Reog. Ditunggangi manusia manusia pilihan yakni cowok dan cewek paling cakep disekolah atau instansi tersebut. Ditambah dengan siswa siswa berprestasi di sekolah tersebut.

Berhubungan keponakan saya ingin menyaksikan begitu pula si kecil, saya harus melepas ego saya dan menyaksikan acara karnaval tersebut. Meski awalnya diliputi rasa malas dan kurang bergairah. Ujung ujungnya acara yang sederhana ini mampu melempar memori saya menuju puluhan tahun yang lalu. Waktu dimana saya memiliki sejuta impian dan cita cita untuk negeri ini.

Acara karnaval ini memang acaranya wongcilik. Wajah wajah yang begitu sederhana menanti deretan mobil hias. Wajah wajah lugu yang menerima selebaran flyer dengan penuh antusias. Anak anak dengan begitu riang duduk dijalanan protokol. Seolah terlupa dengan panas yang lumayan meyengat.

Acara sederhana ini juga membawa berkah bagi para pedagang kaki lima. Ketiban rezeki istilahnya. Mulai penjual bakso, krupuk, es, jagung, pentol, siomay, kripik singkong hingga penjual mainan tempoe doeloe. Semuanya tumplekblek dijalanan. Dengan cekatan mereka melayani pembeli. Pundi pundi rupiah yang sungguh tak seberapa mampu membawa keriaan keluarga dirumah.
 
Karnaval Indonesia
Masyarakat Antusias menunggu acara karnaval
Pawai kemerdekaan

Pawai kemerdekaan

Karnaval dan pawai di kota Gresik

Kapan bisa ketemu pawai

Karnaval seru dan heboh

Ketika sibuk mengabadikan acara kemerdekaan dalam lensa kamera dan membidikkan kearah penonton, saya menyungging senyuman. Saya tersenyum karena kecongkakan saya sendiri. Saya tersenyum karena ekspetasi saya yang terlalu tinggi dalam hidup. Saya tersenyum karena memiliki rasa syukur yang pendek. Saya tersenyum, karena sesungguhnya kebahagiaan datang dari hal yang sangat sederhana. Justru keinginan kitalah yang membelenggu kebahagiaan itu sendiri.

Tinggal di negeri seribu dewa, India, yang notabene menggeret saya mundur kedalam rona kehidupan masa lalu dimana hidup dengan segala keterbatasan, justru mampu membuncahkan syukur yang berlebih dalam hidup ini. Bersyukur lahir dan dibesarkan di Indonesia.  Mungkin perasaan berbeda ketika saya tinggal di Eropa dan negara negara maju lainnya. Mungkin saya lebih banyak nyinyir tentang negeri ini karena berbagai kekurangan disana sini.

Mungkin saya sendiri tidak tahu seberapa besar rasa nasionalieme dalam diri. Apalagi saya tinggal di luar negeri. Bahkan sebagian besar tulisan saya lebih banyak tentang India ketimbang Indonesia. Mungkin blog saya lebih nasionalis jika saya menceritakan tentang keindahan bawah laut  atau sinaran mentari pagi dibalik lekuk pegunungan nan sexy. Racun racun foto dan cerita perjalanan yang mampu menggelitik nafsu orang lain untuk mengunjunginya. Dan ….. meninggalkan segunung sampah ditempat tersebut. Menjejak dan Menginjak. Ah, Entahlah, dan apalah saya ini, yang saya tahu negeri ini telah membungkus hati saya dengan senyuman ramah penduduknya.

Mungkin wajah wajah bahagia menikmati acara karnaval ini lebih nasionalis ketimbang saya. Mungkin mereka yang tidak pernah pergi kemana kemana justru lebih nasionalis. Mungkin mereka tidak pernah menatap si nemo menari maju mundur dinatar terumbu karang bawah laut sana dan tidak pula menginjak terumbu karang. Mungkin mereka tidak pernah menancapkan sang merah putih diatap gunung dan tidak pula meninggalkan sampah. Mungkin.

Bagi saya rasa nasionalis adalah rasa yang tak pernah nyinyir. Rasa yang selalu menysukuri hal hal kecil dan berbuat kebaikan sebesar mungkin. Rasa ingin berbuat lebih tanpa menuntut terlalu banyak. Rasa yang selalu ingin maju dan belajar dari masa lalu. Rasa yang selalu mendulang bahagia dimanapun kita berada.

Jayalah Indonesiaku. Ayo Kerja......

Karnaval keren di Indonesia


Merangkum Keindahan dan Kebersamaan dalam Sebuah Perjalanan

$
0
0

Perjalanan darat menuju pulau menjangan menawarkan sebuah aksen panorama keindahan alam khas bumi pertiwi yang dikelilingi gunung merapi.

Menghirup udara di negeri Mahabharata  terlalu lama membuat paru paru saya protes, memaksa badan saya “berbikini” diatas pasir putih yang lembut dan berenang ala putri duyung bersama nemo dalam surga bawah laut nusantara. Pucuk dicinta ulam pun tiba, sahabat Blogger mengajak  ketemuan sekalian piknik bareng ke pulau Menjangan setibanya saya di tanah air. Maklumlah selama ini kami hanya bersapa manja didunia maya, karena kami tinggal di kota bahkan negara yang berbeda pula.

Persiapan mulai booking hotel, beli tiket hingga pemilihan operator tour sudah kami rancang jauh jauh hari. Mbak rien, sang penguasa blog www.travelerien.com sudah booking Hotel Watu Dodol melalui Agoda. Tarie pemilik blog www.jejaksematawayang.com sudah membeli tiket kereta api buat saya dan Mbak Ira (keluargapelancong.net). Tiket kereta api Mutiara Timur dari stasiun Gubeng, Surabaya menuju stasiun kota Banyuwangi, sedangkan Mbak Rien memilih melewati jalur udara.

Fyi, Perjalanan menuju pulau Menjangan bisa di akses melalui dua pelabuhan. Yakni Pelabuhan Banyuwedang di Bali dan melalui pantai Watudodol yang berada diujung Banyuwangi. Demi sang waktu yang tak akan pernah kembali, kami ke Pulau Menjangan melalui Banyuwangi, tanpa menyeberang ke Bali.

Ngikut kekinian foto di stasiun

Pagi pagi saya berangkat dari rumah di Gresik bersama Tarie dengan menunggang kuda besi Si Revo Sahabat perjalanan. Di stasiun Gubeng kami bertemu Mbak Andrie (www.andripotlot.com), semalaman beliau mengarungi perjalanan darat dari kota Bandung. Setelah cipika cipiki dan ngobrol ngalorngidul tetiba pluit kereta api memanggil kami untuk segera bergegas masuk dalam gerbong kereta.

Dalam gerbong kereta dipenuhi para remaja dengan ransel gede dan kece di punggung mereka, mengundang senyum dibibir saya yang seksi sebab teringat akan masa lalu. Masa dimana otak saya dijejali dengan sebuah impian menjejakkan kaki di negeri negeri asing. Masa dimana saya lebih suka duduk berjam jam bahkan berhari hari dalam kereta dan bus ketimbang nonton bersama pacar di akhir pekan. Masa dimana saya hati selalu diselimuti angan bersama dia yang berada di belahan bumi utara. Uhuk.

Roda bergerak meninggalkan kota Surabaya yang padat. Pemandangan yang tak jauh berdeba pula ketika memasuki kota Sidoarjo. Perlahan nuansa hijau menghampiri ketika memasuki kabupaten Pasuruan, padi menguning melambai lambai diterpa angin dalam sebuah hamparan yang luas. Terkotak kotak oleh aliran air yang segar. Sebuah kayu disilangkan dimahkotai sebuah capil dan berbalut tas plastik warna warni berdiri mengamati sawah. Orang orangan yang membuat sang burung pergi menjauh.

Memasuki kota Probolinggo, pemandangan negeri khatulistiwa yang dianugerahi deretan gunung merapi tersaji dengan ciamik. Lekuk pegunungan berapi di sisi kanan dan kiri seolah berlari mengejar kami. Berdiri gagah memberi senyuman. Kadang nampak ramah terkadang menebar amarah. Tak hanya padi sang setia tunduk di kakinya, gubis, bawang dan kembang kol juga selalu setia menanti pupuk alami berupa aliran air jernih dan tanah gembur. Pemandangan yang menawarkan kedamaian ini membuat mata kami terlelap.

Mendekati kota Jember mata kami dipaksa terbuka menanti kedatangan mbak Ira. Kami berempat duduk berhadap hadapan, cerita banyak hal mulai dari keluarga hingga negara. Pecicilan dan cekikikan. Perjalanan yang seolah memberitakan kepada dunia bahwa perjalanan tak mengenal usia. Jadi ibu nggak melulu tentang daster batik kegedean dan memasak di dapur, terkadang kami bisa menjadi pejalan tangguh memanggul ransel, bercelana cargo dan tersesat dalam budaya yang berbeda. Perjalanan seperti inilah yang selalu mengendap jauh dalam ceruk hati meski sang panas kerap membungkus pantat bahenolku.

Maksud hati minta tolong difotoin, lha kok nih anak ngikut narsis juga *dikeplaktongsis
Entah sudah berapa banyak lekuk gunung tersaji seperti Bromo, Ijen, Gumintir bahkan gunung Raung yang saat itu sedang memuntahkan amarah. Kemarahan gunung Raung ini setiap saat bisa saja menggagalkan rencana piknik bersama. Sisa sisa abu gunung Raung melapisi daun tembakau dan kopi yang banyak sekali kita temui di kabupaten Jember. Pohon kelapa menemani sepanjang perjalanan, keindahan anugerah yang maha kuasa memanjakan mata. Tak ingin sama sekali mengabadikan dalam lensa kamera. Mata saya tidak ingin diganggung kotak hitam. Saya ingin benar benar menikmatinya. Waktu tidak akan pernah kembali, biarlah hati ini merekam apa yang dirasa dan dilihat. Seperti hanya kamu yang tak lagi menguasai hati ini. Uhuk.

Dalam perjalanan saya menatap hamparan pohon kelapa berlatar belakang lekuk pegunungan Argopuro. Jauh dalam lubuk hati saya berkata, tunggu aku, semoga kelak saya bisa melangkahkan kaki dipuncak tertinggi pegunungan para Hyang. Berpeluh peluh menuju puncak istana Dewi Rengganis.

Sarapan pagi bersama 
Bahagia itu sederhana, kumpul bersama sahabat yang saling menyayangi dan saling support

Narsi ceria di Hotel Watu Dodol
Sampai di stasiun kota Banyuwangi kami tidak langsung menuju hotel, kami sempatkan mampir sejenak ke pelabuhan ketapang. Karena letak keduanya juga sangat dekat. Banyak perubahan di Pelabuhan yang sering menghantarkan saya menuju Bali ini. Lebih bersih dan teratur. Tak seperti dulu kala yang nampak bagaikan pelabuhan horor yang siap menerkam. Saya tersenyum, mengingat perjalanan ber tahun yang lalu, duduk berjam jam dalam bus dan menanti penyeberangan. Kadang pada saat malam hari berteman hembusan angin kencang. Kadang mentari menyembul diantara lekuk perbukitan yang membungkus pulau Bali dan menatap gunung Ijen berdiri gagah diujung pulau Jawa.

Sampai di hotel Watu Dodol tempat kami menginap, kami semua bertemu dengan Mbak Rien, keriangan menggelora sekaligus kesedihan, gimana tidak, diantara mereka sayalah yang paling gendut *Menatapnanarperutbergelambir*. Hiks. Sore harinya kami habiskan dengan bercengkrama menatap pulau Bali ditemani semburat orange melapisi langit biru. Menanti esok hari yang membawa kami dalam surga bawah laut Pulau Menjangan.


Snorkling lagi yuk......

Santap lezat di Resto Watu Dodol

$
0
0
Retoran enak di Banyuwangi

Restoran Watu dodol berada ditepian pantai menghadirkan kuliner menggelitik lidah dan nggak bikin kantong Jebol

Perjalanan panjang membelah tanah Jawa Timur menuju Pulau Menjangan membawa riang hingga lupa seharian belum makan. Setibanya di Hotel dan Restoran Watu Dodol, kami beristirahat sejenak kemudian menikmati makan malam. Restoran  yang berada di tepi pantai ini menghadirkan suasana klasik khas Indonesia.

