Dalam kesederhanaanya tersimpan sejuta rasa dan cerita menyentuh hati
“Zulfa besok pagi beliin Ibu sego karak ya…… jangan tidur lagi, ntar habis diserbu pembeli” permintaan Ibunda yang satu ini susah untuk menolaknya. Jadi ‘alarm’ mata saya yang masih terkantuk dan merindu dekapan selimut hangat untuk segera bergegas menghirup udara Pagi. Membelah jalanan Kota Gresik mencari penjual salah satu menu sarapan khas masyarakat Gresik, Sego Karak.
Sego karak langganan ibu berada dekat dengan alun alun kota Gresik, tepatnya berada di Gang masuk TK Mahkota. Sego karaknya memang laris manis, buka jam 5.30 dan habis sekitar pukul 7 atau 8 pagi. Telat dikit bisa berabeh, makanya Ibunda selalu mewanti wanti agar saya tidak tidur kembali setelah shalat subuh. Ketahuan deh!
![]() |
Salah satu Penjual Sego Karak dekat alun alun Gresik |
Disekitar kawasan alun alun atau sekitar kawasan Kota Lama Gresik ada beberapa penjual Sego karak. Dan hanya dijual di pagi hari saja. Sego dalam bahasa Jawa berarti Nasi. Karak itu nasi yang sudah dikeringkan dibawah sinar mentari. Jadi, Sego Karak itu menu makanan dengan bahan dasar nasi kering.
Karak kemudian dimasak kembali bersama ketan hitam biar punel. Sekilas nampak seperti nasi merah. Nasi Karak disajikan diatas daun pisang kemudian ditaburi kelapa parut dan serundeng manis. Serundeng manis ini terbuat dari kelapa perut dicampur dengan bumbu dan gula kemudian disangrai. Menghasilkan rasa yang gurih dan manis.
Sego karak biasanya dihidangkan bersama Gimbal tempe. Tempe diselimuti adonan tepung berbumbu dan digoreng. Kalau suka pedes tinggal comot lalapan cabe hijau yang sudah disajikan. Sekilas dari penyajiannya nampak nggak matching. Tapi ketika dicoba, hmmm Rasanya jadi gurih sedap, manis tapi nggak legit dan pedas segar.
![]() |
Sego karak yang udah dimasak bersama ketan hitam, sekilas mirip nasi merah |
![]() |
Parutan kelapa |
![]() |
Serundengan gurih manis |
![]() |
Sego karak, menu sarapan khas masyarakat Kota Gresik |
Konon ada kisah menyentuh hati dibalik gurihnya sego karak ini. Zaman dulu kan nggak ada yang namanyamagicJar buat ngangetin nasi biar tahan sampe besok pagi. Jadi kalau nasinya nggak habis, nasinya dikeringkan dijadikan karak. Sedikit demi sedikit karak dikumpulkan dan disimpan dalam karung.
Ketika musim paceklik tiba dan hasil panen tak banyak. Penduduk mengganjal perut dengan nasi karak ini. Terharu. Nah, nasi karak ini rasanya agak sepoh dan peroh maksudnya keras dan rasa gurih nasi sudah hilang. Biar tetep terasa enak, diberi taburan kelapa parut. Hiks, Jadi inget program acara salah satu televise swasta, Jika aku menjadi……. yang selalu bikin mengharu biru dan mendaratkan rasa syukur dalam hati yang congkak.
Dulu waktu masih kecil saya nggak doyan sama Sego karak. Semakin dewasa, bersahaja dan cakep saya semakin mecintai menu sarapan yang sederhana, enak dan murah ini. Sebungkus nasi karak dijual dengan harga Rp. 5000 saja. Setelah saya tinggal di luar negeri, setiap kali menikmati sego karak ada kerinduan terasa disetiap suapnya. Sebesar rinduku buat kamu yang selalu mencitaiku meski aku tak lagi langsing *dijitakshahjahan.
Akhirnya, ‘berhasil’ membawa sebungkus sego karak buat Ibunda tercinta menorehkan sebongkah bahagia dalam Jiwa yang telah lama berpisah. Kalau mampir ke kota Wali, jangan lupa cobain menu sarapan yang satu ini. Oh ya, selama masih tinggal tanah air, kedepan saya akan menyajikan postingan makanan Khas kota kelahiran saya ini. Tungguin ya..