Merupakan Monumen Kapal Selam terbesar di kawasan Asia
Ibarat teman dekat, sering berjumpa tapi tak pernah menyentuh relung hati. Sering melewati Monumen kapal selam yang berada di jalan Pemuda, Surabaya tapi nggak pernah masuk kedalamnya. Parahnya lagi, saya sering ke Surabaya Mall yang berada tepat disampingnya. Super parah lagi, ketika saya mbolang dengan menggunakan naik kereta seringnya lewat stasiun Gubeng yang juga berdekatan Monumen Kapal Selam. Terlalu!
Kadang saya juga merasa kurang ‘nasionalis’, monumen yang jauh disana udah dijamah tapi monumen selemparan mata dicuekin aja. Sama dengan hidupku, nikah sama orang jauh di negeri Mahabharata tapi sahabat yang sabar menanti malah dianggurin. Eaaaa, malah ngelantur ngalor ngidul, apa coba hubungan antara teman dan monumen ?
Jadi, sebenarnya waktu berencana pulang ke tanah air terbesit keinginan saya untuk posting artikel tematik. Misal tentang satu kota, sekalian urut posting tentang tempat wisata dan kulinernya. Jadi para penggemar blog ini bisa megikuti alur cerita perjalanan ala sinetron Indonesia. Dan ‘lokasi shooting’ nggak jauh jauh dari rumah juga. Nggak enak sama Ibu tercinta. Udah ditinggalin lama ngendon diluar negeri, masak pulang kerumah trus ditinggalin ngebolang. Kalau Ibu marah bisa bahaya, saya bakalan dikutuk jadi emak tercantik sejagat raya *dadadadaalamissuniverse.
Baiklah. Jika sebelumnya saya sudah menceritakan tentang pengalaman jelajah pulau Menjangan kemudian berlanjut dengan kelana dan tualang rasa di Kota Semarang, sekarang saya akan posting tentang tempat wisata dan kuliner di kota Pahlawan, Surabaya. Kebetulan, tanggal 10 November ini bertepatan dengan Hari Pahlawan.
Saya datang ke Monumen kapal selam atau akrab disebut Monaskel bersama dengan Erlita. Sejenak setelah memarkir kendaraan, terdengar suara klakson membabi buta. Ditambah dengan nyanyian menggema. Melintas rombongan Suporter Persebaya berkaos hijau melintas dengan motornya. Ramai!.
Harga tiket masuk Rp. 10.000 sudah ditangan. Menatap Monumen kapal selam hati saya jadi belang belang karena kapal selam lagi di ketok magic, banyak dempulan sana sini. Kapalselam yang dijadikan Museum ini adalah salah satu Kapal Selam Republik Indonesia bernama Pasopati – 410 (bukan replika) yang dibuat tahun 1952 ini madeinRusia. Besar sekali, dengan panjang 76 meter dan lebar 3,60 meter.
Menanjaki undakan, kami masuk kedalam perut kapal. Udara dingin menyeruak. Dalam lambung kapal ini dibagi menjadi beberapa bagian (ruangan). Disebelah kanan (ujung) terdapat ruangan Torpedo haluan dengan empat buah peluncur Torpedo. Berfungsi untuk meluncurkan torpedo sesuai dengan sasaran. Dilengkapi dengan berbagai peralatan dan petunjuk. Nampak ruwet dengan sambungan pipa pipa kecil, kompas, alat pemutar dan masih banyak detail detail lainnyanya.
KRI pasopati ini betugas untuk menghancurkan garis musuh, mengawasi dan menyergap secara diam diam. KRI Pasopati mulai beropasi tahun 1962 dan ikut berperan mempertahankan hukum kelautan, berpartisipiasi dalm 28 operasi termasuk Trikora di Irian Jaya sampai akhirnya dipensiunkan pada tahun 1987.
Selanjutnya terdapat ruang tidur bintara. Tempat tidurnya kecil bertingkat dan memanjang. Berasa sempit dan nggak bisa gerak. Mengingatkan saya akan tempat duduk mikrolet. Bayangka! Dalam satu kapal dahulunya mengangkut hingga 63 awak kapal. Disi lainnya terdapat meja yang panjang. Diatasnya beberapa pipa pipa memanjang dan saling berhubungan. Tampak begitu sempit.
Berdekatan dengan pintu terdapat Periskop yang digunakan untuk melihat kapal pada saat kapal menyelam dikedalam hingga 13 meter. Kemudian Pompa hidrolik berfungsi untuk mengubah energy mekanik menjadi energy hidrolik. Dan juga Bilik Hitung (TSL) digunakan untuk menghitung jarak Torpedo ke titik sasaran. Juga ruang lainnya seperti Ruang Sonar, Ruang Diesel, Ruang mesin listrik, juga ruang makan dan ruang dapur.
Nah, ini. Dari satu ruangan ke ruang lainnya terhubung dengan satu saja. Berbentuk bulat dan sangat rendah. Kira kira setinggi dada. Jadi harus menunduk ketika melewati. Kalau badanya langsing sih gampang gampang aja melewatinya. Kalau gendut kayak saya. Ampun, dah. Kalau kepala dulu, kaki susah amat ngangkatnya, perut serasa tertekan dan tersangkut. Kalau kaki duluan, takut nih celana robek dan kepala kejedok. Duh! Jadi selama melewati pintu itu aku nungguin semua orang lewat terlebih dahulu, biar nggak antri nungguin saya yang ribet amat bawa badan segede kapal selam ini. Itulah mengapa para tentara harus tetap fit dan langsing.
Sejenak menelisik seluruh perut kapal sudah membuat saya sesak, terlalu kecil dan pengap. Nggak bisa bayangin gimana dengan kehidupan para tentara yang tinggal berbulan bulan. Dengan fasilitas yang sangat minim. Ditambah dengan berbagai detail seperti kabel dan pipa dan banyak peralatan lainnya yang memenuhi tembok dan juga langit langit lambung kapal.
Pintu keluar berada diujung Kapal yang lainnya dengan ruang Torpedo di ujungnya. Jika tadi berdekatan pintu masuk terdapat empat buah peluncur Torpedo, di bagian ini hanya terdapat dua peluncur Torpedo saja. Selain Museum kapal selam di kawasan ini juga terdapat ruang untuk menonton film (video rama)yang sudah termasuk kedalam harga tiket masuk. Video rama menyajikan film sinematik dan dilengkapi sistem suara stereo akan membawa imajinasi kita menyatu dengan film mengenai Kapal Selam KRI Pasopati 410 disaat menjalankan tugasnya.
Juga terdapat kolam renang untuk anak anak, music life dan juga ada tempat duduk santai disepanjang Sungai Kalimas. Yang duduk disini kebanyakan pasangan muda mudi. Jika datang malam hari kawasan kapal selam ini menawarkan panorama yang berbeda dengan hiasan lampu lampu cantik.
Setelah mengunjungi Monumen kapal Selam, timbul perasaan haru dan begitu menghargai Pahlawan yang telah mengorbankan hari harinya bertugas di dalam kapal ini. Tak hanya berjejalan dalam lambung kapal yang sempit. Juga jauh dari keluarga mengarungi Samudra. Mempertaruhkan Jiwa raga demi keutuhan negara Republik Indonesia Tercinta.
Museum Kapal Selam Surabaya
Jl. Pemuda No.39 Surabaya
Jam Buka : 8 Pagi – 10 malam.