Bangku dan meja terbuat dari kayu. Bahkan beberapa masih berupa bentuk kayu asli yang sudah dihaluskan. Sambil makam malam kita bisa menikmati semilir angin laut. Nyayian ombak dan juga gemerlap bintang berteman bulan purnama.

Menu makan malam kamu adalah menu andalan restoran Watu Dodol yang dipilihkan oleh Manager Hotel. Terdiri atas es Campur spesial, Soup tom Yum, Gurami asam manis dan nasi campur, untuk serat tubuh kami memesan plencing kangkung dan tumis brokoli.

Tom Yum paling enak

Sebagai menu pembuka dan penggoda, Soup Tom Yum tersaji dengan warna orange yang tajam dalam mangkok besar. Diatasnya terserak potongan tahu jepang, potongan fillet ikan goreng, cabe rawit utuh dan irisan cabe hijau. Lumayan bikin gigi saya  treceptrecep karena nggak nahan ingin menyantapnya.

Saya mengambil soup kedalam mangkok kecil dan Wow, isinya sangat lengkap. Tak hanya tahu jepang dan potongan fillet ikan juga dilengkapi dengan irisan daging kepiting dan udang. Rasanya sangat berbeda dengan soup Tom Yum yang pernah saya coba. Rasanya sedikit lebih tajam dengan bumbu special. Segar dan pedas dengan rasa serai mendominasi. Satu asupan malah membuat saya ketagihan dan tak ingin berhenti, tapi saya tahu bawah saya harus menyisakan ceruk nafsu untuk menikmati hidangan utamanya.

Restoran enak di Jawa Timur

Restoran Enak di banyuwangi

Tahu petis Banyuwangi

Restoran Watu Dodol


Hidangan utamanya berupa Nasi campur, sebakul nasi puti, plencing kangkung, Berokoli Tumis dan Gurami asam manis berukuran besar. Nasi campur dihidangkan dalam bentuk tumpeng kecil diatas piring saji yang lebar. Tersaji dalam porsi besar, seporsi cukup untuk bedua. Terdiri atas nasi putih, tumis.., mie goreng, pecel, tempe goreng, oseng oseng tempe pedas, suwir ayam pedas, rempeyek dan Sate. Kombinasi menu yang pas dengan rasa lezat sedikit pedas. Apalagi suwir ayamnya yang sedap dengan rasa pedas yang nonjok tapi bikin ketagihan.


Brokoli tumis dan plencing kangkungnya dengan rasa bawang putih mendominasi, sangat menggugah selera.  Apalagi aromanya, hmmm, bikin nasfsu makan bertambah. Yang paling saya suka, kedua sayuran tersaji dengan warna hijau segar, karena memasaknya tidak terlalu matang. Ketika dikunyah terasa segar dimulut.

restoran Watu Dodol

Sebagai penutup makan malam dihidangkan Es campur yang tersaji dalam gelas cantik. Cincau, mutiara, dawet dan roti dimahkotai gunungan es serut dan dilumeri dengan susu kental manis. Rasanya segar, lumer dan tidak terlalu manis.

Selain menu menu diatas Restoran watu dodol juga menyediakan aneka varian menu dengan porsi besar dengan harga bersahabat. Baik menu lokal, chinesefood dan juga menu internasional lainnya. Minumanya juga beragam, mulai berbagai macam jus buah hingga minuman hangat.

Untuk Sarapan Pagi Restoran Watu Dodol memiliki tiga menu makanan kesukaan masyarakat Indonesia. Yakni Rawon, Soto dan Pecel. Jika terlalu berat menyantap masakan lokal, bisa pesen makanan ala barat, berupa roti dan omelet dengan polesan mentega. Ketika sarapan pagi, kita ditemani hamparan laut biru tersaji indah berlatar belakang pulau Bali.

Makan malam selanjutnya saya tidak memesan menu apapun kecuali Tahu Petis. Karena penasaran dengan rasa tahu petis Banyuwangi yang menjadi menu andalan disini dan sekaligus menu favourite saya. Maklum saja, makan malam kemarin kami tidak kebagian tahu petis karena ludes diserbu pembeli.

Kuliner khas Banyuwangi

Dimana mana kan banyak tahu pestis, apa sih yang membedakan tahu petis Banyuwangi dengan kota lainnya? Yang pasti rasanya beda baik dari rasa tahu maupun petisnya. Tahu Banyuwangi sangat khas. Lebih gurih dibandingkan dengan tahu biasa karena tahunya dicampur dengan bumbu dapur spesial. Sekilas tekstur tahu petis ini mirip dengan Tahu pong. Karena dalamnya kompong (berlubang) dan disajikan renyah.

Yang lebih spesial lagi tuh sambal petisnya. Terbuat dari petis udang. Warna hitam pekat bertekstur lembut. Tahu petis ini dihidangkan bersama cabe rawit hijau. Waktu makan, tahunya dicocol kedalam petis sambil ngelentus cabe. Tesss, pedas, manis, gurih dan sambal petisnya rasanya lumer dimulut, bikin si mulut happy. Sedap dan mantap!

Seporsi isinya lumayan banyak, jadinya nggak habis. Dasar emak emak, saya minta pelayan membungkus tahunya. Dan ketika saya makan keesokan harinya, rasanya masih enak dan … saya lebih suka dimakan keesokan harinya. Aneh memang, tapi disitulah letak kelezatan Tahu Banyuwangi. Enak disantap baik hangat maupun dingin.

Puas sekali santap malam di Restoran Watu dodol. Malam itu kami makan malam dan berbincang ditemani semilir angin. Bertemankan kapal berhias lampu warna warni yang berjalan lambat mengarungi selat Bali. Gelombang bergerak begitu lincahnya. Terlihat bagaikan sebuah garis putih yang saling bekejaran. Debur ombak menghantam bebatuan. Terdengar begitu keras namun menenangkan. Kedamaian yang menggoda sang hati untuk sejenak menghentikan waktu.

Resto Watu Dodol
Alamat: JL. Raya Situbondo Km. 14, Watu Dodol
Kec. Banyuwangi, Jawa Timur INDONESIA

*foto koleksi travelerien.com dan Jejaksematawayang.com


Bersenang senang di Pulau Menjangan

$
0
0

Pulau Menjangan berada di Taman Nasional Bali Barat menyajikan taman bawah laut dengan aneka ragam biotal laut yang menjadi saksi kebersamaan kami.

Ajakan sahabat blogger yang selama ini hanya bersua melalui dunia maya membawa kesan tersendiri dalam diri. Kami tak hanya berkecimpung dalam dunia yang sama juga punya hobi yang sama pula, mbolang. Pucuk dicinta ulam pun tiba (dan bang Ucuk tak pernah datang melamar saya) ajakan piknik ke Pulau Menjangan menjadi angin segar bagi saya yang sudah lama tak menatap laut biru, bahkan langit biru.

Perjalanan dimulai dengan membelah tanah Jawa Timur dari Surabaya menuju Banyuwangi, dari sanalah kami menyeberang ke pulau menjangan. Seperti yang saya infokan dalam postingan sebelumnya untuk mencapai pulau menjangan bisa diakses melalui Pulau Bali yakni menggunakan perahu dari pelabuhan Banyuwedang atau pelabuhan Lalang yang memakan waktu sekitar 30 menit. Atau langsung menyeberang dari ujung Timur Pulau Jawa melalui Pantai Watu Dodol, Banyuwangi. Dengan alasan menghemat waktu kami memilih jalur kedua.

Sampai di Banyuwangi sore hari, kami leyeh leyeh cantik di Hotel Watu Dodol dan menikmati makan malam bersama di Restoran watu dodol. Keesokan harinya, kami sudah bersiap dijemput oleh travel agent yang menyediakan tour snorkwling ke pulau Menjangan. Malang tak dapat dihindari, Dwi, tourguide kami terlambat menjemput karena kecopetan dalam bus setelah membawa rombongan ke Pulau Karimun Jawa. Untunglah, Hotel watu Dodol tempat kami menginap menawarkan sunrise terbaik tanpa melangkah kemana kemana.
Peralatan Snorkeling

Sambil menunggu jemputan kami sempatkan sarapan pagi di hotel. Dan langsung menuju tempat penyeberangan di dekat pantai Watu Dodol, berupa sebuah warung sederhana dalam ayoman pohon kelapa menjulang. Kami memilih Peralatan Snorkeling seperti livejacket, snorkel dan Fin yang cocok dengan ukuran kami. Kesabaran kami teruji kembali, Dwi masih dalam perjalanan hingga kami telat berangkat hingga 2 jam lamanya.

Paket tour Menjangan ini tergolong murah. Satu paketnya dipatok harga Rp. 280.000 sudah termasuk kapal, breakfast, lunch, foto underwater, peralatan snorkeling, biaya masuk pulau dan guide. Harga itu untuk 10 orang perserta, jika kurang harga disesuaikan. Karena kami berlima dan kepingin lebih private, nggak campur dengan peserta lain, jadi dikenakan biaya Rp. 340.000/orang.

Matahari kian meninggi ketika Dwi sampai. Gelombang mulai tinggi. Kami bergegas menaiki kapal satu persatu dalam hantaman gelombang yang keras. Dalam perjalanan, kami harus menghadapi gelombang tinggi plus angin tak bersahabat. Terombang ambing menatap lautan lepas. Naik turun layaknya menunggang kuda. Untung nggak masuk angin, meski kepala saya mulai pening. Dan kami semua terdiam dalam hening. Sesekali gelombang menyapa dan kecupan air laut mendarat di wajah. Tegang!

Setelah sejam terombang ambing dalam badai derita sampailah kami di spot pertama, saya bergegas masuk kedalam lautan. Dah nggak betah menatap keindahan taman bawah lautnya. Saya sudah lama nggak snorkeling, jadi nggak biasa dengan monyong snorkelingdalam mulut, rasanya kurang nyaman dan pingin muntah. Belum lagi angin kencang membuat gelombang bergerak dengan lincah dan masuk kedalam snorkel. Membuat mulut saya penuh dengan air, melepas snorkel dan membersihkan dengan baik.

Snorkling di Menjangan
Khilaf foto bersama bintang laut
Sesekali saya melihat ke permukaan, saya nggak melihat siapapun. Seingat saya teman teman ada disampingku tadi. Duh! Mungkin saya terseret arus. Saya lanjutkan menikmati panorama bawah laut. Ikan ikan berukuran sedang hilir mudik menemani saya berenang.

Kaget bukan kepalang! Saya merasa ada yang membelai kaki saya. Mungkin itu ular. Duh Gusti, pikiran saya yang tenang jadi nggak karuan. Saya lihat kesana kemari nggak orang ataupun ular. Saya lanjutkan menatap banyak bintang laut berwarna biru. Lagi lagi, ketenangan saya terganggung, seolah ada yang membelai lembut kaki saya.

Lama menjadi putri duyung kesepian, tetiba ada tangan memegang tangan saya, eh, ternyata Dwi. Dia bilang saya terpisah jauh dari teman teman. Pantesan, dari tadi nggak lihat teman teman berenang. Sejenak saya dan dwi berenang bersama menatap terumbu karang dan aneka biota laut di spot satu. Setelah puas, kami segera naik ke kapal. Dan baju renang saya robek entah kenapa. Jadi yang sedari tadi membelai kaki saya adalah robekanan baju renang. Duh! malunya, membuat kaki mulus saya terlihat jelas.

Naik ke kapal saya langsung muntah muntah, entah kenapa. Padahal saya sudah sarapan pagi. Seumur umur, baru kali ini saya mabok laut. Mungkin karena hantaman gelombang yang lincah menerpah tubuh ketika snorkeling tadi. Mungkin karena angin terlalu kencang. Atau mungkin karena baju saya “terbuka” karena robek. Jadi angin menelusup badan dengan leluasa.

Selanjutnya kami snorkeling di spot paling kece, disini ada walldiving. Berhubung baju renang saya robek, saya lewatkan snorkeling disini. Hanya Mbak Andri dan mas Memen (guide juga) yang turun. Mbak Ira masih belum terbiasa dengan monyong peralatan snorkel di mulut, Mbak Rien kedinginan dan Taro memilih menikmati semilir angin.

