Sore itu saya dan Ibu berbincang sambil nonton TV. Mulai obrolan keluarga hingga kuliner. Yah, sepulangnya saya ke tanah air, tentu saja saya merindukan dan ingin mencicip kuliner Indonesia. Tetiba ibu teringat, saya belum menikmati soto kikil sejak kami sampai di tanah air.
“Pak Tahir sudah nggak jualan soto kikil” kata ibu. Pak Tahir biasanya berjualan soto kikil di dekat rumah kami. Langganan keluarga. Bukan hanya karena dekat dengan rumah, tapi rasanya juga enak.
“Kenapa bu, beliau baik baik saja kah ?”
“Entahlah, mungkin beliau sudah terlalu tua untuk berjualan”
“Bukannya kalau beliau nggak jualan, adiknya yang bakalan menggantikan? “ tanya saya dengan penuh penasaran
“Waktu kakakmu pulang kemarin, dia bilang sudah nggak ada lagi penjual soto kikil”
“Dimana ya, soto kikil dekat rumah yang enak, ada nggak?”
“Kamu beli aja soto Kikil Manjung yang terkenal enak itu, nggak terlalu jauh, bawa Motor. Ajak Najin sekalian, dia paling suka makan soto kikil waktu kecil”
Hati saya langsung meleleh. Ibu masih ingat betul, selain bakso, si Kecil Najin doyan makan soto kikil. Sore itu, ketika senja mulau merekah, dengan mengendarai si Revo, saya dan Najin menggerakkan roda motor menuju Soto Kikil Manjung yang berada di Jl. Usman Sadar, Gresik.
Soto kikil Manjung ini termasuk legenda di Gresik. Membuka lapaknya jauh sebelum saya menghirup udara di dunia, tepatnya pada tahun 1976. Mereka berjualan dikawasan pasar Gresik dalam gerobak dorong. Semenjak tahun 1995 mereka pindah dan berjualan secara permanen disebuah rumah yang disulap menjadi restoran sederhana.
Suasana homie terasa ketika memasuki warung Soto Kikil Manjung. Beberapa set kursi kayu memagari meja kayu yang panjang. Diatas meja ada krupuk Udang, Sambal segar, beberapa botol minuman tradisional Sinom dan kecap manis. Sebelum mendaratkan pantat di kursi, saya memesan soto dan minuman dingin.
Tak perlu waktu lama, semangkok soto kikil hangat terhidang diatas meja. Didampingi dengan sepiring kecil beberapa belahan jeruk nipis. Sajian soto kikil ini terdiri atas irisan lontong disiram dengan kuah soto kikil. Diatasnya potongan kikil dengan jumlah lumayan banyak hingga menyelimuti irisan lontong. Tersaji cantik dengan serakan irisan daun bawang diatasnya.
Sebelum menyantapnya, saya hujani soto kikil dengan perasan jeruk nipis. Sesendok makan soto mendarat di lidah setelah ritual doa terucapkan. Rasa yang tak asing lagi dan masih terasa enaknya sejak dulu. Semburat rasa super gurih kaldu dan bumbu merangsang indra perasa.
Kikilnya kenyal dan lumer ketika digigit. Nggak keras. Rasanya juga nggak neg dan tidak terlalu asin. Biasanya nih yah, rasa soto itu sedikit neg dan asin. Karena soto dengan rasa kaldu berlimpah ini masih ditambahahin Vitsin atau MSG oleh penjualnya. MSG ini cukup bikin kepala saya berputar putar.
Selain rasanya yang pas dan nggak neg, satu hal yang paling saya suka dengan soto Manjung ini adalah kikilnya. Beneran kikil sapi, bukan daging atau bagian lain dan nggak pakai lemak. Dari banyak soto kikil yang saya coba, biasanya kikil dicampur dengan potongan lemak. Duh, Kolesterol melambai lambai.
Kikil ini adalah ‘daging’ bagian kaki. Teksturnya sangat berbeda dengan bagian daging lainnya. Karena berada di bagian kaki, kikil mengandung kolagen bersama dengan keratin dan elastin yang berfungsi untuk membentuk struktur jaringan guna memepertahankan kekuatan dan elastisitas kulit.
Kikil juga mengandung selenium yang cukup tinggi. Selenium ini berfungsi sebagai antioksidan alami mencegah terjadinya resiko penyekit degenerative. Dan masih banyak lagi manfaat mengkonsumsi Kikil. Tapi inget! Jangan mengkonsumsi terlalu banyak juga karena mengandung banyak kolesterol.
Najin makan dengan lahapnya hingga tak sepatah kata terlontar dari bibir imutnya. Sesekali dia meneguk es dingin. Tak butuh waktu lama, mangkok dalam kondisi kinclong. Padahal, ya, semangkok soto kikil yang diharga Rp. 18.000 ini lumayan banyak. Porsi orang dewasa. Setelah selesai, dia elus elus perutnya sambil menggeliat dan bilang “kekenyangan sekali aku”. Hehehe selalu dengan bahasa Indonesia yang amburadul. Terakhir sebelum beranjak pergi, saya memesan seporsi soto kikil untuk ibu dirumah.