Kegemaran saya menelusuri kuliner nusantara berawal dari seorang lelaki yang menjadi cinta pertama dalam hidup, Ayah. Beliau tak hanya memperkenalkanku dunia perjalanan penuh cerita tapi juga rasa. Teringat dalam ingatan, betapa kami sering tersesat hanya untuk mencari warung sederhana yang menghadirkan cita rasa ndeso menggugah selera.
Hingga kini setiap kali menjejakkan kaki di suatu daerah, mencecap kuliner setempat menjadi agenda perjalanan. Seringnya destinasi wisata menjadi tujuan utama dan wisata kuliner menjadi jatah `sisa` waktu. Tapi, semenjak terjun di dunia tulis menulis, saya membagi waktu khusus untuk memanjakan lidah mencecap kuliner asli daerah.
Dengan mencecap kuliner khas daerah tersebut, secara tidak langsung kita bisa membaca budaya dan kebiasaan penduduk setempat.
Alasan kenapa saya memilih kuliner nusantara karena memang suka. Dan juga miris dengan semakin menjamurnya fast food dan juga kuliner asing yang terlihat lebih keren ketika disantap di era milennials saat ini. Kuliner asing memiliki tampilan yang kece hingga dianggap lebih kekinian. Lebih instagramable bahasa gaulnya. Sementara Kuliner Nusantara dianggap nggak gaul dan jadul sehingga terpinggirkan.
Sebenarnya nggak ada yang salah dengan mencicipi kuliner asing. Sah sah aja. Saya sendiri ketika travelling ke luar negeri pasti mencoba kulinernya juga. Pasti saya tulis kedalam blog, majalah atau koran yang memuat tulisan saya. Kalau enak, bakalan saya tulis enak dan recomended banget. Kalau terasa kurang pas pasti saya tulis kurang cocok di lidah.
Tapi jangan sampai kita enggan untuk memperkenalkan kuliner nusantara hanya karena faktor gengsi karena dianggap ndeso. Agar terlihat kekinian. Apalagi kalau sampai ada yang nyeletuk `nggak ah, ntar nggak ada hotel atau restoran `kece` yang endorse blog/media sosialku. Ladalah, emang ada yang gitu? banyak. hehehe
Kuliner nusantara selain lebih menyehatkan karena balutan rempah yang kaya manfaat juga menghadirkan sebuah kisah. Dalam setiap gigit dan penyajiannya terdapat sebuah filosofi tersendiri. Bahkan dari beberapa kuliner daerah yang saya coba dibuat khusus sebagai obat.
Salah satunya kuliner kolak ayam yang hanya kita jumpai saat bulan Ramadhan malam ke 23 di kota kelahiran saya, Gresik, Jawa timur. Kolak ayam yang memadukan antara suwiran ayam, daun bawang, gula jawa dan jintan ini memiliki khasiat yang bagus untuk kesehatan.
Sesuai dengan kisah yang dituturkan, Sunan Dalem putra kedua Sunan Giri mengalami sakit dan tidak diketahui penyakit dan obatnya. Akhirnya Sunan Dalem shalat Istikharah dan setelah itu meminta santri menyediakan ayam jago kemudian dimasak didepan Masjid untuk dijadikan kolak ayam. Atas izin Allah SWT setelah menyantap hidangan kolak ayam beliau sembuh dari penyakitnya. Hingga kini masyarakat parcaya bahwa kolak ayam membawa manfaat besar bagi kesehatan ketika menyantapnya.
Di kota Gresik sendiri terdapat banyak masakan tradisonal yang didominasi seafood. Hal ini dikarenakan Gresik berada disepanjang pesisir pantai Utara Jawa yang dikarunia banyak hasil laut. Dari sederet kuliner tersebut ada satu kuliner yang sudah langka dan sebagian masyarakat Gresik sendiri tidak mengetahui keberadaan masakan tradisional ini. Namanya Rujak Blonyo.
Terbuat dari terung segar yang dimakan mentah ala makanan Jepang. Terung segar yang sudah dipotong kecil kecil kemudian dimakan bersama petis atau bumbu urap dan kemangi. Rasanya gurih, segar dan kenyal.
Keinginan saya memperkenalkan kuliner nusantara tak sebatas menulisnya di blog, media cetak dan sosial media. Alhamdullilah, sebagai citizen Journalis kegiatan meliput dan memperkenalkan kuliner nusantara diapresai oleh televisi paling kece, NET TV.
Padahal kebanyakan tempat yang saya liput bukan restoran mewah atau cafe kekinian. Rujak Blonyo misalnya, jualannya hanya diatas meja sederhana didalam kampung kecil. Tapi tetep tayang. Tak terlalu penting seperti apa lokasinya, selain rasa enak yang terpenting bagi saya adalah makanan tersebut halal dan tempatnya bersih.
![]() |
Rujak blonyo |
![]() |
Seafood Khas kuliner kota Gresik |
Pernah juga ketika wisata Gastronomi ke Tuban, saya menemukan kuliner yang sungguh endes. Becek mentok namanya. Penjualnya banyak tapi hanya satu yang memiliki rasa original ndeso. Penjualnya si mbah dalam warung bambu sederhana dan tempatnya lumayan mblusuk.