Pulau Menjangan yang dikenal oleh para diver sebagai tempatnya walldiving terbaik di Bali ini memiliki taman bawah laut yang sangat berwarna dan penuh dengan berbagai jenis ikan sekaligus kaya akan biota laut. Pulau Menjangan dikelilingi terumbu karang dengan dropoff sedalam 60 meter dan formasi batuan. Formasi batuan tersebut membentuk sejumlah goa-goa besar dan kecil yang menjadi habitat bagi terumbu karang, karang lunak, kerapu besar, dan belut moray. Di goa-goa kecil, kedalaman laut dan aliran arus yang tenang menjadikan taman bawah laut sekitar Menjangan adalah tempat hidup bagi tuna, gerombolan jackfish, penyu laut, bahkan hiu.

Pulau menjangan merupakan habitat rusa atau dalam bahasa Jawa dikenal dengan nama Menjangan. Kawanan rusa datang ke pulau Menjangan kala musim semi tiba. Mereka berenang ke pulau menjangan sejauh 1,2 mil. Waktu kami menjejak pulau menjangan, ada satu menjangan yang sedang asyik makan buah kelapa, nampak jinak.

Menjangan Island Bali Indonesia
Pura Ganesha ikon Pulau Menjangan

Jalur menuju Pulau Menjangan
Lebih banyak Bule ketimbang wisatawan lokal di Menjangan

Pura di Pulau Menjangan
Jalan setapak di Pulau Menjangan
Bagaimana cara menuju pulau Menjangan
Air jernih sebening kaca 
Pulau Menjangan Bali
Salah satu Pura di daratan Menjangan
Menjangan
Rusa dan serakan sampah
Taman Nasional Bali Barat
Snorkling asyik di Menjangan
Dan yang bikin saya terperangah adalah sampah. Dipulau seluas 170 hektar ini banyak sekali saya jumpai sampah para wisatawan, berupa boxnasi kotak, bungkus snack, botol air mineral hingga tas plastik. Sangat disayangkan.

Kami mengakhiri perjalanan jelajah pulau Menjangan bersama sahabat dengan snorkeling di spot CoralGarden. Dan saya menggunakan baju gamis ketika snorkeling. Taman bawah laut disini bikin hati senang. Terumbu karang membentuk seperti sebuah terasiring dikerumuni ikan kecil warna warni. Terlihat juga ikan yang seperti dalam film Nemo bergoyang maju mundur.


Underwater Indonesia

Transportasi Menuju Pulau Menjangan

terumbu karang bawah laut pulau Menjangan

Wall diving in Menjangan Island

snorkeling at Menjangan ISland


Keindahan pulau Menjangan terasa sempurna dengan hamparan laut biru berdegradasi warna hijau  dengan latar belakang gunung Prapat Agung di Pulau Bali dan Gunung Ijen di Pulau jawa. Sore itu kami kembali ke Pantai Watu Dodol ditemani ombak yang semakin liar. Sinar Mentari menelusup diantara awan gelap membentuk sebuah garis berwarna jingga dari atap langit bagaikan sebuah “kelambu” alam berlatar belakang gunung Ijen. Beautiful!.

Menjangan Island Bali
Semoga bisa bersenang senang kembali


Connaught Place Surga Belanja di Delhi Rasa Britania

$
0
0

Asitektur bangunan tua peninggalan Inggris banyak ditemui di Kota Delhi salah satunya Connaught Place

Delhi memang menyimpan banyak sekali tempat wisata, kalau dijelajah satu persatu tidak ada habisnya. Mulai dari peradaban Islam hingga peninggalan Kolonial inggris. salah satunya, Connaught Place bergaya Georgian dibangun ketika Inggris menguasai Bumi Mahabharata. Sebagai tempat jujukan wisatawan, Connaught place dipenuhi dengan toko toko brand internasional hingga produk lokal, menjadi tempat yang pas bagi pecinta belanja dan kongkow. sekalian cuci mata , he...he...he


*Tulisan ini tayang di Citizen Reporter Harian Surya

Nikmatnya Melahap Lontong Balap

$
0
0

Belum lengkap rasanya berkelana ke Surabaya tanpa melahap Lontong Balap


Surabaya sejak dulu dikenal sebagai gudangnya kuliner dengan ciri khas rasa gurih dan pedas. Makanan legendaris seperti Semanggi, Rujak Cingur, Tahu Campur dan Lontong Kikil sudah diakui kelezatannya. Nah, ada satu lagi kuliner Surabaya yang  tak hanya menyajikan cita rasa lezat tapi juga sarat manfaat bagi kesehatan tubuh yakni Lontong balap.

Ada cerita dibalik penamaan Lontong balap. Dahulu lontong balap dijual dalam kemaron, sejenis panci besar yang terbuat dari tanah liat kemudian dibakar. Menjualnya dengan cara dipikul bukan didorong. Nah, untuk berebut pembeli di perjalanan juga menuju pos terakhir mereka, yakni pasar Wonokromo, para penjual ini berjalan cepat. Jadi terkesan seperti orang sedang adu balap (dalam bahasa jawa berarti Balapan) antar sesama penjual. Dari balapan inilah kemudian dikenal dengan Lontong Balap.

Lontong balap terdiri atas lontong, tahu goreng, lentho, tauge (kecambah) dan bawang goreng asli dan renyah. Lentho terbuat dari kacang merah dicampur dengan bumbu pilihan, dibentuk bulat dan digoreng. Waktu disajikan, lenthonya ada yang diiris iris atau di remas dengan tangan. Sedangkan taugenya dimasak kedalam soup yang sudah dimasak bersama bawang merah, bawang putih, merica dan bumbu lainnya. Tauge dimasak didalam kemaron hingga setengah matang lalu ditaburi dengan irisan seledri.

Sop Tauge dalam Panci besar

Lontong, tahu dan lentho

Cara menyajikannya irisan lontong ditumpangi dengan irisan tahu goreng, kremesan/potongan lentho kemudian diberi dengan gunungan tauge, disiram dengan sedikit kuah, dilumeri dengan kecap manis dan ditaburi dengan bawang goreng. Taugenya memang banyak sekali. Waktu disantap, teksturnya renyah menggelora. Menyajikan cita rasa gurih, manis dan segar kuah.

Lontong Balap dengan "gunungan" tauge
Saat ini jarang sekali penjual lontong balap yang memasak sop tauge dalam kemaron. Kebanyakan dimasak dalam panci besar dengan alasan lebih praktis dan lebih ringan. Padahal, ya, kalau dimasak dalam kemaron selain sehat juga menghasilkan rasa yang istimewa. Dan lebih Maknyusss lagi klo kemaron ini dimasak diatas tungku kayu. Jadi ada rasa sedap “khas” kayu dalam masakan.

Lontong balap biasanya disajikan dengan sambal petis dan sate kerang. Orang bilang, Sate kerang ini “sahabatnya” lontong Balap. Dimana ada lontong balap, disitu pasti ada sate kerang. Kerang berukuran kecil ini di masak dengan bumbu kemudian ditusuk. Teksturnya kenyal. Disajikan diatas piring bersama dengan petis yang sudah dicampur dengan kecap. Rasanya super gurih, pedas dan manis.

Sate kerang dan bawang goreng asli dan renyah

Sambal petis lontong balap terbuat dari campuran sambal dan petis. Berbeda dengan tekstur sambal petis nasi krawu yang padat dengan rasa petis yang tajam dan sangat pedas. Sambal petis Lontong Balap lebih encer dan tidak terlalu pedas. Memang dibuat tidak terlalu pedas, karena sambal petis ini tak hanya menyajikan rasa pedas juga menambah gurih rasa Lontong Balap, jadi menambah berselera. Sementara, Lupakan Diet!

Sambal Petis lontong Balap
Kalaupun lagi diet, nggak usah menghindar. Karena dalam sepiring Lontong Balap membantu tubuh menjaga kesehatan karena beberapa manfaat dan serat yang terkandung dalam bahan bahan membuat lontong balap. Coba perhatikan, tahu terbuat dari kacang kedelai yang menjadi sumber protein nabati yang bagus untuk kesehatan. Tahu juga dapat menurunkan resiko kanker, anemia, osteoporosis, menurunkan kolesterol dan juga bagus bagi penderita asam urat.

Tauge juga memiliki segudang manfaat. Meningkatkan Imunitas tubuh. Untuk mencegah anemia, baik untuk pembentukan otot, bagus untuk pencernaan karena mengandung serat. Kalau mengandung serat berarti bagus juga untuk melangsingkan tubuh. Catet!. Tauge Mengandung vitamin A, E dan B komplek. Dan yang paling penting nih, Tauge dapat meningkatkan kesuburan para pria. Jadi kalau kalian barusan nikah dan pingin cepet dapat momongan sebaiknya mengkonsumsi banyak tauge atau melahap banyak lontong Balap selama proses “Produksi”. hehehe
 
Lontong Balap di Gresik
Lontong Balap Rajawali - Surabaya

Dikota Surabaya sendiri ada beberapa penjual Lontong Balap legendaris yang terkenal dengan kelezatannya karena memiliki resep turun temurun sejak awal tahun 1900. Selalu dikerumuni pembeli alias laris manis. Yakni Lontong balap Rajawali yang berada di Jl. Krembangan Utara, menuju ke arah Jembatan Merah. Satunya lagi, Lontong Balap Pak Gendut, dulunya lontong Balap pak Gendut ini berada di daerah Wonokromo sekarang pindah di daerah Dr. Moestopo. Yang spesial dari Lontong Balap Pak Gendut adalah kremesan Lentho yang sangat renyah. Meski sudah disiram dengan kuah  tekstur masih renyah. Kriuk!

Menghirup Semangat Kerja Keras di House Of Sampoerna

$
0
0

Perjalanan hidup seorang anak yatim piatu hingga membangun perusahaan raksasa di Indonesia

Aroma cengkeh menelusup kerongga hidung sesaat setelah kaki saya melewati pintu kaca dihiasi mozaik penuh warna. Nuansa homieterasa begitu hangat dengan kolam air dipenuhi ikan koi. Berbagai furniture tua dan dekorasi vintage memenuhi ruangan. Romansa tempoe doeloe menyeruak dengan deretan foto keluarga berwarna hitam putih memenuhi dinding ruangan, silsilah keluarga pendiri Sampoerna.

Seorang pemandu mengenakan seragam warna hitam menyapa dengan senyum ramah. Para pemandu yang disediakan secara gratis ini mengajak saya beserta rombongan lain menembus waktu, menyesapi cerita kehidupan seorang anak yatim piatu hingga menjadi pengusaha sukses dengan semangat kerja keras yang tak kenal waktu. Barang barang disini seolah menjadi saksi bisu sebuah perjuangan yang tak kenal lelah untuk mewujudkan cita cita.


Liem Seeng Tee, pendiri Sampoerna menjadi anak yang mandiri ketika menginjak umur 11 tahun. Meninggalkan keluarga angkatnya di Bojonegoro, si anak yatim piatu mulai bekerja di kereta api. Hidup menggelandang. Ia menjajakan makanan yang dibawa dengan sarungnya kepada penumpang kelas bawah dalam perjalanan antara Jakarta dan Surabaya.

Seeng Tee muda menghabiskan waktu selama 18 tahun lamanya melompat keluar masuk gerbong gerbong kereta yang berjalan kala malam buta. Dengan membawa seluruh “harta” yang dimiliknya terikat di punggungnya. Beralaskan kanvas untuk tidurnya. Ketika tabungannya cukup, beliau membeli sepeda bekas dan mulai menjajakan usaha baru dengan berjualan arang di Surabaya. Hingga memiliki perusahaan rokok di Kota Pahlawan ini.

Seperti inilah awal mulau usaha Liem See Teng

Sepeda kenangan diawal memulai usaha

Kedua sepeda ini ditemukan dirumah peristirahatan beliau di Prigen, Jawa Timur, sekitar satu jam dari Surabaya tempat Museum of Sampoerna. Diyakini bahwa kedua sepeda tersebut adalah harta yang sangat berharga baginya. Dan menemaninya berjuang mencari nafkah dan mendirikan sebuah usaha dimasa awal hidupnya.

Setelah menyesapi kehidupan awal sang pendiri Sampoerna, kami diajak bergeser menatap karungan cengkeh yang didatangkan dari berbagai daerah. Sebuah Oven Jumbo terbuat dari batu bata tempat untuk mengeringkan tembakau berdiri disebelah tumpukan tembakau kering. Tembakau dimasukkan kedalam kulit pohon pisang yang sudah dikeringkan dan dibiarkan selama 6 bulan lamanya sebelum diubah menjadi puluhan linting rokok.

Cengkeh, tembakau kering dan Oven untuk mengeringkan tembakau

Dalam ruangan yang sejuk dan hening, kami diajak mengenal lebih dekat silsilah keluarga Liem Seeng Tee dan juga kehangatan rumahnya. Furniture tua seperti lemari dan kursi menghiasi sudut ruangan. Koleksi guci tua sejak abad ke 13 dan didatangkan langsung dari negeri tiongkok memenuhi lemari tua. Foto foto keluarga hingga foto para perkerja di masa lampau. Semuanya dipajang dengan rapi di dinding ruangan seolah memasuki rumah, bukan museum.

Sesaat mata saya tertumbuk pada sebuah kebaya cantik nan anggun. Kebaya dengan design dan bahan yang berkualitas ini milik istri Liem Seeng Tee bernama Siem Tjiang Nio. Kebaya ini kemudian diberikan kepada anak perempuan termudanya bernama Soenarni Sampoerno. Beliau percaya bahwa pemberian serupa akan membuat si anak perempuan dapat melalui proses persalinannya dengan lancar. Hmmm, jadi ingin sekali memiliki kebaya, siapa tahu bisa diwariskan sama anak perempuanku (semoga). Setelah browsing sana sini, saya melihat banyak Kebaya Batik di ZALORA.

Koleksi kebaya batik cantik
Kebaya cantik dan Anggung milik istri Pendiri Sampoerna
House of Sampoerna Surabaya
Foto para pekerja di masa lalu  menggunakan kebaya, nampak klasik dan cantik

Kami masuk lebih dalam ke rumah kenangan Keluarga Sampoerna. Di “hall” kedua ini terdapat benda benda antik lainnya. Seperti mesin cetak tua, peralatan dan kostum marchingband, dokar dan sepeda motor tua, peta, berbagai kemasan rokok produksi Sampoerna dan berbagai macam tiket kereta api sejak aman jadul hingga terbaru. Yang paling unik disini berbagai macam kemasan korek api yang ada pada zaman doeloe.

Koleksi Guci tua
Tempat tempat keren di Surabaya
Perabot Rumah dan foto keluarga sampoerna di dinding ruangan

Kemasan Korek Api zaman jadul






Kami selanjutnya diajak ke lantai dua. Kami tidak diperkenankan memotret atau merekan video. Di lantai 2 kita bisa melihat ruang produksi pembuatan rokok yang berada dibawah (lantai 1). Mulai proses pengelintingan rokok hingga packing. Ada sekitar 400 pekerja. Seluruh pekerja berseragam ini dibagi menjadi tiga bagian dengan tiga warna topi yang berbeda.

Untuk efesiensi kerja, tempat duduk para pekerja ini diatur dengan formasi khusus. Terdiri atas 3 pengelinting rokok dengan topi merah diselingi dengan satu pekerja topi hitam yang bertugas sebagai cuttingatau finishing lintingan rokok. Disusul dengan dua pekerja bertopi kuning yang bertugas mempacking rokok kedalam kemasan dan diberi label.

Dalam satu jam setiap pekerja menghasilkan 325 linting rokok yang kemudian diberikan kepada bagian cutting. Dalam satu jam dia memotong sekitar 1000 linting rokok (total dari ketiga bagian pengelinting).Sedangkan bagian packing dalam satu jam bisa membuat 180 hingga 200 kemasam rokok. Super cepat.

Dan mereka melakukannya secara manual, lho. Bisa dibayangkan betapa cepat dan cekatan tangan mereka ? Nah, dilantai dua ini ada sebuah ruangan kaca yang berisi satu bagian produksi rokok, jadi kita bisa menyaksikan secara dekat proses pembuatan rokok. Fyi, untuk melihat proses pengelintingan rokok jangan datang di hari Minggu, karena para pekerja libur.

“Itu tangan atau mesin?” ucap saya menyaksikan gerak cepat para seluruh pekerja. Dan sang pemandu tersenyum serta menjelaskan bahwa mereka bekerja sesuai terget yang ditentukan. Saya lihat satu pekerja menerima telpon. Dia tetep berbicara di handphone tapi kedua tanganya tetep cekatan mengerjakan tugasnya. Uniknya, lagi seluruh pekerja disini adalah perempuan. Menurut Pak Liem perempuan itu lebih cekatan dan telaten. Hidup Perempuan!


Oh ya, perusahaan Sampoerna ini sangat peduli dengan para pekerja dan pedagang disekitar pabrik. Mereka mendapat sarapan gratis dari perusahaan. Dan makanan tersebut dipesan dari pedagang keliling sekitar pabrik. Hingga saat ini, meski sebagian saham dibeli oleh perusahaan Philip Moris, tapi tradisi kerja dan kebiasaan masih dipertahankan.

Dahulunya ruang produksi ini adalah aula besar yang diubah menjadi gedung Bioskop dan dikenal sebagai Sampoerna Theater. Dilengkapi dengan panggung berputar dan lantai buatan yang memiliki efek khusus yang sangat jarang pada saat itu. Bintang film sekelas Charlie Chaplin pernah datang ke Theater ini pada tahun 1932. Dan gedung bioskop ini pernah dijaikan Orasi Ir. Soekarno untuk melawan penjajahan Belanda yang pada akhirnya membawa beliau menjadi Presiden pertama Republik Indonesia.

Liem Seeng Tee meraih kesuksesanya saat ia dan istrinya membeli komplek ini tahun 1932. Mereka menjadikan komplek ini sebagai tempat produksi pertama dan utama untuk rokok rokok Sampoerna. Sejak saat itu, tempat ini dikenal sebagai Pabrik taman Sampoerna dan masih beroperasi hingga saat ini.

Komplek seluas 1,5 hektar ini awalnya dibangun untuk sebuah panti asuhan khusus laki laki. Dibangun pada tahun 1858 dan selesai paha tahun 1864. Didalam komplek terdapat 3 bangunan berjajar. Bangunan ditengah dipergunakan sebagai Museum House of Sampoerna. Diapit oleh dua bangunan kembar di sisi kanan dan kiri.

Liem mempuanyai 5 anak dan tinggal di sayap kanan bangunan yang saat ini digunakan sebagai cafee dan galeri. Sedangkan sayap kiri digunakan sebagai tempat tinggal anak pertamanya setelah menikah. Hingga saat ini bangunan yang berada di Sayap kiri digunakan sebagai tempat tinggal keluarga Liem. Beliau percaya bahwa bersama keluarga lebih efektif dan efesien mengendalikan usahanya. Sejak saat itu hingga sekarang, menjadi tradisi keluarga sampoerna untuk mendirikan rumah disekitar pabrik.

Rumah di sayap kanan dan kiri, Yang sebelah kiri masih ditempati keluarga Liem hingga saat ini

Roll Royce mejeng di depan Rumah
Didepan rumah keluarga Sampoerna terpajang dua mobil Roll Royce keluaran tahun 70 an. Bahkan sebelum saya lahir. Nampak mulus dan kinclong. Meski tua, kedua mobil tersebut masih bisa dikendarai. Hanya saja nggak bisa dikendarai di Indonesia, karena kedua mobil tersebut menggunakan Plat Singapura dengan nomer seri sesuai produknya sekaligus angka keberuntungan 234.

Jadi, ya, untuk meraih sukses tidak dihasilkan secara sekejap. Apalagi dengan bantuan Jin dalam waktu semalam saja ala cerita dongeng. Atau menggunakan guna guna dengan dengan menggali kubur. Astaghfirullah. Nggak banget. Butuh waktu tahunan untuk tetep tekun, berpeluh peluh dan menatap setiap badai yang menerjang. Seperti kata pepatah “Semua akan indah pada waktunya”. Ayooo kerja!


Menyantap Tonjokan Pedas Si Rujak Cingur

$
0
0

Pedas dan sedapnya bikin si mulut tak berhenti mengunyah

Salah satu kuliner legendaries Surabaya ini adalah menu makanan Favourite saya, hampir setiap minggu saya menyantapnya. Maklum, doyanmbadok. Seperti halnya kuliner Surabaya lainnya dengan ciri khas rasa gurih petis dan cenderung pedas, Rujak cingur ini juga memiliki perpaduan rasa yang sama, hanya saja rasa pedasnya nonjok banget. Nggak afdol rasanya makan rujak cingur tanpa berpeluh peluh kepedasan.

Apa sih yang membedakan antara rujak biasa dengan rujak cingur? Bedanya cuman pada cingurnya aja. Hehehe ya, iya lah, masak rujak hati. Jadi rujak cingur itu rujak biasa yang ditambahi cingur.

Cingur dalam Bahasa Jawa Berarti hidung. Tapi bukan berarti bagian hidung yang digunakakan, lho, ya. Kata penjualnya, cingur ini sebenarnya bagian wajah di sekitar. Khusunya daerah sekitar mulut. Memasaknya butuh waktu yang lama biar menghasilkan tekstur yang empuk dan nggak amis.

Cingur Dan Cecek (kulit sapi)
Sebagian orang merasa jijay dengan cingur ini. Gakkolu. Entah karena teringat monyong si Sapi. Atau karena nggak suka dengan teksturnya yang bikin geli. Justru saya sendiri merasa aneh kalau ada orang yang nggak suka dengan rujak cingur tanpa mencobanya. Namanya juga lidah, beda rasa, beda selera. Biarkan lidahmu berkelana seperti halnya kaki dan hati.

Untuk membuat Rujak cingur terdapat dua bahan utama. Mentahan Dan Matengan, yang berarti bahan bahan segar tanpa dimasak dan yang sudah dimasak. Bahan Matengan terdiri atas buah buahan seperti bengkoang, belimbing, nanas, mangga, kedondong, timun dan krai. Krai ini sejenis ketimun tapi memiliki biji yang lebih kecil dengan garis kulit yang mencolok.

Kalau bahan Matengan terdiri atas lontong, tempe dan tahu goreng, gimbal tempe, bendoyo dan sayur mayur. Bendoyo ini krai yang dimasak dengan air. Gimbal tempe ini semacam tempe selimut yakni tempe yang dibalut dengan tepung yang sudah diberi bumbu kemudian digoreng. Sedangkan sayur mayurnya terdiri atas kecambah, kangkung dan kacang panjang.
Irisan semua bahan dan saus yang dihaluskan diatas cobek

Sayur Mayur dan Bendoyo


Gimbal Tempe

Waktu beli rujak cingur ada dua pilihan, campur atau matengan. Kalau matenganberarti hanya menggunakan bahan bahan yang sudah dimasak tanpa buah buahan. Sedangkan kalau campur, berarti menggunakan kedua bahan, baik matengan amaupun mentahan.

Saousnya terbuat dari kacang goreng, petis udang, gula merah dikit, asam, cabe, bawang putih goreng dan gedang klutuk (pisang klutuk) muda. Semua bahan dihaluskan diatas cobek besar, diberi dengan sedikit air, di uleg atau dihaluskan hingga lembut. Biasanya setiap penjual memiliki resep rahasia dengan mencampurkan berbagai macam petis udang. Bahkan ada yang mencampurkan 14 macam rasa (tipe) petis untuk menghasilkan rasa gurih yang berbeda.

Semua bahan diiris iris termasuk cingur, ditata diatas pincuk. Kemudian ditumpangi dengan sayuran dan disiram dengan saus. Rujak Cingur disajikan bersama  krupuk. Rasanya gurih, manis, sepetsepet enak, pedasnya nonjok dan sedapnya luar biasa. Rasa sepet ini dari pisang kluthuk muda tadi. Tekstur cingurnya kenyal dan ada bagian lainnya yang kalau dimakan rasanya kayak makan tulang lunak, kriuk!.

Waktu makan mentahan-nya, rasa segar terasa. Terutama waktu makan mangganya, hmmm seger masam sampai nusuk gemulai ke dalam gigi. Saya sendiri paling senang nyocol krupuk dengan sausnya. Inget, ya, Kalau pesen rujak cingur “harus” pedes sampai berpelu peluh. Disitulah letak kelezatannya. Kata orang jawa, pedes Lombok maksudnya pedesnya ini bikin nagih, menambah selera.