Bu Sutiah namanya, ketika meliput beliau mempersilahkan saya untuk melongok dapurnya. Gurat gurat tangan yang semakin menua itu masih gesit mengiris mentok dan meracik bumbu. Berbincang dengan beliau membawa kenangan sejuta kisah akan dapur mbah saya di kampung halaman. Berlantai tanah liat dengan tungku panas yang melahap kayu bakar.
Tuban sebenarnya kota kedua yang secara khusus saya kunjungi hanya untuk berwisata kuliner. Kota Semarang menjadi kota pertama. Seharian bersama teman baik saya, Tarie, berdua kami keliling ibukota Jawa tengah tersebut hanya untuk berwisata kuliner.
Alasan kenapa saya memilih Semarang karena ada beberapa kuliner daerah tersebut merupakan kuliner peranakan yang dipengaruhi budaya Tiongkok. Seperti lunpia dan kue mochi. Hal ini dikarenakan Semarang pernah menjadi kota singgah jenderal besar penakluk samudera, laksamana Cheng Ho. Dari sini bisa kita telusuri bahwa selalu ada kisah dibalik kelezatan kuliner nusantara.
Untuk kegiatan memanjakan lidah sekaligus `misi` memperkenalkan kuliner nusantara tentu saya harus didukung dengan kamera yang mumpuni. Selama ini ketika jeprat jepret kuliner nusantara saya mengandal kamera DSLR baik untuk foto maupun Video.
Tingginya intensitas pengambilan foto dan video, serta kebutuhan akan share secara cepat di sosial media, mau nggak mau saya membutuhkan handphone dengan kualitas camera yang bagus. Pengalaman saya, kamera DSLR yang berat terkadang membuat saya malas membawanya. Kalau sudah gini, saya ketinggalan moment berharga buat capture foto dan video.
Pengambilan video dengan kamera DSLR juga membuat baterei cepat habis. Backup baterei sudah saya miliki, tapi tetap saja tidak cukup. Karena memang mengambil foto dan video butuh waktu dan ketelatenan. Melihat dan memilih angle yang bagus untuk diabadikan.
Dengan kamera DSLR yang saya miliki saat ini juga menghadapi kendala lain yakni saya harus mentransfernya terlebih dahulu ke laptop untuk edit maupun update. Ditambah lagi sekarang zamannya live video, huhuhu terasa ketinggalan zaman. Apalagi kalau dapat undangan dan diminta untuk live tweet, Ngenes jiwa dengan handphone yang ada. Hasil jepretan kameranya sungguh … burek alias buram.
Saat ini terpikirkan oleh saya untuk menggantinya dengan Handphone yang dapat menunjang seluruh kegiatan. Kriteria paling utama dalam handphone adalah kualitas kameranya. Hasilnya pengambilan foto dan juga video harus jernih, nggak blur, bisa merekam video dengan kualitas HD agar layak tayang di TV.
Setelah baca sana sini dan juga mendapatkan saran dari teman teman berdasarkan pengalaman mereka, Asus ZenFone dengan teknologi PixelMaster Camera menjadi pilihan saya. Diantara sederet kelebihan yang OKE punya, alasan berikut menjadi pamungkasnya
5 elemen lensa optik
`Tugas` utama pengambilan sebuah foto makanan adalah untuk menggugah selera orang yang melihatnya. Foto makanan harus bikin Ngiler to the maxi. Dengan adanya 5 elemen lensa optik, lensa kamera Asus ZenFone berbeda dengan kamera handpone android lainnya. Kemampuan mengintregasikan 5 lensa mampu mengoptimalkam daya kerja lensa optiknya juga penerimaan cahayanya lebih baik sehingga menghasilkan foto dengan kualitas bagus.
Image stabilizer
Fungsi ini biasanya kita jumpai di kamera DLSR, agar hasil foto dan video nampak lebih jelas dan menghindari blur. Fungsi ini juga sangat diperlukan ketika mengambil video dengan bergerak. Jadi hasil video lebih stabil dan nggak goyang goyang.
Depth Of field
Fungsi ini biasanya diperlukan untuk menampilkan foto bokeh. Dimana foto makanan utama terlihat tajam, sedangkan beberapa properti penunjang penampian dibikin buram. Jadi pandangan lebih terfokus pada sajian utama.
Clear Zoom
Untuk menghasilkan video kuliner yang bagus, 50 % kita harus menampilkan makanan itu sendiri. Jadi lebih sering zoom makanan. Fungsi zoom ini membantu menampilkan detail ingredient dalam makanan dengan jelas dan hasilnya juga nggak pecah.
Dengan menggunakan Asus ZenFone dijamin hasil Jepretan foto kuliner nusantara semakin lebih tajam dan berkualitas. Dimanapun dan kapanpun saya senantiasa bisa berbagi foto kuliner nusantara lengkap beserta kisah dan filosofinya. Jika setiap kita bangga untuk memperkenalkan kuliner nusantara di sosial media, bukan hal yang mustahil kuliner nusantara yang diracik dengan rasa cinta bisa mendunia.
Artikel ini diikutsertakan pada Blogging Competition Jepret Kuliner Nusantara dengan Smartphone yang diselenggarakan oleh Gandjel Rel