Pedes nya kebangetan

Pincuknya terbuat dari daun pisang. Kalau sekarang, jarang sekali yang menggunakan daun pisang karena Di Surabaya dan sekitarnya nggak mudah untuk mendapatkan daun pisang. Padahal, ya, kalau disajikan diatas daun pisang rasanya lebih sedap. Nendang dan endanggulindang.


Rujak cingur ini cocok buat makan siang. Tapi tahu sendiri kan Surabayapanasnya kayak gimana. Apalagi siang hari barengan sama jam makan siang, bisa bisa ketemu macet di jalanan. Kalau nggak mau repot, pesan makanan melalui foodpandaaja. Atau kalau kamu pas lagi jalan jalan ke Surabaya dan pingin incip incip Rujak cingur tapi nggak tahu beli dimana, bisa pesan makanan di foodpanda. Tinggal duduk manis, Makanan langsung dikirim ke rumah.

Review makanan
website foodpanda

rujak cingur enak di surabaya
Ada Rujak Cingur

foodpanda
Ada semanggi juga, dan menu lainnya yang bikin ngiler


Caranya mudah saja kamu tinggal buka website foodpanda atau install aplikasi foodpanda di smartphone kamu. Trus masukkan kota dan wilayah tempat tinggal atau tempat hotel kamu menginap. Nanti keluar seluruh daftar restoran disekitar tempat tinggal. Tinggal pilih menu dan kamu tinggal bayar waktu makanan sudah sampe alias cash on delivery. Bukan hanya Rujak Cingur, lho, juga ada kuliner lainnya seperti Bakso, Sambel penyet, Ayam goreng kremes dan masih banyak lagi. Coba intip menu lainnya yang bikin ngiler.

Oh ya, kalau ke Surabaya jangan lupa cobain kuliner khas lainnya. Seperti Semanggi, Lontong balapdan SateKlopo Ondomohen.

Happy mbadok!

Klenteng Hok An Kiong, Salah Satu Klenteng tertua di Surabaya

$
0
0
Klenteng di Surabaya

Klenteng yang berdiri sejak abad 18 ini masuk dalam bangunan cagar budaya kota Surabaya

“Motornya diparkir sebelah sini saja mbak”  ucap si bapak beretnis tionghoa yang sedari tadi duduk santai di depan klenteng.
“Disini, pak? “ jawab saya dengan sedikit mengernyitkan dahi, karena motor saya tepat berada di sebelah patung  berbentuk menyerupai hewan yang berdiri tegak di depan klenteng.
“Ya, nggak apa apa mbak” sambil menyunggingkan senyuman, saya bergegas memarkir si Revo yang sebelumnya menghantarkan hidung ini menghirup aroma cengkeh di House of Sampoerna.

Mungkin di hari itu hidung mancung saya tertawa bahagia atau mungkin sewot dengan si hati yang menentukan destinasi perjalanan jelajah Surabaya. Gimana tidak, setelah hidung saya dibombardir dengan arome cengkeh di House of Sampoerna, selanjutnya dijejali dengan aroma Hio (dupa) di Klenteng Hok An Kiong. Apalagi letak keduanya berdekatan, berjarak sekitar 2 KM saja.

Saat datang kemari, saya satu satunya turis kece dan berhijab pula. Jamaah datang satu persatu dengan dengan menyalakan hio, saya justru menyalakan kamera. Ketika jamaah mengepalkan tangan memberikan salam kepada dua patung berdiri gagah dikedua pintu masuk, tangan saya justru sibuk membidikkan kamera.

Seperti klenteng lain pada umumnya, nuansa merah mendominasi. Sebuah pintu berbingkai aksara China berwarna keemasan dengan sebuah ornamen cantik menggantung diatasnya. Patung Oe Tie Keong dan Cin Siok Poo berdiri dikanan dan kiri pintu seolah menjaga pintu masuk. Diatasnya menggantung deretan lampion.

Klenteng Hok An Kiong merupakan salah satu kelenteng tertua di Surabaya, dibangun pada tahun 1830. Awalnya, bangunan kelenteng ini berwujud bangunan darurat yang merupakan tempat penampungan kaum perantau untuk para awak kapal dari Tionghoa yang selamat ketika mendarat di pulau Jawa. Pembangunan Klenteng ini dilakukan langsung oleh insinyur dari Tiongkok. Keunikan dari dari bangunan ini adalah sama sekali tidak menggunakan paku dari logam, tapi memakai potongan bambu yang diruncingkan.

Klenteng tertua di Surabaya

Klenteng tua di Indonesia

Klenteng Hok An Kiong
Altar Dewan Kwan in 8 tangan

klenteng tertua di Indonesia


Masuk kedalamnya terdapat sebuah Altar. Diatasnya terdapat tempat menyalakan hio yang terbuat dari kuningan yang diapit dua buah lampu minyak berbentuk lotus. Buah buahan tertata rapi diatas piring. Menyala deretan lilin lilin cantik berwarna merah berukuran jumbo. Sebuah kertas uang berbentuk bunga berlatar belakang jajaran patung Para Dewa Dewi.

Ini adalah Altar Dewi Thian Siang sing Boo atau Maco. Disini ada Patung Budha. Puluhan Patung Dewi Kwan In berwarna putih. Dan yang membuat saya terkaget adalah Patung Dewi kwan In tapi dengan 8 tangan. Mengingatkan saya akan patung salah satu Dewi di India. Kalau nggak salah Dewi Durga, mungkin juga Dewi kali. Ah, saya lupa.

dimana letak klenteng di surabaya
Dekorasi didinding Klenteng
Sejenak saya mengamati dinding yang berlapis keramik yang dipenuhi dengan lukisan. Keramik ini dipesan secara khusus. Karena lukisan tersebut mengandung unsur sebuah cerita. Nampak elok menghiasi dinding.

Saya kemudian melangkahkan kaki menuju ke bagian belakang. Disana terdapat Altar Dewa Kwan Kong. Mata saya tertumbuk dengan tumpukan kotak kado penuh warna ditempeli dengan aksara China. Pikir saya mungkin ada hajatan di klenteng ini. Tetiba seorang wanita yang sedari tadi beribadah menyapa saya
“Dari mana mbak?” tanyanya dengan ramah
“Oh, dari Gresik Bu?”
“Mbak ada perlu apa foto foto””
“Hmmm, saya suka jalan jalan dan foto foto bu, dan suka nulis perjalanan juga. Ini lagi hunting bangunan cagar budaya di Surabaya dan kelenteng Hok An Kiong salah satunya”.

kertas uang di klenteng
Kertas Uang dibentuk meneyerupai bunga dan kemudian dibakar

Sesaat kemudian seorang lelaki (mungkin suami si ibu) membakar kertas uang yang dilipat dengan seni origami hingga membentuk menyerupai bunga.
“Oh ya, maaf kalau boleh tahu, kenapa kertas kertas dalam bentuk bunga itu dibakar ya bu ?” tanya saya dengan segala keinginan tahunan.
“Oh, kertas itu sama dengan Uang” jadi masyarakat Tionghoa yang mempercayai tradisi ini beranggapan bahwa dengan membakar kertas emas dan perak itu berarti mereka telah memberikan kepingan uang emas dan uang perak kepada para dewa atau leluhur mereka; sebagaimana diketahui kepingan emas dan perak adalah mata uang yang berlaku pada zaman Tiongkok kuno. 

Klenteng di Surabaya
Tumpukan kotak "kado" didalam klenteng

“Trus kotak kotak kado itu untuk acara apa, ya ?”
“Pada bulan 7 Penanggalan Lunar atau Imlek, Orang Tionghoa percaya bahwa pada saat itu pintu neraka dibuka, semua roh dilepas ke dunia untuk mencari makan. Untuk meringankan beban roh leluhur, mereka mengadakan sembahyang, menyajikan makanan dan memberikan pakaian, sepatu serta perlengkapan lainnya kedalam kotak kado itu dan ditujukan kepada leluhur juga pada roh roh yang gentayangan”.

Saya hanya manggut manggut mendengar penjelasan. Lumayan, menambah wawasan tentang kebudayaan etnis lain. Agar kita bisa saling menghormati dan tercipta keharmonisan hidup. Hehehe berasa jadi Dalai Lama. Saya kemudian berjalan menuju kesamping, tempat si bapak membuang kertas uang yang dibakar tadi. Duh, Mata saya langsung nangis, pedih terkena asap.

Tempat pembakaran

Setelah puas melihat sudut klenteng tua ini saya bergegas menuju motor saya. Seorang ibu mendekati saya dan mengajukan pertanyaan yang sama “Untuk apa mbak foto foto? “. Saya menjawab sama dengan yang tadi. Si Ibu kemudian menjelaskan bahwa klenteng ini ada sebelum beliau lahir. Beliau juga menjelaskan bahwa di Surabaya masih banyak Klenteng Klenteng Tua dan beliau menyebutkan sejumlah tempat. Hmmm, kayaknya saya harus melanjutkan penelusuran ini.


Agra Jantung wisata India Tayang di Koran Jawa Pos

$
0
0

Kota Agra tak hanya dikenal sebagai tempat Taj Mahal menebar pesona juga mengayomi dua istana megah para Kaisar Mughal

Tak banyak khalayak ketahui bahwa negara India yang didominasi umat agama Hindu pernah dikuasai oleh kekaisaran Islam Mughal berasal dari Afghanistan. Situs Situs peradaban Islam yang menjadi jejak kekuasaan kekaisaran Mughal menyebar diseluruh pelosok negeri Mahabharata ini, salah satunya adalah kota Agra yang menjadi pusat kepemimpinan kekaisaran Mughal. Dikota yang berada di distrik Uttar Pradesh ini terdapat tiga wisata utama yakni Taj Mahal, Agra Fort dan Istana Fatehpur Sikri.

Selengkapnya bisa dibaca di Harian Jawa Pos tayang hari Sabtu, Tanggal 19 September 2015

***

Bagaimana Cara mengirin artikel perjalanan di Jawa Pos, berikut :




Istana Golconda Tayang di Harian Kedaulatan Rakyat

$
0
0

Istana Golconda  yang membungkus perbukitan ini dibangun dengan efek akustik  fantastik.

Masuk kedalam Istana, mata hati terpana dengan arsitektur istana yang terhampar luas dan menyembul diatas perbukitan. Mengingatkan saya akan arsitektur petra yang berada di negara Yordania. Istana terbuat dari bebatuan pasir. Membentuk tingkatan alami mengikuti bentuk bukit. Bebatuan jumbo menyanggah beberapa bagian istana. Meski terlihat tidak beraturan layaknya gedung pencakar langit  tapi semua nampak berharmoni dengan susunan batu di perbukitan.


Baca selengkapnya di Epaper kedaulatan rakyat, DISINI

Kepentok Rasa Lentog

$
0
0
Kuliner Khas Kudus

Bisa dibilang lentog ini perkawinan antara Opor dan Gudeg

Lentog ini sebenarnya dari Kudus, tapi saya justru mencicipinya di Semarang. Ceritanya, sebulan yang lalu saya berwisata kuliner ke Semarang. Sahabat saya Tarie  yang tinggal disana mengajak lidah saya berkelana mencicipi makanan khas Semarang. Dan juga menikmati kuliner enak lainnya di Semarang, salah satunya adalah lentog.

Kebetulan sekali, saya datang ke Semarang pas di hari Minggu. Saya diajak menikmati lentog di kawasan CarFreeDaydi dekat Simpang lima. Sebenarnya sempat khawatir kehabisan, karena kami bangun kesiangan. Plus harus copy beberapa foto perjalanan kami waktu piknik bareng di Menjangan. Untunglah, Sang Penguasa alam merestui, kami masih bisa menyantap Lentog pagi itu.

Suka dengan tampilan penjual lentog. Menggunakan pikulan yang terbuat dari kayu rotan. Kami duduk di lesehan diatas tikar sambil menatap keramaian aka cuci mata.

Lentog Kudus
Ibu Penjual Lentog dengan pikulan tradisional, perhatikan lontongnya

Lentog ini terdiri atas 3 bahan utama. Bahan pertama yakni lentog atau lontong yang dipotong kecil kecil. Yap, lentog itu sebenarnya lontong, beras yang dimasak dengan daun pisang. Yang unik dari lentog adalah ukuran lontongnya yang gede banget. Seukuran betis orang dewasa. Bukan betisnya si Hulk apalagi betis saya yang gendut.

Lontong dipotong kecil kecil diatas piring yang sudah dilapisi daun pisang. Membuatnya semakin sedap saat disantap. Lontong kemudian diguyur dengan sayur Gori. Waktu denger kata gori, pikiran saya langsung menuju istri Cak Shah Rukh Khan, namanya Gauri Khan. hehehe

Gori sendiri kalau di Jawa Timur dikenal dengan tewel (ketewel) yakni nangka muda. Dimasak dengan santan hingga santannya mengental. Bedanya dengan Gudeg, kalau gudeg dimasak sampai santannya susut dan adonan jadi nyemek kalau gori ini masih ada kuahnya.

Lontong yang sudah diguyur dengan gori tadi kemudian disiram dengan lodeh tahu. Ada yang bilang Semur tahu. Rasanya juga kayak opor tahu. Tahu digoreng kemudian dimasak dengan santan kental. Setelah masak kuahnya nampak seperti santan mblondo, maksudnya santannya nampak menggumpal kecil kecil dan halus.

Wisata kuliner di Semarang
Lodeh Tahunya habis, bumbu bali, suwir ayam, bawang goreng dan cabe hijau kukus

Sayur Gori lentog
Sayur Gori

Selain lentok “biasa” yang  terdiri atas ketiga bahan tersebut yakni lontong, sayur gori dan lodeh tahu. Biasanya ada menu tambahan lainnya seperti suwiran ayam dan telur yang dimasak ala gudeg. Kalau pingin pedes nggak bisa nambah sambal, karena memang nggak ada sambal tapi ada cabe hijau utuh yang dikukus.

Saya mencoba lentog dengan suwiran ayam. Disini si ibu memberi sedikit kuah bali yang merah membahana. Trus ditaburi bawang goreng. Ketika lentog menyentuh lidah, sensasi rasa super gurih manis mendarat di lidah. Rasa gurih santan dan manis ini memang menjadi ciri khas masakan daerah di Jawa Tengah. Teksturnya juga sangat lembut. Cocok buat sarapan pagi.

Kuliner Nusantara
lentog dengan Suwiran Ayam

Lentog masakan khas Nusantara
Lentog
Di Kabupaten Kudus sendiri, lentog adalah menu sarapan pagi. Sama dengan lontong Rumo di Kota Gresik. Makannya dengan menggunakan suru yakni sendok dari daun pisang. Tapi waktu di Semarang makannya dengan sendok biasa, lebih enak sih, soalnya lebih gampang ambil kuahnya. Seporsi lentog dijual cukup murah, hanya Rp. 7000 saja. Sudah kenyang pastinya.

Kata kakak Tarie yang sering berkunjung ke Kudus, di sana ada sentra khusus penjual lentog. Hmmm, kayaknya suatu hari saya harus berkunjung kesana. Atau mungkin saya sudah pernah kesana dan mencicipinya? Entahlah saya lupa, hanya Allah dan Ayah yang bisa menjawabnya. Karena beliau lah yang sering mengajak saya mbolang dan sekaligus berwisata kuliner. Mencoba memeras memori justru membuka kenangan yang justru membuat saya melinangkan air mata.



Menyusuri Kota Lama Semarang

$
0
0
Jelajah Kota lama Semarang

Kawasan berdiri sejak awal abad ke 19 yang menjadi pusat perdagangan ini  dipenuhi dengan bangunan tua berarsitektur Belanda, menjadikannya dikenal dengan “Little Netherland”

Mentari mulai menghangatkan bumi ketika saya menunggangi si revo menuju stasiun pasar Turi, Surabaya. Dua hari kedepan, Si Revo bakalan nginep di stasiun. Sementara kaki ini bergegas memasuki gerbong kereta api Cepu Express yang menghantarkan tubuh ini merasakan hangatnya Kota Semarang.

Dingin menancapkan gigil. Saya bergegas mengenakan jaket hangat dan menyandarkan ransel dalam kabin kereta. Hasrat ingin berbincang dan kenal dengan cowok bening di bangku sebelah pupus sudah, ketika mereka dengan santai dan sopan memanggilku, BU. Disitu saya merasa tua, pesona unyu luntur sudah *bakarKTP.

Daripada bête, saya menatap hamparan sawah yang seolah berlari meninggalkan kereta. Sesekali saya membaca berita di smartphone atau chitchat di group Whatsapp yang bikin bibir sexyku menyungingkan senyuman. Kebiasaanku untuk berinteraksi didalam kereta musnah sudah. Kalau memaksa berbincang, ntar saya dikira tante girang. Ya, sudahlah. Akhirnya seperempat dari total 6 jam perjalanan saya manfaatkan untuk melelehkan air liur aka bobok cantik.

Sang mentari mulai menggoreskan jingga diatas langit  ketika saya sampai di stasiun Tawang, Semarang. Sebuah kotak pesan masuk kedalam ponsel. Tarie, sahabat yang tinggal di Semarang memberitakan bahwa dia akan terlambat menjemput. Untunglah, saya ini bukan tipikal traveler rempong dengan bawaan diransel yang bikin pundak menjerit. Saya memanfaatkan waktu menjelajah kota Lama Semarang dengan berjalan kaki.

Kota Lama Semarang
Stasiun Tawang
Stasiun Tawang sendiri adalah bagian dari kawasan Kota Lama Semarang. Stasiun yang selesai dibangun pada bulan Mei 1914 ini memiliki gaya arsitektur Belanda yang sudah disesuaikan dengan kondisi daerah tropis. Langit langit stasiun nampak begitu tinggi dan lebar membiarkan angin bersikulasi dengan bebas.

Beranjak keluar, stasiun Tawang mempunyai daya tarik visual tersendiri. Diatasnya sebuah kubah yang hampir mirip dengan bentuk kubah Gereja Blenduk. Hanya saja bentuknya lebih kecil. Bertengger cantik diatap stasiun. Sesaat saya duduk santai di depan danau pancing di depan stasiun sambil mengemas jaket dan memasukkan kamera.

Saya ingin berjalan santai menikmati sederet bangunan tua tanpa halangan si kotak hitam. Kubah Gereja Blenduk terlihat jelas dari stasiun tawang. Melangkah perlahan ditemani senyuman ramah penduduk setempat. Sepanjang jalan mata ini disuguhi bangunan tua, sebagian nampak terpelihara bahkan masih digunakan sebagai pabrik rokok. Dan sebagian lainnya nampak kusam, menghitam dan tak terurus.

Kota Lama Semarang adalah suatu kawasan di Semarang yang menjadi pusat perdagangan pada abad 19-20 . Pada masa itu, untuk mengamankan warga dan wilayahnya, maka kawasan itu dibangun benteng, yang dinamai benteng Vijhoek. Untuk mempercepat jalur perhubungan antar ketiga pintu gerbang dibenteng itu maka dibuat jalan-jalan perhubungan, dengan jalan utamanya dinamai : Heeren Straat. Saat ini bernama Jl. Let Jen Soeprapto. Salah satu lokasi pintu benteng yang ada sampai saat ini adalah Jembatan Berok, yang disebut De Zuider Por.

Kawasan Kota Lama Semarang disebut juga Outstadt. Luas kawasan ini sekitar 31 hektare. Dilihat dari kondisi geografi, nampak bahwa kawasan ini terpisah dengan daerah sekitarnya, sehingga nampak seperti kota tersendiri, sehingga mendapat julukan "Little Netherland".

Kawasan Kota Lama Semarang ini merupakan saksi bisu sejarah Indonesia masa colonial Belanda lebih dari 2 abad, dan lokasinya berdampingan dengan kawasan ekonomi. Di tempat ini ada sekitar 50 bangunan kuno yang masih berdiri dengan kokoh dan mempunyai sejarah Kolonialisme di Semarang. 

Secara umum karakter bangunan di wilayah ini mengikuti bangunan-bangunan di benua Eropa sekitar tahun 1700-an. Hal ini bisa dilihat dari detail bangunan yang khas dan ornamen-ornamen yang identik dengan gaya Eropa. Seperti ukuran pintu dan jendela yang luar biasa besar, penggunaan kaca-kaca berwarna, bentuk atap yang unik, sampai adanya ruang bawah tanah. ( informasi ini dikutip dari Wikipedia).

Kota Tua Semarang
Gereja Blenduk

Gereja Blenduk
Menara Gereja
Kaki saya terhenti dengan lengkung cantik landmark bangunan yang menjadi ikon kota lama semarang yakni GerejaBlenduk. Gereja yang berusia lebih dari 200 tahun ini masih nampak bersih dan cantik. Dan hingga saat ini masih aktif digunakan untuk kegiatan Ibadah.

Gereja yang berdiri pada tahun 1753 ini ramai dikunjungi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Bahkan ketika saya sampai disini, ada beberapa wawancara khusus dari stasiun televise swasta. Dinamai gereja Blenduk karena dibagian atas 2 menara dan sebuah kubah besar. Kubah dalam bahasa Jawa berarti Blenduk.

Gereja Blenduk tak hanya memiliki design arsitektur yang cantik dalam jepretan kamera, disini juga menjadi tempat yang asyik buat duduk santai. Apalagi berhadapan dengan taman Sri Gunting yang diayomi pepohonan rindang. Dan dikelilingi pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai makan dan minuman. Bikin betah.

Saya kemudian menyebrang jalanan menuju kantor asuransi Jiwasraya yang berhadapan dengan Gereja Blenduk. Bangunan bersebelahan dengan rumah makan Ciganjur. Keduanya juga merupakan landmark bangunan tua peninggalan Belanda. Sepanjang jalan raya yang ramai dengan kendaraan ini juga dipenuhi dengan bangunan tua.

Kaki mungil saya melangkah melewati jalanan mungil yang dipenuhi dengan jajaran tiang lampu tua. Tiang lampu tak seberapa tinggi dengan sebuah lampu tua nan cantik diujungnya, mengingatkan saya akan Kota Shimla, yang menawarkan nuansa Eropa di India. Jalanan ini dipenuhi bangunan berusia lebih dari seabad. Sebagian nampak terawat dan kebanyakan dibiarkan rusak dan terbengkalai. Sangat disayangkan. Jika dipelihara, tak akan kalah pamor dengan Kota Tua Jakarta, bahkan mungkin Malaka.

Itinerary jelajah Semarang

jelajah Kota Tua
Jembatan Berok dahulu bernama DEZUIDER PORT kemudian berganti nama SOCIETEITSBRUG. Dinamai jembatan "BEROK" karena orang pribumi tidak bisa melavalkan kata "BURG" yang dalam bahasa Belanda berati jembatan.

jalan jalan ke Semarang
Kantor Asuransi Jiwasraya di Depan Gereja Blenduk

Kota lama Semarang

Kota lama Semarang

Jelajah Semarang

Jelajah kota Semarang

Tempat menarik di Semarang


Dua jam berlalu, tenggelam dalam nuansa Semarang di masa lalu akhirnya saya kembali ke Gereja Blenduk. Bertemu dengan Tarie dan melanjutkan jelajah kota tua semarang hingga adzan Maghrib berkumandang. Terselip harapan dan doa dalam hati, Semoga kelak ketika saya kembali, Kota Lama Semarang bersolek cantik.


Berburu Kuliner di Simpang Lima Semarang

$
0
0
Kuliner di Simpang Lima Semarang

Menyajikan kuliner khas Semarang hingga Kuliner nusantara

Perut rasanya berontak. Belum makan sejak pagi, berangkat dari Gresik trus langsung jelajah Kota lama Semarang. Jalan kaki lagi. Maksud hati ngelunturin lemak dibadan tapi ujung ujungnya malah balas dendam. Kami sempatkan mengganjal perut di angkringan depan taman Sri Gunting sebelum beranjak ‘kalap’ menuju Simpang Lima Semarang.

Simpang Limamerupakan Jantung kota Semarang, Ibu kota Jawa Tengah. Ditengahnya terdapat Alun alun yang menjadi pusat atau titik dari lima persimpangan jalan. Disekitarnya berdiri hotel hotel berbintang dan juga pusat perbelanjaan.

Geliat keramaian terasa ketika malam tiba. Siang hari trotoar yang digunakan sebagai jalan kaki disulap menjadi foodstall. Keseluruhan trotoar lingkar luar alun alun dipenuhi dengan jajaran penjual makanan dan minuman beratapkan tenda. Menyajikan aneka kuliner khas semarang hingga kuliner nusantara.

Sampai di Simpang Lima nafsu makan saya langsung melonjak. Asap melambai lambai menghantarkan aroma menggoda. Deretan penjual makanan memamerkan menu menggugah selera. Mulai dari camilan, makanan berat hingga es teller. Perut saya langsung menggeliat kesenangan. Sementara sang liur semakin deras mengalir.

Saya bilang ke Tarie, pingin makan camilan saja. Nggak mau makanan berat. Bukan karena badan saya sudah berat. Tapi pinginnya si perut bisa menampung aneka  kuliner khas Semarang yang ingin lidah cicipi malam itu. Memang niat utama saya ke Semarang adalah wisata kuliner, sekalian main kerumah Tarie. Kenalin, Tarie ini pemilik blog jejaksematawayang.com. 

Kuliner Khas Semarang

Pertama Tarie ngajakin saya cobain Tahu Petis Semarang. Tahu goreng dibelah dan diisi dengan petis. Kalau tahu petis Banyuwangitekstur petisnya lebih encer. Tekstur petis disini lebih padat. Warnanya hitam pekat. Rasa petis ikannya lebih mild dan manis  juga nggak terlalu. Dan dihidangkan bersama cabe rawit hijau. Rasanya sedap dan tahunya nggak terlalu asin.

Alhamdullilah, makan 3 potong tahu rasanya sudah kenyang. Padahal masih banyak kuliner yang ingin saya coba. Akhirnya kami memutuskan jalan jalan santai di alun alun. Biar makanan turun dulu trus mbadok lagi.

Alun alun Semarang ini dikenal juga sebagai lapangan Pancasila. Alun alun kota begitu hidup dengan jajaran sepeda hias yang disewakan untuk keliling alun alun. Banyak keluarga sekitar kota semarang maupun luar kota menaiki sepeda sambil ketawa cekikikan. Bahagia itu sederhana. Sesederhana menaiki sepeda hias dengan anak anak. Atau bersepeda berdua bersama pasangan. Saya dan tarie cukup berjalan santai sambil berbincang mengelilingi alun alun.

Tempat Asyik di Semarang

Setelah satu putaran, kaki sudah gempor dan perut mulai kosong. Menu selanjutnya yang pingin kami cicipi adalah Nasi pecel Mbok Sador. Nasi pecel idola warga Semarang. Pecel Mbok Sador ini memang selalu ramai dengan pembeli. Kaki yang sudah gempor masih ‘dipaksa’ antri. Saya jadi makin penasaran, apa sih enaknya pecel mbok Sador?

Antrinya lumayan. Untung yang antri Tarie, saya cuman duduk manis. Ngantri pecel di Mbok Sador sampe si bibir nganggur. Setelah 20 menit berlalu, Tarie membawa sepiring nasi pecel. Disajikan diatas piring rotan dilapisi daun pisang. Nggak tanggung tanggung, 7 lapis daun daun pisang.

Porsinya nasinya sedikit, tapi sayurnya lumayan banyak. Cocok buat yang lagi  diet. Sayurnya terdiri atas sayur gubis, kacang, kecambah, daun pepaya dan daun keningkir. Ditumpangi dengan rempeyek dan krupuk puli. Trus disiram sama bumbu pecel spesial.

Kuliner Khas Kota Semarang
Antri lumayan panjang buat merasakan sepiring nasi pecel Mbok Sador

Nasi Pecel Mbok Sadur
Jeroan Sapi dan rempeyek

Pecel Mbok Sador Semarang
Aneka Sate pelengkap Nasi pecel

Tempat makan enak di Semarang
Nasi Pecel Mbok Sador

Sepiring nasi pecel Mbok Sador bisa dinikmati dengan aneka macam lauk pauk. Seperti tahu tempe goreng, telor ceplok, gimbal tempe, Jeroan Sapi dan aneka macam sate. Yakni sate telur putuh, sate usus dan sate kerang.

Rasanya? Tentu saja enak. Bedanya sama pecel lain? Dari segi warna, bumbu pecel Mbok sador ini warnanya coklat kekuningan. Nggak seperti pecel lainnya yang warnanya cenderung coklat tua. Rasanya pedas. Yang membedakan ini pengunaan gula merahnya. Rasanya beda. Gurih Sedap, rasa segar kencur dan daun jeruk terasa menggelitik lidah. 

Setelah menyantap pecel Mbok sadur perut saya sudah kenyang. Dan ngantuknya nggak ketulungan. Kami putuskan cocok cantik dan melanjutkan wisata kuliner keesokan harinya. So, kalau pingin tahu Kuliner khas Semarang, pantengin terus blog ini *dibalangpembaca.



Tay Kak Sie, Klenteng tua dan terbesar di Semarang

$
0
0
Klenteng tertua di Semarang

Klenteng dengan deretan altar para Dewa Dewi dan patung Budha ini dikenal sebagai Klenteng terbesar di kota Semarang

“Hai ya xio pia iii yi ni poo ni hao truk tuk tuk … “ suara seorang lelaki terdengar lantang dari corong speaker sesampainya kami di Klenteng Tay Kak Sie. Sesaat saya terdiam, mencoba mencerna apa yang saya dengar. Pikir saya, mungkin ada semacam kutbah atau ada pernikahan karena terlihat jajaran rangkaian bunga di depan Klenteng Tay Kak Sie.

Perlahan kami melangkahkan kaki menuju klenteng. Patung sang penakluk Samudra Laksamana Ceng Ho berdiri gagah menyambut siapa saja yang datang. Dikakinya sebuah tempat  kotak merah seukuran warung penjual rokok dengan sebuah “jendela” menghadap kearah klenteng.

Ternyata, suara alunan cerita dalam bahasa Tionghoa menyeruak dari tempat ini. Sebuah pertunjukan dengan boneka wayang Tiongkok sebagai lakonnya. Boneka boneka dijalalankan diiringi alur cerita yang di ceritakan oleh satu orang saja. Hal yang biasanya saya lihat dalam di film film Tiongkok.

Sejenak menyaksikan pertunjukkan, saya gegas masuk kedalam klenteng. Tak hanya tidak mengerti alur cerita dalam bahasa China, juga karena terik sang mentari yang bikin kepala saya pening. Kota Semarang memang terkenal dengan panasnya yang humid. Kami datang kemari jam 9 pagi, tapi rasanya kayak disengat mentari jam 1 siang.
 
Klenteng terbesar di Semarang
Pertunjukkan wayang Boneka di Depan Klenteng

Wisata kota Semarang
sepasang Naga diatap Klenteng

Seperti Klentengpada umumnya, Klenteng Tay Kak Sie didominasi warna merah dengan jajaran lilin berukuran jumbo. Dipenuhi dengan ornamen dan simbol simbol yang berhubungan dengan kepercayaan aliran Budha, Tao dan Konfusianisme. Diatapnya sepasang naga saling berhadapan sedang memperebutkan matahari.

Dalam mitologi Tionghoa, Naga merupakan lambang keadilan, kekuatan dan penjaga barang barang suci. Naga atau Liong mempunyai kekuatan untuk mengubah bentuknya, hal ini berarti naga memiliki kewaspadaan yang tinggi. Sepasang naga diatap klenteng tersebut menjadi simbol penjaga klenteng dari pengaruh jahat.

Masuk kedalamnya, aroma Hio menyapa hidung. Asap tipis Hio melambai lambai terbang menghilang bersama udara. Ditengah pintu terdapat sebuah meja bertuliskan aksara China. Diatasnya sebuah wadah kuningan tempat menyalakan Hio, buah buahan tersaji diatas piring, gulungan kertas dan berjajar 3 buah cangkir berukuran kecil.

Klenteng berbentuk persegi dengan atap terbuka ditengahnya. Lurus dengan pintu terdapat sebuah altar. Klenteng Tay Kak Sie merupakan salah satuKlenteng tua di kota Semarang. Didirikan pada tahun 1771.

Dari literature yang saya baca. Pada tahun 1724 didirikan sebuah sebuah rumah pemujaan yang kemudian diberi nama Kwan Im Ting. Lokasinya terletak disamping sebuah kolam kecil, ditengah rerimbunan pohon asam dan agak terpencil dari pemukiman
Pada tahun 1753 terjadi peristiwa bentrokan antar kelompok penjudi yang sedang mabuk di halaman Kwan Im Ting. Peristiwa ini menimbulkan reaksi yang sangat besar dari tokoh masyarakat waktu itu. Dari peristiwa tersebut kemudian muncul pemikiran untuk memindahkan Kwan Im Ting ketempat lain yang lebih luas dan aman. Berbagai pembicaraan terus dilakukan, hingga akhirnya pada tahun 1771.
Atas petunjuk dari ahli fengshui, dipimpin oleh Khouw Ping, beberapa saudagar tionghoa memilih sebuah areal tanah luas ditepi Kali Semarang yang kala itu masih berupa kebun lombok. Itulah sebab dibalik penamaan Gang Lombok di daerah ini.
Masyarakat Tionghoa bergotong royong menyumbang berbagai keperluan pendirian tempat ibadah baru mereka, bukan saja sumbangan uang, tapi juga berbagai bahan bangunan. Tukang  batu, tukang kayu, ahli ukir dan banyak lagi didatangkan dari berbagai tempat. Patung  para dewa dan dewi didatangkan langsung dari negeri China. Tahun 1772, setahun semenjak mulai dibangun, klenteng itu telah berdiri dengan megah dan kokoh. Dan menjadi Klenteng terbesar di kota Semarang.
Tempat yang harus dikunjungi di Semarang

Kawasan pecinan Semarang

Klenteng Tay Kak Sie

Klenteng tay Kak Sie

Tempat yang harus dikunjungi di Semarang

Altar Dewa Dewi

Klenteng Gagng Lombok

Klenteng tertua

Klenteng China

Tay Kak Sie sendiri artinya Kuil Kesadaran. Saya melangkah menuju altar yang berada di depan. Disana sudah ada beberapa wisatawan mancanegara. Dan juga beberapa fotografer yang sibuk mencari angel yang pas untuk dibidik. Jujur saja, saya jadi minder keblinger. Gimana tidak, saya menggunakan kamera pocket tipis nan imut sementara mereka menggunakan kamera gede dengan monyong lensa yang panjang.
 Di atas Altar terdapat patung Dewa Dewi Dan Juga Patung Budha dengan warna kuning emas. Berjajar Lilin lilin besar nantik cantik dengan hiasan unik. Aneka buah tersuguh diatas piring. Sebuah tembaga kuningan untuk menyalakan Hio. Bersanding dengan cawan gelas cantik dengan minyak didalamnya. Bendera dan aneka ornamen bertuliskan aksara China berdiri di sela sela altar. Sementara diatasnya menggantung lampion cantik bersanding dengan lampu gantung menawan.
Altar utama ini diapit oleh dua altar kecil yang berada di kanan dan kirinya. Patung patung Dewa berwajah oriental lengkap dengan pakaian khas Tionghoa. Diatasnya menggantung jajaran lampion kecil kecil warna merah. Keseluruhan dekorasi di altar nampak berharmoni dalam suatu tatanan yang meneduhkan hati.
Selain altar utama, di sayap kanan dan kiri klenteng masih terdapat beberapa altar dari Dewa dan Dewi berbeda. Beberapa jamah berdatangan, bahkan beberapa ada yang datang dari luar kota. Mereka menyalakan 3 hio di genggaman. Memejamkan mata. Kemudian menunduk beberapa kali di hadapan altar sang Dewa Dewi. Berharap kelancaran rezeki, limpahan kesehatan dan menghirup sebuah kebahagiaan hidup.
Lunpia Semarang

Puas berkeliling, terakhir saya mencicipi lunpia gang Lombok yang sudah melegenda itu. Dengan resep turun temurun yang selalu menggugah selera. Letaknya berdampingan dengan Klenteng Tay Kak Sie. Tempatnya kecil dan sangat sederhana, tapi yang beli antri. Karena memang nggak buka cabang. Banyak yang beli untuk dibawa sebagai oleh oleh.
Lunpia berisi rebung dan telur dijual dengan harga Rp. 12.000 saja. Saosnya kental sekali dengan taburan cacahan bawang putih mentah. Ada dua pilihan, lunpia basah atau kering. Kami pesan lunpia kering. Enak sekali dengan rasa bawang putih mendominasi. Pokoknya rasanya Heucek ping ping ping.

Berkelana Rasa di Pasar Malam Semawis

$
0
0
Pasar malam Semawis

Pusat jajanan terpanjang di kota Semarang ini menjual beranekaragam hidangan mulai kuliner khas Semarang hingga kuliner ‘unik’ kekinian

Lembayung senja ditelan sang malam tapi geliat kota Semarang semakin ramai. Selain Simpang Lima yang berada di jantung kota, masih ada lagi pusat tempat wisata kuliner yang siap memuaskan lidah. Gerakkan roda kendaraan menuju kawasan pecinan, disana ada Pasar Semawis yang merupakan pusat jajanan terpanjang di Kota Semarang.

Berbeda dengan kawasan kuliner Simpang Limayang buka setiap hari. Pasar Semawis atau yang akrab dikenal dengan Waroeng Semawis buka hanya pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu saja. Buka mulai Pukul 6 sore hingga malam hari. Semakin malam semakin ramai.

Di pagi hari kawasan ini hanyalah sebuah jalan biasa dengan deretan toko. Tapi di akhir pekan, menjelang sore hari kawasan ini disulap dengan jajaran tenda dan bangku sederhana. Ketika kaki saya berkelana menyapa kota Semarang, Pasar Semawis menjadi tempat yang ingin saya kunjungi. Maklum saja, para pembaca setia blog ini pasti sudah tahu kebiasaan saya hunting kuliner lokal alias doyan mbadok.

Pasar Malam Semawis

Kuliner Semarang di pasar Semawis

Kuliner enak di Semarang

Kuliner Khas Semarang

Pasar Semawis

Waktu datang ke pasar Semawis sebenarnya saya ngidam salah satu kuliner unik. Waktu itu saya melihatnya di salah satu program TV. Ada penjual Jamu tapi dalam bentuk sup. Dan dengan rasa yang berbeda, nggak super pahit kayak jamu biasanya. Maksud hati beli jamu galian singset. Biar lemak tubuh luntur 20 Kg semalam. Eh, ternyata nggak ketemu yang jualan, karena gerimis tiba tiba datang menyapa.

Bukannya nurunin berat badan, saya malah kalap dengan  hidangan yang ada disini. Pasar Semawis menyajikan beraneka ragam kuliner. Mulai kuliner Khas Semarang, Jajanan tempoe doeloe, es puter, serabi, aneka sate, sosis bakar sampe Kuliner ‘unik’ kekinian. Di pasar Semawis, saya dan Tarie mencoba tiga kuliner khas Semarang yakni pisang Plenet, es Cong lik dan nasi goreng babat.


Pisang Plenet

Sesuai dengan namanya Pisang Plenet ini menggunakan Pisang sebagai bahan pokoknya. Pisangnya bukan sembarang pisang tapi menggunakan Pisang Kepok. Pisang Kepok utuh dibakar dengan menggunakan arang. Diatasnya terdapat besi untuk membakar pisang. 

Setelah setengah matang. Pisang kemudian di-plenethingga berbentuk bulat pipih alias gepeng. Dalam bahasa Jawa plenet berarti dipenyet atau digencet. Pisang di-plenet dengan menggunakan papan khusus seukuran pisang.

Setelah berbentuk pipih, pisang dibakar sebentar. Diatasnya ditaburi gula bubuk dan kismis. Kemudian ditumpangi lagi dengan pisang. Semacam “sandwich pisang”. Untuk menjaga kualitas rasa dan juga tekstur biar nggak lembek waktu di-plenet digunakan  pisang Kepok yang bener bener matang di pohon. Waktu mendarat dilidah, rasanya manis dan tidak neg dengan aroma pisang bakar yang bikin tambah sedap.

Di Pasar malam Semawis ini ada penjual pisang plenet yang sudah melegenda, namanya pisang Plenet Pak Tuko. Konon, beliau berjualan sejak 1960. Dari dulu hingga sekarang beliau masih menggunakan resep yang sama. Pisang plenet ini tipikal camilan buat sore dan malam hari. Cocok ditemani dengan teh atau kopi hangat. Apa lagi ditemenin sama kamu. Iya, Kamu.

Kuliner Khas Semarang

Pisang plenet khas Semarang
Pisang Kepok yang dibakar diatas arang

Kuliner khas Semarang Wajib Coba
Pisang Plenet



Es Cong lik

Es cong lik kepanjangan dari Es wongcilik. Yang berarti es merakyat tapi rasanya juara banget. Terdiri atas agar agar yang dipotong kotak kotak diletakkan kedalam gelas plastik cantikatau mangkok. Ditambah dengan kelapa muda, bubur mutiara, buah siwalan. Diatasnya diberi es puter. Jika suka bisa ditambah kan buah durian.

Es puternya ini masih dibuat secara manual. Kayak bikin es puter zaman jadul dulu. Tanpa menggunakan pemanis dan juga pengawet. Rasanya masih original, rasa asli dan segar buah. Rasanya tidak terlalu manis, lumer dimulut. Apalagi buah siwalannya, hmmm rasanya kenyal kenyal aduhai.

Es Conglik Khas Semarang
Es Cong Lik  dan Es Puter 


Nasi Goreng Babat

Waktu menunjukkan pukul 11 malam, tapi sang perut masih kelaperan. Terakhir kami menyantap satu lagi kuliner khas Semarang, yakni nasi goreng babat. Letaknya dekat dengan pasar Semawis, mungkin sekitar 200 meter. Disana ada ibu penjual Nasi goreng babat yang rame dikunjungi keluarga dan anak muda gaul.

Tempatnya sederhana, bisa duduk diatas kursi kayu panjang atau duduk lesehan diatas tikar. Nasi goreng babat ini rasanya mirip nasi goreng jawa hanya saja ditambahkan potongan babat didalamnya. Rasanya pedas, super gurih dan sedap karena menggunakan bumbu pilihan. Lebih nikmat lagi dengan tambahan telor ceplok dan petai goreng. Hmmm ngiler.
Nasi Goreng babat kuliner khas Semarang
Nasi Goreng Babat 

Selain berburu kuliner, di pasar Semawis ini kamu bisa karaokean, lho. Bukan karaokean malu malu dalam ruangan khusus, tapi dalam tempat terbuka. Didengerin orang yang sedang menikmati makan malam. Kalo punya suara bagus, boleh lah uji nyali disini. Moga aja piringnya nggak pecah atau malah bikin mual yang sedang asyik makan. Hehehe

Mau pijat juga ada, tapi bukan pijat plus plus, ya. Jijay, pikirannya parno melulu. Mau pingin tahu tentang masa depan kamu, nikah kapan dan dengan siapa atau menunggu ketiban rezeki, atau mungkin ….. Kepoin mantan? bisa. Disini ada peramal pembaca kartu Tarot. Kalau saya pingin tahu satu hal, kapan angin berhembus membawa takdir tubuh ini berkelana dengan kereta Transiberia menuju Rusia?

Terakhir tips dari saya. Karena berada dikawasan pecinan, disini ada penjual kuliner dengan bahan dasar Babi. Hanya sedikit sih. Nah, kalau mau beli makanan jangan ragu untuk bertanya. Halal atau tidak. Ok ?

Happy mbadok :)

Klenteng Sang Laksamana Cheng Ho

$
0
0
Klenteng Sam Poo Kong

Jejak peninggalan sejak 6 abad dahulunya adalah sebuah gua kecil yang disulap menjadi klenteng megah

Bersama sang raja siang yang menusukkan terik di ubun ubun kepala, saya dan tarie  bertandang ke Klenteng Sang Laksamana besar penakluk samudra, Laksamana Cheng Ho. Ini adalah Klenteng kedua yang saya kunjungi di kota Semarang, setelah sebelumnya saya berkunjung ke klenteng terbesar di Semarang, Klenteng Tay Kak Sie.

Sampai di Klenteng Sam Poo Kong, sebuah gerbang bertuliskan Sam Poo Kong dengan sepasang naga saling berhadapan menyambut kedatangan kami. Sam Poo sendiri dalam lafal hokkian dari San Bao, sebutan lain dari sang Laksamana Cheng Ho. Laksamana yang juga dikenal dengan nama Arab Haji Mahmud Sham adalah seorang pelaut dan penjelajah dari daratan Tiongkok.

Sepasang naga diatas pintung gerbang yang nampak memperebutkan matahari adalah simbol Tolak Balak. Masyarakat Tiongkok percaya bahwa dengan adanya naga, Klenteng dilindungi dari pengaruh jahat. Hal yang sama saya lihat ketika mengunjungi Klenteng Tay Kak Sie.

Melangkahkan kaki memasuki klenteng, seolah memasuki daratan Tiongkok. Aroma Hio tercium halus. Bangunan bergaya Tingkok berdiri megah berjajar didepan pelataran yang luas. Dan berhadapan dengan satu bangunan yang sekilas nampak bagaikan sebuah “hall”. Lampion beraksara China menggantung di pepohonan beringin nan rindang. Dan diujung sana, berdiri gagah patung sang laksamana Cheng Ho.

Bangunan disini memiliki kesamaan design, hanya ukurannya saja yanag berbeda. Keseluruhan bangunan didominasi warna merah menyala. Disanggah oleh puluhan kayu didalamnya dan tiang batu berukir naga didepannya. Dipelatarannya deretan patung berwajah oriental dengan balutan baju khas Tiongkok. Nuansa Tiongkok lebih terasa dengan sebuah kolam hijau mengayomi kawanan ikan koi.

Klenteng Laksaman Cheng Ho

Klenteng Laksama Cheng Ho

Tempat wiata di Semarang

Klenteng di Semarang


Pada tahun 1405 Laksamana memulai perjalanan Akbar melintasi Samudra. Malang tak dapat dihindari. Pada tahun 1416 Armada Ceng Ho terpaksa merapat di kota Semarang. Dikarenakan Wang Jinghong, orang kedua dalam armada tersebut sakit keras.

Di Simongan, mereka menemukan sebuah gua dan tinggal disana. Setelah sembuh, Wan Jinghong memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan dan mengembangkan aktifitas perdagangan dan pertanian. Untuk mengenang sang Laksamana beliau membuat patungnya di dalam gua.

Oleh penduduk setempat, Wang dikenal sebagai Kiai Juru Mudi Dampo Awang. Beliau menghembuskan nafas di usia 87 tahun. Dan dimakamkan didaerah Simongan. Kini, mata saya tertumbuk pada bangunan tempat beliau dimakamkan. Diapit Kuil utama disebelah kiri dan  Tho Tee Kong disebelah kanan.

Saya melangkahkan kaki menuju Patung laksamana yang berada tepat didepan Kuil Utama. Patung Sang laksamana berukuran jumbo berwarna kuning keemasan lengkap dengan jubah dan topi kebesarannya. Nampak gagah dan berwibawa.

Cheng Ho sendiri tidak dipuja di Tiongkok. Karena disana tidak ada satupun Klenteng yang dibangun untuknya. Namun di negara kita dan Asia Tenggara, beliau dipuja secara luas. Klenteng Sam Poo Kong di Semarang dimana saya berdiri saat ini adalah salah satunya.

Wisata Semarang

Klenteng di Semarang


kemana saja di Semarang


Berdekatan dengan patung sang laksamana sebuah pintu gerbang berukuran jumbo. Gagang pintunya terbuat dari kuningan dengan design kepala singa. Menatap pintu gerbang ini mengingatkan saya akan pintu gerbang istana dalam film film China. Dimana tokoh utamanya dengan ringan terbang melewati pintu tersebut.

Mentari kian meninggi, butir butir keringat membasahi. Rasanya saya tak sanggup lagi membidikkan kamera ditengah pelataran kuil. Dari pintu gerbang, saya gegas memasuki ‘hall’ yang berada di sayap kanan berdekatan dengan pintu masuk.

Bangunan ini lebih mirip dengan sebuah ‘Hall’ dengan puluhan tiang berwarna merah menyangga atapnya. Langit langitnya berwarna kuning menyala nampak begitu kontras dengan garis kayu warna merah membahana. Dekorasi berupa sepasang naga saling berhadapan menghiasi  tiang tiangnya. Cantik sekali dalam jepretan kamera. Terakhir kami menghabiskan waktu duduk santai mengamati dan mengirup nuansa Tiongkok yang ditawarkan.


Viewing all 174 articles
Browse latest View live